. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 20 Januari 2020

Datang ke Istana-Istana di Sumatera, ah Asyiknya Berkhayal Jadi Raja

Menjadi raja dari kerajaan besar yang tinggal di istana megah didampingi ratu atau permaisuri nan cantik di era milenial ini, rasanya cuma mimpi. Tapi kalau datang ke Istana-Istana di Sumatera ini, keinginan itu bisa terwujud meskipun hanya khayalan alias 'halu' kata anak milenial.

Mumpung pemberitaan seputar Keraton Agung Sejagat di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang baru-baru ini meresahkan warga nyata dan maya kemudian menjadi obyek wisata masih hangat, TravelPlus Indonesia kali ini menyajikan tulisan tentang istana-istana di Sumatera yang menjadi destinasi wisata sejarah.

Kenapa sederet istana di Sumatera yang diangkat, bukan keraton-keraton di Jawa?

Jawabannya, ternyata di Sumatera masih banyak istana yang belum begitu tersohor keberadaannya. Sedangkan sejumlah keraton di Jawa seperti Keraton Yogyakarta (Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat), Surakarta (Kesultanan Surakarta Hadiningrat), dan Keraton Kasepuhan (Kesultanan Kasepuhan Cirebon) sudah over expose, sudah dikenal luas bahkan mendunia.

Kata istana memang lebih umum digunakan di Sumatera. Sedangkan keraton biasa dipakai di Jawa, kedaton di Maluku Utara contohnya Kedaton Kesultanan Ternate di Ternate  dan Kedaton Kesultanan Tidore di Tidore, serta di Kalimanan misalnya Kedaton Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur. 

Baik istana, keraton (Bahasa Jawa: kraton, karaton) maupun kedaton itu sama-sama tempat memerintah atau tempat tinggalnya seorang penguasa (raja/sultan atau ratu).

Sejumlah bangunan istana megah bernilai sejarah yang menjadi salah satu saksi bisu berdirinya kerajaan, tersebar di beberapa provinsi di Sumatera.

Beberapa di antaranya juga sudah mendunia sebagai destinasi wisata sejarah, yakni Istana Maimun di Sumatera Utara (Sumut), Istano Basa Pagaruyuang di Sumatera Barat (Sumbar), Istana Siak Sri Inderapura (Riau), dan Istana Kuto Besak serta Istana Kuto Limo di Sumatera Selatan (Sumsel).

Istana Maimun yang berdiri kokoh di jantung Kota Medan dekat dengan Masjid Raya Medan, tepatnya di Jl. Brigadir Jenderal Katamso, kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun ini merupakan salah satu dari Istana Kesultanan/Kerjaan Deli.

Istana berarsitektur perpaduan Melayu, Eropa, dan Persia ini rampung didirikan pada tahun 1891 silam pada masa kekuasaan Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah yang tak lain putra sulung Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri Kota Medan.

Kendati bangunannya sudah uzur,  pesonanya sampai sekarang sama sekali tak pudar.

Pantauan TravelPlus Indonesia, Istana berwarna dominan kuning  keemasan dengan kubah hitam ini selain kerap dikunjungi wisnus dan wisman antara lain dari Malaysia, India dan Eropa, juga masih difungsikan sebagai tempat acara keluarga Kesultanan Deli hingga sekarang.

Istano Baso Pagaruyuang, atau yang lebih dikenal dengan Istana Pagaruyung terletak di kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumbar, pada awalnya dibangun sebagai kediaman keluarga Kerajaan Pagaruyung namun kini udah beralih fungsi sebagai destinasi wisata sejarah.

Istana Pagaruyung yang berdiri sekarang adalah replika karena istana yang asli pernah terbakar akibat kerusuhan pada tahun 1804. Istana tersebut kemudian didirikan kembali, namun kembali terbakar pada tahun 1966 dan 2007.

Selain sebagain tujuan wisata, istana yang berdesain Rumah Gadang atau umah adat Minangkabau ini kerap dijadikan sebagai tempat melangsungkan acara adat, seperti pemberian gelar adat pada beberapa tokoh negara.

Di sana, Anda juga bisa mencoba pakaian pengantin khas orang Minang, Sumbar yang disediakan oleh pengelola istana.

Lain lagi dengan Istana Siak Sri Inderapura yang merupakan kediaman resmi bagi keluarga Kesultanan Siak.

Arsitektur istana yang mulai dibangun sejak tahun 1889, pada masa kepemimpinan Sultan Syarif Hasyim ini kombinasi Melayu, Eropa, dan Arab. Warna bangunannya kuning gading.

Di dalam istana berjuluk Istana Matahari Timur ini, Anda bisa melihat ragam benda peninggalan Kesultanan Siak, termasuk singgasana raja yang berbalutkan emas.

Istana Kuto Besak adalah istana terakhir yang dibangun para sultan Palembang.

Istana ini memiliki dua lapis tembok untuk menjamin keamanan dan kekukuhan Kesultanan. Tembok terluarnya adalah yang kini disebut dengan Benteng Kuto Besak (BKB), yang terbuat dari batu kapur dan direkatkan dengan putih telur.

Kuto Besak yang mulai dibangun pada tahun 1780, kala Sultan Mahmud Bararuddin I berkuasa ini berlokasi di alun-alun Kota Palembang, tepat di tepian Sungai Musi.

Tepat di dekat gerbang utama BKB ada sejumlah meriam yang berjajar rapi.

Sekarang, Benteng Kuto Besak dialihfungsikan sebagai Kantor Kodam II Sriwijaya. Sedangkan Istana Kuto Limo yang dibangun oleh Sri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin sekarang digunakan sebagai Museum Sultan Mahmud Badruddin II.

Lokasinya  di antara Jembatan Ampera dan BKB

Di Sumut, ternyata selain Istana Maimun, masih ada beberapa istana lagi antara lain Istana Sisingamangaraja di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas); Istana Darul Arif di Serdang Bedagai; Istana Indra Sakti di Tanjung Balai, Kabupaten Asahan; Istana Kerajaan Lima Laras di Kabupaten Batubara; dan Istana Tunggang Bosar di Kabupatean Tapanuli Selatan.

Istana Sisingamangaraja yang berada di Desa Simamora, Kecamatan Baktiraja, Humbahas ini merupakan kediaman para Raja Sisingamangaraja, termasuk Sisingamangaraja XII yang merupakan Pahlawan Nasional Indonesia.

Arsitektur bangunannya kental bernuansa Batak. Di kompleks istana ini juga ada 4 rumah adat Batak dan makam Sisingamangaraja XI.

Istana Darul Arif merupakan sisa Kesultanan Serdang dan Kerajaan Bedagai. Lokasinya berjarak kurang lebih 50 menit dari Bandara Internasional Kuala Namu.

Istana yang berdiri pada tanggal 29 Juli 1889 ini didirikan Sultan Sulaiman Shariful Alamshah yang merupakan raja kelima dari silsilah Kesultanan Serdang dalam Kraton Kota Galuh.

Bangunan istananya jauh dari kata mewah, berbentuk seperti rumah panggung berbahan utama kayu dan batu bata. Namun lahan istananya cukup luas.

Istana Indra Sakti merupakan salah satu sisa peninggalan Kesultanan Melayu. Lokasinya berjarak sekutar 180 km dari Kota Medan.

Dulunya istana ini terletak dekat dengan lapangan pasir di pusat Kota Asahan, dan sekarang bangunannya dipindahkan ke ujung Tanjung Balai.

Istana Kerajaan Lima Laras yang beralamat di Desa Laras, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara ini dibangun oleh Datuk Muhammad Yuda, Raja ke-11 dari Kerajaan Lima Laras pada tahun 1907 dan selesai 1912.

Bangunan istananya mengadopsi arsitektur campuran Melayu, Eropa, dan China. Namun unsur Melayu-nya sangat kentara terutama pada bentuk hiasan di atap dan jalusi pintu serta jendela.

Istana Tunggang Bosar yang berdiri di Desa Janji Maulu Muara Tais, Kecamatan Batang Angkola, Tapanuli Selatan merupakan simbol utama Kesultanan Dhasa Nawalu. 

Pembangunan istana yang didanai secara pribadi oleh keturunan raja luat ini bertujuan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai luhur adat budaya Dalihan Natolu masyarakat suku Batak Angkola yang selama ini telah mati suri.

Di Sumbar, selain Istana Pagaruyuang juga masih ada sejumlah istana lainnya di antaranya Istana Silinduang Bulan di Nagari Pagaruyung, Kabupaten Tanah Datar.

Istana yang disebut juga Rumah Gadang Sambilan Ruang ini adalah rumah pusaka dari Keluarga Besar Ahli Waris Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung.

Sekarang Istana Silinduang Bulan digunakan sebagai pusat adat bagi masyarakat Minangkabau.

Di Sumsel selain Istana Kuto Besak dan Istana Kuto Limo, masih ada Istana Adat Kesultanan Palembang Darussalam.

Lokasinya di Jl. Sultan Moh. Mansyur No.776, Kelurahan Bukit Lama Kecamatan Ilir Barat II, Kota Palembang.

Di dalam istana yang di dibuat oleh Sultan Mahmud Badaruddin III (SMB III) Prabu Diradja, Kombes Pol (PURN) Drs. Raden Muhammad Sjaefei Diradja, SH ini ada surat-surat peninggalan zaman dulu, buku-buku sejarah, setempel Sultan Mahmud Badaruddin, peta perkambungan pengasingan SMB II saat di Ternate, dan lainnya.

Di Riau, selain Istana Siak di Kabupaten Siak, juga masih ada istana lainhya yakni Istana Pelalawan di Kabupaten Pelalawan, tepatnya di Desa Pelalawan, 30 Km dari Kota Pangkalan Kerinci, Ibukota Kab. Pelalawan.

Istana yang didirikan pada masa Pemerintahan Sultan Assyaidi Syarif Hasim (1892—1930 M), raja ke-11 Kerajaan Pelalawan, pada tahun 1910 ini juga dikenal dengan sebutan istana Sayap karena terdiri dari bangunan utama seluas 4.327 meter persegi dan diapit dua bangunan penunjang di kanan dan kirinya dengan luas masing-masing 103, 5 meter persegi.

Istana megah dan menawan ini memiliki bangunan utama bercat kuning dengan memiliki tangga melengkung yang dipenuhi ukiran khas Melayu di tiap anak dan pegangan tangga.

Di dalam bangunan utama dipamerkan beberapa barang peningggalan kerajaan berupa keris, tombak, keramik, singgasana, payung raja, alat tenun, sejumlah lukisan, dan sulaman khas Pelalawan atau yang biasanya disebut Tekad.

Di Kepulauan Riau (Kepri) ada Istana Penyengat dan Istana Damnah.

Istana Penyengat berada di Pulau Penyengat, tepatnya Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjung Pinang Kota.

Kompleks istana ini diresmikan pada tahun 1900 Masehi ketika Sultan Abdurrahman Muazzam Syah II bin al-Marhum Raja Muhammad Yusuf al-Mahdi (1883-1930) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sultan Riau Lingga meresmikan kedudukannya di Pulau Penyengat, dan menjadikan daerah tersebut sebagai pusat pemerintahan, adat budaya melayu, dan agama Islam.

Istana Damnah berada di Komplek Kampung Damnah, Kota Daik, Kabupaten Lingga merupakan salah satu dari 6 istana yang dibangun selama pemerintahan Kesultanan Riau-Lingga, semasa Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah memerintah (1857-1883) yakni tahun 1860.

Selain Damnah, ada Istana Dalam atau Pangkalan Kenanga, Istana Kota Baru atau Kota Batu, Istana Robat, Bilik 44, dan Istana Kolam.

Kalau Anda berkunjung ke Daik Lingga, situs-situs sejarah peninggalan kesultanan tersebut masih dapat dilihat, termasuk replika Istana Damnah. Masuk ke replika Istana Damnah itu gratis.

Di Jambi ada Istana Abdurrahman Thaha Saifuddin merupakan istana kerajaan bekas peninggalan raja Sultan Thaha Saifuddin, salah satu Pahlawan Nasional asal Jambi.

Istana ini terletak di Tanah Garo, Muara Tabir Jambi.

Di Aceh, juga ada beberapa istana yang menarik untuk dijelajahi, antara lain Istana Benua Raja dan Istana Karang di Kabupaten Aceh Tamiang.

Istana Benua Raja merupakan bangunan bersejarah peninggalan Kerajaan Benua Tunu. Letaknya di Desa Benua Raja, Kecamatan Rantau, sekitar 5 Km dari pusat Kota Kuala Simpang, Ibukota Kabupaten Aceh Tamiang.

Sampai saat ini, status istana ini menjadi kediaman ahli waris dan terawat dengan baik. Sedangkan Istana Karang milik Kerajaan Karang, berada di tepi jalan lintas Medan-Banda Aceh, tepatnya di Gampong Tanjung Karang, Kecamatan Karang Baru.

Lokasinya lebih dekat dengan Kota Medan yang hanya berjarak 2 jam perjalanan menggunakan mobil ketimbang Banda Aceh yang berjarak 7-8 jam perjalanan.

Dalam literatur sejarah, Kerajaan Karang salah satu kerajaan yang pernah berkuasa di Aceh Tamiang, didirikan oleh Froomsyah pada tahun 1558 M.

Selepas Indonesia merdeka, tahta Kerajaan Karang masih eksis hingga kini, tapi hanya sebatas menjaga warisan raja, tidak punya kekuasaan politik apa pun.

Istana Karang yang dibangun tahun 1925-1945 M di bawah kekuasaan Raja Tengku Muhammad Arifin ini bergaya Eropa.

Halaman istananya cukup luas dan kerap menjadi lokasi pasar malam.

Saat ini Istana Karang berada di bawah pengawasan Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Aceh Tamiang.

Itulah sederet istana yang ada di Sumatera yang bisa Anda masukkan ke dalam history trip bucklet list Anda berikutnya.

Berkunjung ke istana-istana tersebut selain bisa menambah wawasan kesejarahan, Anda juga bisa sekalian berkhayal sambil bernyanyi lantang, "andai ku jadi raja..".

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1.Paras Istana Karang di Aceh Tamiang, Aceh. (dok.nasrul handani/bpnb aceh)
2. Istana Maimun jadi salah satu ikon wisata Kota Medan, Sumut. (dok.@istana_maimoon)
3. Istana Pagaruyuang, salah satu andalan wisata sejarah Kabupaten Tanah Datar, Sumbar. (dok.@tantemobi)
4. Istana Siak, landmark wisata sejarah Kabupaten Siak, Riau.
5. Istana Sisingamangaraja di Bakarra, Humbahas, Sumut. (dok.@bagasnitorang)
6. Benteng Kuto Besak (BKB) di Kota Palembang, Sumael, dulu di dalamnya adalah Istana Kuto Besak.
7. Replika Istana Damnah di Kota Daik, Kabupaten Lingga, Kepri. (dok.rosanna/disparpora lingga)
8. Istana Karang potensial menjadi obyek wisata sejarah andalan Aceh Tamiang, asal dikemas menarik dan kreatif. (dok.nasrul hamdani/bpnb aceh)


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP