. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 12 Januari 2020

Berwisata Religi Plus Kulineran, Bikin Jiwa Tenang Perut Kenyang

Selat Makassar belakangan ini sempat bikin cemas banyak orang, gara-gara tersiar kabar bakal ada gempa super hebat yang dipicu megathrust. BMKG kemudian menjelaskan tidak ada zona megathrust di selat yang menghubungkan Sulawesi dan Kalimantan ini.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di akun Instagram (IG)-nya @daryonobmkg, Sabtu (11/1/2020) mengatakan pemberitaan viral yang menyebutkan bahwa di Selat Makassar terdapat zona  megathrust yang mampu memicu gempa maha dasyat itu tidak benar.

"Di Selat Makassar tidak ada aktivitas penunjaman lempeng (pate subduction) tetapi yang ada adalah sumber gempa Makassar Strait Thrust yang artinya sesar naik Selat Makassar," ungkap Daryono.

Terkait hal itu, TravelPlus Indonesia seperti biasa tak mau diam.

Kali ini menyajikan tulisan inspiratif menyejukan sekaligus menyenangkan tentang wisata religi plus kulineran di tiga kota pelabuhan utama yang berada dekat bahkan ada yang berhadapan langsung dengan Selat Makassar yakni Balikpapan-Kaltim, Makassar-Sulsel, dan Palu-Sulteng.

Di Balikpapan, destinasi wisata religi yang bisa Anda kunjungi antara lain Masjid Jami' Al Ula, Masjid Agung At-Taqwa, Masjid Madinatul Iman atau Balikpapan Islamic Center.

Masjid Jami' Al Ula berada di Jalan Jenderal Suprapto No 1 Kelurahan Baru Ulu, Balikpapan Barat. 

Keistimewaannya, masjid ini menyandang predikat masjid tertua di Kota Balikpapan, sekaligus pelopor berdirinya bangunan masjid-masjid di kota ekspatriat itu.

Kabarnya masjid ini berdiri sejak 1890-an atau dengan kata lain sudah ada sejak Pemerintahan Kolonial Belanda. Lokasinya di perkampungan tua Kampung Baru, yang merupakan pusat perdagangan Kota Balikpapan tempo doeloe

Masjid Agung At-Taqwa beralamat di Jalan Jenderal Sudirman, persis di jantung Kota Balikpapan.

Kelebihannya, juga berlabel sebagai salah satu masjid bersejarah sekaligus menjadi destinasi wisata religi di Kota Balikpapan.

Masjid bergaya arsitektur Timur Tengah ini didirikan zaman kolonial Belanda di tahun 1940-an.

Di dekat masjid ini ada Taman Bekapai, tempat favorit  ngabuburit, cari takjil serta makanan untuk berbuka puasa saat Ramadhan di Balikpapan.

Masjid Madinatul Iman atau Balikpapan Islamic Center berada di Jalan Belibis, Kelurahan Gunung Bahagia, Balikpapan Selatan.

Masjid yang dibangun di atas lahan seluas 15 hektar dengan luas bangunan mencapai 8,75 hektar ini diperkirakan dapat dimenampung lebih dari 10.00 jamaah.

Masjid terbesar dan termegah di Balikpapan ini berjuluk Madinah Van Borneo lantaran memiliki desain nyaris serupa dengan Masjid Nabawi.

Ba'da shalat sunnah penghormatan terhadap masjid (tahiatul masjid), shalat wajib, berzikir, berdoa, dan bersedekah di kotak amal di masjid-masjid tersebut, Anda bisa lanjut kulineran khas Balikpapan. 

Pilihan kuliner khasnya ada makanan varian laut di Rumah Makan Selat Makassar di kawasan perkantoran Jl. Mulawarman No.25, RT 21, Kelurahan Manggar, Balikpapan Timur.

Menu paling favoritnya bermacam ikan bakar terutama Ikan Palumara. 

Lokasi lainnya dengan menu ikan bakar ada di Rumah Makan Acil di Ruko Lamaru, bersampingan dengan kantor Perumahan Indah Mutiara Lamaru, tepatnya di Jalan Mulawarman, Lamaru Balikpapan Timur.

Ada juga Nasi Bakar Seafood khas Balikpapan yang berisikan makanan laut seperti udang, ikan, atau kepiting.

Kalau suka mie, pilih Mie Hijau Sepinggan di Jalan Marsma Iswahyudi, Sepinggan. Sesuai namanya, mie-nya memang berwarna hijau.

Camilannya antara lain Pisang Gapit atau Pisang Jepit yang berbahan baku pisang gepok di Waroeng Banjar Bahari di Pasar Inpres Kebun Sayur dan Pisang Gapit Barokah di Jl. Soekarno Hatta seberang Terminal Pulau Indah, Balikpapan.

Mau pulang bawa oleh-oleh camilan, Anda bisa borong antara lain Mantau dan Abon Kepiting.

Mantau itu makanan tradisional khas Balikpapan berbentuk roti lembut, disebut juga roti sepan.

Masjid Terapung & Pisang Epe
Di Makassar, destinasi wisata religi yang patut disambangi antara lain Masjid Babul Firdaus, Masjid Amirul Mukminin, Masjid 99 Kubah, Masjid Muhammad Cheng Hoo, Masjid Al Markaz Al Islami, Masjid Alfatih Al Anshar, dan Masjid Raya Makassar.

Masjid Babul Firdaus berada di Jalan Kumala, Kelurahan Jongaya, Kecamatan Tamalate.

Lokasi masjid yang dulu bernama Masjid Gowa Jongaya ini di pinggiran Kota Makassar, tidak jauh dari Rumah Sakit Bhayangkara. 

Awalnya, masjid tua di Kota Makassar yang usianya sudah mencapai seabad lebih ini masuk ke wilayah Kabupaten Gowa, sebelum proyek perluasan wilayah dan perubahan nama Makassar menjadi Ujung Pandang, pada tahun 1971.

Masjid Amirul Mukminin berada di Teluk Makassar, tepatnya 1 Km dari anjungan Pantai Losari. 

Keistimewaan masjid yang dibangun pada tahun 2009 ini bergelar 'Masjid Terapung' atau Floating Mosque pertama di Indonesia.

Bentuknya menyerupai rumah panggung tradisional Makassar serta Bugis.

Masjid 99 Kubah di atas lahan reklamasi Pantai Losari atau kawasan Center Point of Indonesia (CPI).

Kelebihannya, masjid ini menjadi ikon baru Sulawesi Selatan.

Selaras namanya, masjid ini mempunyai 99 kubah yang diadaptasi dari jumlah Asmaul Husna atau nama-nama baik dan indah yang dimiliki oleh Allah SWT.

Masjid Muhammad Cheng Hoo Tanjung Bunga berada di Jl. Danau Tj. Bunga, Maccini Sombala, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar.

Sesuai namanya sudah dapat ditebak dari segi arsitekturnya, masjid ini berdisain bangunan bernuansa bangunan-bangunan di negeri China zaman dahulu.

Keistimewaan lainnya, lokasinya berada di tepi danau dan berada di dalam lokasi pusat penjualan bunga segar hidup, tepatnya di Tanjung Bunga hyang dihuni Muslim Keturunan Tionghoa di Makassar. 

Arsitektur masjid yang dibangun tahun 2011 ini merupakan paduan nuansa Timur Tengah, Tiongkok, dan budaya Bugis Makassar.

Masjid Al Markaz Al Islami berada di Jl. Masjid Raya No.57, Timungan Lompoa, Kecamaran Bontoala, Kota Makassar.

Kelebihan masjid yang diresmikan tahun 1996 ini menjadi masjid yang terbesar di Indonesia Timur, yang mampu menampung 50.000 jamaah.

Masjid Alfatih Al Anshar berada di Jl. Paccinang Raya No.58-60, Tello Baru, Kecamatan Panakkukang, merupakan masjid terunik lainnya yang ada di Makassar.

Dibilang unik karena bangunannya berbentuk seperti Ka’bah di Mekah karena itu disebut juga Masjid Ka'bah.

Masjid Raya Makassar berada di tengah Kota Makassar, tepatnya di Jalan Masjid Raya, Andalas, Krcamatan Bontoala, tidak jauh dari lokasi Masjid Al Markaz. 

Keistimewaan masjid ini juga disebut-sebut salah satu masjid terindah di Kota Makassar. Sebab arsitekturnya bergaya Timur Tengah dengan sentuhan arsitektur mediterian.

Usai berbadah dan mengabadikan masjid-masjid itu, Anda lanjutkan kulineran khas Makassar antara lain Coto Makassar, Sop Konro, Pallubasa, Sop Saudara, Sop Ubi, Sop Lidah, Mie Keras, Pallumara, Kappurung, Pisang Epe, Es Pisang Ijo, dan Jalangkote. 

Coto Makassar atau Coto Mangkasara terbuat dari jeroan (isi perut) dan daging sapi yang direbus dalam waktu yang lama. Rebusan itu diiris-iris, dibumbui lalu dihidangkan dalam mangkuk, dan dinikmati dengan ketupat dan "burasa" atau yang biasa dikenal sebagai buras, yakni sejenis ketupat yang dibungkus daun pisang.

Tempat makan Coto Makassar di kota berpantai Losari ini ada banyak, antara lain Coto Nusantara di Jl. Nusantara Baru No.142;  Coto Paraikatte Jl. Jalan A. P. Pettarani No. 125 dekat SPBU Pettarani; dan Coto Ranggong  di Jl. Ranggong No.13, Maloku.

Sop Konro sama-sama berkuah seperti Coto tapi lebih kental dan biasanya menggunakan tulang iga sapi/kerbau.

Rumah makan Sop Konro juga banyak di Makassar, antara lain Sop Konro Karebosi di Jl. Gunung Lompobattang No. 41; Sop Konro Bawakaraeng Jl. Gunung Bawakaraeng No. 101; dan Sop Konro “Sulawesi” di Jl. Sulawesi No 246.

Pallubasa mirip Coto Makassar terbuat dari jeroan sapi atau kerbau. Proses memasaknya pun hampir sama dengan Coto Makassar, yaitu direbus dalam waktu lama. Setelah matang, jeroan yang ditambah dengan daging itu diiris-iris, kemudian dihidangkan dalam mangkuk.

Perbedaannya, Pallubasa dimakan bersama nasi putih sedangkan Coto Makassar dimakan bersama ketupat.

Warung makan Pallubasa antara lain Pallubasa Serigala di Jl. Serigala XIV, Mamajang Dalam, Mamajang; Pallubasa Onta Jl. Onta Lama No.103, Mandala, Mamajang; dan Pallubasa Samalona di Jl. Dokter Wahidin Sudiro Husodo No.1.

Sop Saudara hidangan berkuah dengan bahan dasar daging sapi bersama bahan pelengkap seperti bihun, perkedel kentang, jeroan sapi (misalnya, paru goreng), dan telur rebus.

Restoran yang meyajikan Sop Sodara di Kota Anging Mamiri ini antara lain Sop Saudara Sulawesi depan Oleh-oleh Cahaya di Jl. Sulawesi No.182; Sop Saudara Irian Jl. Dokter Wahidin Sudiro Husodo No.40, Pattunuang; dan Sop Saudara Andalas di Jl. Sunu No.136, Lembo, Tallo.

Sop Ubi terbuat dari ubi kayu yang dipotong kecil kemudian digoreng dicampur dengan daging sapi atau kerbau, soun, kuah daging, dan tumisan bumbu tidak ketinggalan taburan bawang goreng dan daun bawang.

Tempat makan Sop Ubi antara lain Sop Ubi Datumuseng di Jl. Datumuseng (dalam lorong samping Stela Maris); Sop Ubi Botolempangan Jl. Botolempangan No 74; dan Sop Ubi Lembu di Jl. Lembu No.39, Maricaya. 

Sop lidah berbahan baku lidah sapi dimasak dengan aneka bumbu dicampur daun seledri, bawang goreng dan bihun. Tambahannya perkedel kentang.

Rumak makan bermenu kuliner Sop Lidah antara lain Sop Lidah Asli Bulukunyi di Jl. Bulu Kunyi, Maricaya Baru;  Sop Lidah Lamuru Jl. Lamuru No 32 B; dan Warung Sop Lidah Asli Lamuru di Jl. Rusa No.16, Maricaya, Kecamatan Makassar.

Mie Kering itu sejenis mie yang dipanggang sampai benar-benar kering dan disiram dengan kuah kental panas yang berisi daging ayam, udang, bakso dan sawi.

Lokasi menyantap Mie Kering di kota yang pernah bernama Ujungpandang ini antara lain Mie Titi di Jl. Boulevard Ruko Rubi II No.25, Masale, Panakkukang; Mie Anto Jl. Bali, Pattunuang, Wajo; dan Yam Mie, di Jl. Gn. Merapi No.192.

Pallumara berkuah kental dan menggunakan asam jawa.

Rumah makan yang menyuguhkan Pallumara antara lain RM Ulu Juku di Jl. Prof. Abdurahman Basalamah No.99A, Karampuang, Panakkukang; RM. Pallu Kaloa Jl. Abdullah Daeng Sirua No.95, Tamamaung; dan Kepala Ikan Mappanyuki di Jl. A. Mappanyukki No.36C, Mario, Mariso. 

Kappurung berasal dari daerah Luwu dan Palopo. Makanan ini terbuat dari sari tepung sagu dimasak seperti papeda dengan campuran ikan atau daging ayam dan sayuran

Tempat kuliner Kappurung antara lain RM Kapurung Kasuari di Jl. Kasuari No.2, Kunjung Mae, Mariso; RM Aroma Palopo Jl. A. Mappanyukki No.66 C, Mariso; dan RM Aroma Luwu di Jl. Beruang No.63, Bonto Biraeng, Mamajang.

Pisang Epe, panganan dari pisang kepok bakar yang digepengkan.

Lokasinya antara lain di sepanjang Pantai Losari dan  di seberang Masjid Terapung Makassar, jelang sore sampai malam.

Es Pisang Ijo terbuat dari pisang raja utuh yang dibalut dengan adonan tepung berwarna hijau dan proses memasaknya dikukus lalu disajikan dengan es serut, sirop rasa pisang ambon, dan santan secukupnya.

Kedai kuliner Es Pisang Ijo antara lain HH Lasinrang Pisang Ijo di Jl. Lasinrang No.28, Mangkura; RM Muda Mudi Jl. Rusa No.45 A, Maricaya; dan RM Bravo di Jalan Sultan Alauddin Nomor 27.

Jalangkote penganan yang mirip dengan pastel tapi kulitnya lebih tipis. Isiannya daging cincang yang ditumis dengan ubi jalar dipotong dadu atau wortel dengan sambal terbuat dari air cuka ditambah bawang putih, gula, dan cabe.

Tempat kuliner Jalangkote yang bosa Anda datangi di Kota Tanah Daeng ini antara lain Jalangkote & Lumpia Lasinrang ASLI di Jl. Lasinrang No.11A; RM Muda Mudi Jl. Rusa No.45 A, Maricaya; dan Jalangkote Salahutu di Jl. G. Salahutu No.24-25.

Masjid 'Perkasa' & Kaledo
Di Kota Palu, destinasi wisata religi yang menarik untuk Anda datangi antara lain Masjid Jami, Masjid Apung Palu, dan Masjid Perumnas Balaroa.

Masjid Jami berlokasi di Jl.  Wahid Hasyim, Kelurahan Baru, Kecamatan Palu Barat.

Keistimewaan masjid ini, termasuk masjid tua bahkan kabarnya merupakan masjid pertama di Kota Palu yang dibangun pasca-masuknya Islam pertama kali di Palu sekitar abad ke-17.

Masjid Apung Palu berada di Teluk Palu, tepatnya di Jalan Rono, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, termasuk bangunan yang 'perkasa' karena selamat dari tsunami yang terjadi pada 28 September 2018.

Masjid yang bernama asli Masjid Arqam Bab Al Rahman itu masih terlihat keberadaannya kendati sebagian badannya kini tenggelam air laut.

Kendati bukan masjid terapung pertama di Tanah Air, Masjid Apung Palu telah menjadi salah satu ikon landmark Palu.

Masjid Arqam yang diresmikan pada Desember 2011 itu, semula mampu menampung sampai 200 jamaah. 

Setelah diguncang gempa dan diterjang tsunami, masjid yang tertancap oleh pilar-pilar sampai kedalaman 10 meter ini tinggal atapnya saja.

Lain lagi dengan Masjid Perumnas Balaroa, di Kecamatan Palu Barat, Kota Palu. Masjid satu ini bisa menjadi objek wisata likuifaksi. 

Akibat likuifaksi atau pergerakan tanah, seluruh badan Masjid Perumnas Balaroa tersebut ambles. Tapi kubah-kubah berwarna emas dan menaranya masih utuh.

Selepas tunaikan shalat sunnah dan wajib di Masjid Jami dan melihat kondisi terkini Masjid Apung Palu serta Masjid Perumnas Balaroa, baru berwisata kuliner masakan khas Palu, antara lain Kaledo.

Kaledo alias Kaki Lembu Donggala, semacam sop daging, tulang, dan sum-sum sapi atau lembu. Uniknya teman bersantapnya singkong rebus. 

Tempat kuliner Kaledo di Palu yang terkenal antara lain di Rumah Makan Kaledo Abadi di Jl. Diponegoro Nomor 75; Kaledo Stereo Jl. Diponegoro No. 40 tepatnya ke arah Donggala; dan Kaledo Tumbelaka di pusat Kota Palu Jl. Malonda, Silae. 

Sementara oleh-oleh khas Palu yang bisa Anda bawa pulang  antara lain Bawang Goreng Sri Rejeki Palu, Abon Tuna, Abon Ikan Roa, Kacang Tenteng, Durian Dampo, Coklat Banua, Sambal Ikan Roa, Olahan Daun Kelor, Kopi Kolawi/Napu, Kopi Torata, dan lainnya.

Ada beberapa pusat oleh-oleh di Kota Palu yang bisa Anda sambangi antara lain Toko Oleh-oleh Sri Rejeki Palu arah luar kota menuju bandara Mutiara SIS Al-Jufri dan Pusat Oleh Oleh Diana di Jl. RA Kartini, Lolu Selatan, Kecamatan Palu Selatan. 

Selagi di Palu, cicipi juga Uta Kelo atau Sayur Kelor yang berkuah santan dan biasanya dicampur dengan Palola Ngura atau Terong Muda, Kasubi (Ubi), Lamale (Udang Kecil), Pusu (Jantung Pisang), dan Loka Ngura atau Pisang Muda.

Menu lainnya Duo Sole (Teri Goreng), Bau Ngau (Ikan Kering), dan Palu Mara (Sayur Ikan).

Nah, tulisan dua jenis wisata religi dan kulineran ini, mudah-mudahan bukan hanya bisa meredakan kecemasan akibat kabar bohong tentang zona megathrust di Selat Makassar itu, pun dapat menjadi inspirasi sekaligus alternatif buat mengisi liburan bermanfaat Anda berikutnya di Balikpapan, Makassar, dan Palu.

Lalu kenapa yang dipilih itu wisata religi dan kuliner? Karena dua aktivitas wisata yang berbeda tapi nyambung ini, TravelPlus Indonesia yakin bisa bikin jiwa Anda tenang dan perut juga kenyang.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Masjid Terapung Makassar berlatar sunset.
2. Masjid Madinatul Iman atau Balikpapan Islamic Center (dok. @balikpapanislamicentre)
3. Pisang Gapit khas Balikpapan (dok. @pisang_gapit_barokah)
4. Masjid 99 Kubah di Makassar (dok.
5. Masjid Raya Makassar (dok.@sherlyannavita)
6. Coto Makassar plus buras.
7. Pisang Epe khas Kota Anging Mamiri.
8. Masjid Apung Palu, pasca-tsunami5 kini jadi destinasi wisata religi. (dok.@hao_noah)
9. Kaledo, sop tulang sumsum khas Palu yang disantap dengan singkong rebus. (dok.@ghally_andre)





0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP