. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 26 Desember 2019

Ular Jadi Daya Tarik Wisata Kuliner, Gua, Pulau, Pura sampai Pasar, Ini Lokasinya

Banyaknya ular kobra dan sanca (piton) yang ditemukan di sejumlah tempat lalu beritanya tersiar di sejumlah media, membuat reptil satu ini menjadi hewan paling ngehits beberapa pekan belakangan sampai jelang akhir tahun ini.

Mengerikan? Jelas! Tapi di beberapa tempat, ular justru menjadi daya tarik wisata baik kuliner, gua, pulau, pura maupun pasar yang justru mampu menarik kunjungan wisnus dan wisman.

Nggak percaya?  Hemmm.., coba aja Anda datang ke kawasan Mangga Besar, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat.

Di sana Anda bakal menemukan beberapa warung tenda bahkan restoran yang menyajikan menu berbahan utama ular kobra dan lainnya.

Warung tenda yang menjual menu berbahan utama ular kobra antara lain Rica Cobra, Adi Cobra, dan King's Cobra. Sedangkan restorannya ada King Cobra House dan Raja Cobra. 

Menu ular yang dijual di warung tenda dan restoran tersebut antara lain sate, sup, abon, daging ular kobra yang digoreng, dan darah serta empedu dari ular-ular kobra yang disediakan dalam keadaan hidup. 

Peminatnya bukan cuma pria tapi juga wanita karena mereka percaya darah, daging, dan empedu ular berkhasiat untuk kesehatan dan kecantikan, antara lain bisa menghaluskan kulit.

Selain orang biasa, banyak juga pejabat, artis bahkan turis terutama dari China, Korea, dan Taiwan yang datang ke warung dan restoran tersebut untuk menyantap aneka menu dari ular kobra.

Lokasi kuliner ular kobra lainnya bisa Anda temui di Tangerang, Banten, tepatnya di ujung Jalan Kisamaun, kawasan Pasar Lama.

Di sana ada warung tenda yang menjual berbagai macam olahan daging ular yang ramai didatangi para penikmat kuliner ekstrem. Namanya Warung Tenda Dua Cobra. 

Nah, di Jogja juga ada kuliner ekstrem berbahan ular kobra, antara lain di Rumah Makan Kobra yang terletak di Jalan Hayam Wuruk 19 Lempuyang Wangi.

Selain sate dan sup kobra, rumah makan satu ini juga menyajikan tongseng kobra dan burger kobra. Alamaaaak...

Kalau ingin melihat berbagai jenis ular dalam gua berdaya tarik wisata, Anda bisa sambangi  Istana Ular  atau Gua Manggarai yang berada di Desa Galang, Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Pulau Flores, NTT.

Gua yang lokasinya berada ditengah-tengah antara kota Labuan Bajo- Ibu Kota Mabar dan Ruteng-Ibu Kota Kabupaten Manggarai ini juga sering dikunjungi wisnus dan wisman Eropa.

Begitupun ular-ular yang ada di Pura Tanah Lot, menjadikan salah satu destinasi paling terkenal di Pulau Bali ini semakin bermagnet kuat.

Wisnus dan wisman yang datang bukan hanya melihat pemandangan pura ketika matahari terbenam, pun banyak yang penasaran ingin melihat ular suci Tanah Lot yang oleh masyarakat Bali dianggap sebagai ular keramat.

Masyarakat Bali menyebut ular suci yang menetap di Pura Tanah Lot dengan nama poleng. Ada dua jenis ular suci di sana, yakni ular berwarna belang hitam putih dan ular abu-abu kehitaman.

Kabarnya ular-ular tersebut bukanlah hewan biasa melainkan jelmaan dari selendang milik Dang Hyang Nirartha. Dang Hyang Nirartha adalab sosok yang berperan besar dalam pendirian Pura Tanah Lot.

Sementara ular yang menghuni pulau ada di Pulau Ular yang berada di tengah salah satu perairan bagian Timur di wilayah Kecamatan Wera, tepatnya di Desa Pai Wera Sub, Kabupaten Bima, NTB.

Pulau itu dapat Anda tempuh dari Kota Bima ke Desa Kalo Kecamatan Wera sekitar 45 menit dengan mobil. Lalu naik perahu motor lebih kurang 15 menit.

Di sana Anda bakal disuguhkan pemandangan Laut Bima dan kemegahan gunung berapi Pulau Sangiang serta tentunya penghuninya yakni sekelompok ular laut berwarna putih silver dengan kombinasi hitam mengkilat yang hidup liar namun  jinak.

Masih ada sekurangnya 2 pulau bernama serupa yakni Pulau Ular di Selat Sunda tepatnya di perairan Cilegon, Banten. Satu lagi Pulau Ular di Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara.

Meskipun sama-sama bernama Pulau Ular namun keduanya tidak dipenuhi hewan melata itu.

Pulau Ular di perairan dekat Cilegon menjadi lokasi mancing yang kerap disinggahi para penggila mancing. Sedangkan Pulau Ular di Buton Selatan justru menawarkan sederet keindahan hingga sering disambangi pegunjung.

Pulau Ular bernama asli Liwuntokidi itu berada di antara Pulau Kadatua dan Pulau Siompu.

Ukuran pulaunya sangat kecil tapi pantainya indah berpasir putih dan sunrise-nya amat menawan.

Kalau Anda ingin ke pulau tak dihuni manusia ini, harus menyewa perahu warga sekitar dari pelabuhan Topa yang berada di Kelurahan Sulaa, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau. Waktu tempuhnya sekitar 30 menit. 

Pasar Beriman Tomohon
Sementara keberadaan sejumlah pedagang ular, terutama sanca di Pasar Hewan Beriman, juga membuat pasar yang berada di Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut) ini menjadi pasar tak biasa (unik) alias berdaya tarik wisata.

Maklum biasanya di Jawa dan daerah lain, para pedagang di pasar hewannya hanya menjual ayam, sapi, kambing, kerbau, sapi, dan ikan. Tapi di Pasar Hewan Beriman Tomohon, para pedagangnya menjual ular piton, bahkan kelalawar yang oleh masyarakat setempat disebut paniki, juga babi, biawak, dan tikus hutan. 

Sebenarnya masih ada jenis hewan lainnya yang dijajakan di pasar itu tapi TravelPlus Indonesia tak tega menyebut apalagi memasang foto-fotonya, lantaran termasuk hewan-hewan peliharaan yang jinak dan biasa menjadi sahabat manusia.

Di pasar yang kemudian mendapat julukan Extreme Market alias Pasar Ekstrem itu, Anda bisa melihat para pembeli yang kebanyakan ibu-ibu rumah tangga memesan ular piton besar dan panjang (ada yang basarnya sebesar paha orang dewasa) yang masih hidup kemudian dipotong-potong oleh pedagangnya sesuai permintaan pembeli.

Ular piton tersebut kemudian dimasak, antara lain diolah dengan campuran santan.

Selain di Pasar Beriman Tomohon, ada satu lagi pasar ekstrem di Sulut yang menjual hewan-hewan tak biasa itu, yakni di Pasar Langowan. Letaknya di Desa Wale Ure, Kecamatan Langowan Timur Kabupaten Minahasa.

Namun pasar yang lebih sering dikunjungi wisatawan adalah Pasar Beriman Tomohon lantaran sudah lebih dulu terekspos sejumlah media.

Nah, bagi Anda yang Muslim, sekadar ingin tahu keunikan kedua pasar ekstrem tersebut, ya boleh-boleh saja datang. Tapi ingat, jangan mencicipinya bermacam olahannya ya.

Tak sulit mencapai Pasar Hewan Beriman. Kalau tidak macet, Tomohon dapat dijangkau tak sampai 1 jam dari Manado. Jalannya memang menanjak dan berkelok-kelok namun menawarkan panorama indah antara lain Teluk Manado dari ketinggian.

Kalau Anda datang sendiri ala backpacker, naik saja bis umum dari Terminal Karombasan, Manado ke Tomohon, turun di Terminal Beriman Tomohon. Dari situ, tinggal jalan kaki ke Pasar Beriman Tomohon yang berada di Kelurahan Paslaten, Kecamatan Tomohon Timur. Pasar itu letaknya bersebelahan dengan terminal.

Lain lagi dengan dua pasar yang ada di Jakarta Utara, yakni Pasar Ular Plumpang dan Pasar Ular Permai.

Meskipun keduanya sama-sama berlabel Pasar Ular atau Paul tapi sama sekali tidak menjual ular, baik hidup maupun yang sudah diolah menjadi berbagai macam kuliner seperti yang ada di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat.

Di Paul Plumpang di pertigaan Jalan Plumpang Semper, Jakarta Utara, Anda bisa memborong bermacam barang terutama sepatu, pakaian, dan celana jeans.

Menurut salah seorang pedagang, pasar ini dinamakan Pasar Ular lantaran dulunya bekas rawa-rawa yang dihuni banyak ular. Tapi ada juga yang bilang dinamakan begitu karena istilah barang-barang yang dijual awalnya barang selundupan, jadi harus licin kayak ular.

Semula Paul Plumpang adalah pasar kaget barang blackmarket yang dijual harga lebih miring dibanding toko apalagi mall, karena itu dulu pasar ini pernah ngehits, ramai orang yang datang untuk ngeborong.

Uniknya lagi, bagian dalam pasar ini berbentuk lorong-lorong yang sempit dan berkelok, menyerupai ular. 

Sementara di Paul Permai yang berada di tepi Jalan Yos Sudarso, Anda akan temui penjual keramik dan kristal. Ada keramik lokal sampai keramik dari Cina. Sedangkan kristal-nya diimpor dari Eropa.

Pembelinya dari berbagai kota, terutama dari Manado dan Palu untuk dijual kembali.

Satu lagi objek wisata pasar yang berembel-embel ular, namanya Pasar (Pajak) Ular di Kota Medan, Sumatera Utara. Orang Medan menyebut pasar itu ya pajak.

Pajak Ular di Medan berupa deretan lapak kali lima di Jl. Sutomo simpang Jl. Veteran ini juga tidak menjual ular sama sekali, melainkan bermacam barang bekas (babe) jaman dulu (jadul) untuk bernostalgia seperti TV cembung, radio, kaset, piringan hitam prangko, koin, kamera, hp, dan sepatu

Itulah sederet lokasi berdaya tarik wisata yang berhubungan dengan ular. Ada ular yang nyata (memang benar-benar ular), ada ular yang dikeramatkan, dan ada yang hanya sebutan/nama saja padahal tidak dihuni ular.

Anda tertarik? Penasaran ingin tahu lebih jauh? Sambangi saja semuanya.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis @yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji, @dhimas_hendra_oktavian, @tanahlotbali, @christina_sandoria, @wadehanafie & @semedan

Captions:
1. Wisatawan melihat salah seorang pedagang memotong ular piton besar di Pasar Beriman Tomohon, Sulut.
2. Tongseng ular kobra di Jogja.
3. Pura Tanah Lot Bali.
4. Potongan ular sanca di Pasar Beriman Tomohon.
5. Pasar Ular (Paul) Plumpang, Jakarta Utara tidak menjual ular dan olahannya sama sekali.
6. Pajak Ular di Kota Medan, sederet pedagang kaki lima yang menjual aneka barang bekas (babe) jaman dulu (jadul), bukan ular.


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP