Wisata Kajian Islam Marak, Peminatnya Membludak, Ini Faktor Pendukungnya
Wisata kajian Islam beberapa tahun belakangan ini marak di berbagai kota di Tanah Air. Animo masyarakat terhadap wisata rohani satu ini pun semakin tinggi. Salah satu pendukungnya, panitia/penyelenggaranya melakukan promosi kajiannya secara kekinian lewat medsos.
Dulu, panitia/pengurus/remaja masjid hanya memberitahukan acara kajian dengan menggunakan toa dan atau mengirim undangan ke masjid lain. Alhasil penyebaran informasinya sangat terbatas.
Berikutnya promosi yang dilakukan mulai menggunakan media luar ruang seperti spanduk maupun poster.
Namun sejak era media sosial (medsos) menyeruak terlebih Instagram (IG), sejumlah penitia/pengurus/remaja masjid pun membuat akun IG, selain Facebook dan Twitter sebagai media promosi kekinian.
Informasi acara kajian lalu mereka buat semenarik mungkin, baik itu dari segi desain grafisnya, fotonya maupun judulnya. Kemudian disebarluaskan lewat medsos dan di-tag ke akun-akun IG terkait lainnya sehingga tersiar jauh lebih luas, tak terhalang jarak.
Nama kajiannya pun bermacam. Ada Kajian Tauhid seperti yang diusung oleh Daurrut Tauhid pimpinan dai kondang Abdulah Gimnastiar alias Aa Gym.
Ada juga Kajian Tadabur Alqur'an yang digarap AQL Islamic Center pimpinan Ustadz Bachtiar Nasir, Kajian Kitab Bulughul Maram oleh Ustadz Abi Makki, dan Kajian Ngaji Metal (Metode Talkin) oleh Ustadz Salafuddin Abu Sayyid.
Ada lagi Kajian Pemuda Islami yang digelar Prisma Al-Iklas di Balekambang, Condet, Jakarta Selatan, dan Kajian Spesial yang bertempat Masjid Jami Said Na'um di Kebob Kacang 9 Tanah Abang Jakarta Pusat bersama Pemuda Cinta Rasul, dan lainnya.
Lokasi kajiannya terutama di rumah Allah, baik itu masjid maupun mushola. Tapi belakangan juga ada di rumah, perkantoran, lapangan, dan tempat lainnya.
Waktu pelaksanaannya, ada yang mingguan (seminggu sekali) maupun bulanan, dan pas hari-hari besar Islam.
Faktor pendukung lain yang membuat wisata kajian era milenial ini semakin diminati masyarakat karena kehadiran transportasi online yang memudahkan masyarakat mencari masjid yang menjadi tempat acara kajian, sekalipun lokasinya jauh dan kurang strategis.
Ketenaran/keunikan/kepandaian pemberi materi kajian baik itu ustadz maupun ustadzah, pun menjadi salah satu faktor pendukung sebuah kajian diminati masyarakat.
Dulu, Zainuddin MZ (almarhum) yang dikenal sebagai d’ai sejuta umat berhasil membuat masyarakat berbondong-bondong datang untuk menyimak tauziah/ceramahnya di manapun.
Nama-nama lain yang kemudian juga berhasil menarik minat masyarakat datang ke kajian/majelis ilmu/zikir akbar ada Aa Gym dan KH. Arifin Ilham.
Selanjutnya di era medsos, giliran Ustadz Abdul Somad (UAS) yang fenomenal lantaran mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat setiap kali menjadi bintang utama di sejumlah kajian.
Penggemar UAS dipastikan menyemut setiap kali ustad asal Riau itu tampil. Sampai ada yang bilang, ketenaran dan peminat tauziahnya setara dengan Zainuddin MZ.
Sejumlah ustad lainnya yang juga mendapat perhatian para netizen atau warganet, ada Ustadz Bachtiar Nasir, Adi Hidayat, Abi Makki, Felix Siauw, Fatih Karim, Abu Fida, Derry Sulaiman, dan lainnya.
Belakangan selain ustadz/ustadzah dalam negeri juga ada yang mengundang da'i internasional dari mancanegara.
Untuk menambah daya tarik, penitianya juga kerap menggunakan pemandu acara ataupun bintang tamu dari kalangan public figure/artis yang teguh berhijrah dan mulai konsen dengan kegiatan-kegiatan Islam seperti Teuku Wisnu, David Chalik, Arie Untung, Mario Irwinsyah, Dewi Sandra, Fenita Arie, Hamas Syahid, dan lainnya.
Materi/tema kajiannya pun sangat menarik dan variatif. Kadang mengkaji perihal sunnah, tadabur Al-Qur’an, mengupas terkait kasus tertentu seperti soal bom, LGBT, Narkoba, fans fanatik, teknik mengaji, dan lainnya ataupun menyangkut seputar hari/momen spesial umat Islam seperti Maulid Nabi, Ramadhan, dan sebagainya.
Faktor pendukung lainnya, kemasan kajian sekarang juga memasukkan muatan ekonomi, misalnya dengan sekaligus menggelar bazaar berupa aneka kuliner makanan/minuman, perlengkapan shalat, fashion muslim/muslimah, buku-buku Islam, atribut/pernak-pernik Islami, dan lainnya.
Biasanya sebelum ataupun selepas mengikuti kajian, para jamaah berwisata kuliner ataupun belanja di bazaar tersebut.
Dan itu sudah seperti menjadi konsep sebuah wisata kajian Islam yang memadukan pula dengan kuliner dan belanja.
Selama Ramadhan 1439 H ini, sejumlah kajian Islam tetap marak berlangsung di sejumlah masjid. Biasanya digelar jelang berbuka atau saat ngabuburit sampai buka bersama.
Tak sedikit yang dilakukan selepas Salat Tarawih atau pun pagi hari, selepas Subuh maupun setelah Dhuha sampai waktu Shalat Zuhur masuk.
Mengingat di Bulan Suci, tentu tema yang diangkat umumnya terkait bagaimana berpuasa Ramadhan yang benar, tentang hal-hal yang membatalkan puasa, hikmah/manfaat puasa, memaksimalkan ibadah puasa, seputar sedekah, infaq, zakat, dan lainnya.
Selepas Lebaran, sesudah masyarakat kembali ke kota seusai mudik dari kampung halaman, wisata kajian Islam diperkirakan akan semakin marak.
Peminatnya diperkirakan akan semakin membudak lantaran semakin banyak panitia/pengurus/remaja masjid yang melek medsos lalu mengemas acara kajiannya secara kekinian seperti tersebut di atas.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Masyarakat selalu membludak saat Ustad Abdul Somad tampil di berbagai acara kajian Islam.
2. Sebuah kajian bulanan di Masjid Istiqlal Jakarta.
3. Peminat kajian Mengaji Metal atau Metode Talqin.
4. Salah satu acara kajian yang mengundang da'i internasional dengan public figure sebagai host. (foto: @kajianbogor)
5. Ini bukti wisata kajian Islam di Indonesia semakin membludak peminatnya.
0 komentar:
Posting Komentar