. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 11 Februari 2018

Waduk Jatigede Mau Jadi Destinasi Wisata Kelas Dunia? Ini yang Harus Dilakukan

Bendungan (Waduk) Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat (Jabar) berpotensi besar menjadi destinasi wisata berkelas dunia. Faktor pendukungnya banyak, salah satunya berpanorama geulis (elok). Bahkan keindahan parasnya disebut-sebut mirip Raja Ampat-nya Papua Barat.


Selain berwajah cantik, waduk seluas 5.000 hektar, berkapasitas tampung 979,5 juta meter kubik ini berpredikat sebagai waduk terbesar kedua se-Asia Tenggara, setelah Waduk Jatiluhur di Purwakarta, masih di wilayah Jabar.

Label tersebut tentunya menjadi nilai plus tersendiri bagi waduk ini dalam mencuri perhatian dunia.

Bendungan yang secara simbolis diresmikan pengoperasiaannya oleh Menteri Pekerjaan Umum Basuki Hadimuljono dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan pada 31 Agustus 2015 lalu ini pun berstatus Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Artinya di wilayah waduk ini akan memperoleh fasilitas tertentu dari Pemerintah Pusat dan pihak terkait lainnya.

Akses menuju waduk yang menelan biaya pembangunan sekitar 467 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau ekuivalen Rp 6,2 triliun yang terdiri atas APBN dan pinjaman dari Pemerintah China ini pun bakal semakin mudah dijangkau lantaran didukung dengan kehadiran Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Majalengka dan Tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan).

Waduk yang membendung aliran air Sungai Cimanuk di Kecamatan Jatigede ini pun bukan hanya berfungsi sebagai irigasi, pengendali banjir, pembangkit listrik, dan penyedia air baku ini, melainkan juga sebagai obyek wisata.

Salah satu kawasan wisata yang tengah dikembangkan di waduk ini dinamakan "Pulau Nuh" atau Nuh Island yang berada di tengah perairannya.

Melihat semua faktor pendukung itu, rasanya tak sulit menjadikan waduk yang menyediakan kebutuhan air baku sebesar 3.500 liter per detik dan menghasilkan listrik 110 megawatt (MW) serta telah mengairi 90.000 hektar lahan sawah di Indramayu, Majalengka, dan Cirebon ini menjadi destinasi bertaraf internasional.

Namun untuk mewujudkan itu perlu regulasi yang mengatur pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah Kabupaten Sumedang, termasuk, didukung peraturan lainnya sebagaimana diutarakan Bupati Sumedang Eka Setiawan kepada TravelPlus Indonesia disela-sela menghadiri culture event Pesona Wisata Atraksi 111 Kuda Renggong yang digelar Yayasan Seni Kuda Renggong Sumedang (Yaskures) dan didukung Kementerian Pariwisata (Kemenpar) lewat Bidang Pemasaran Area I (Jawa) di Kecamatan Buahdua, Sumedang, Minggu (10/2/2018).

Permohonan menerbitkan peraturan tentang pembagian kewenangan pengelolaan Waduk Jatigede untuk kepentingan wisata, lanjut Eka sudah disampaikannya langsung kepada Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono di Jakarta tahun lalu.

Menurutnya ketika itu Menteri PUPR Basuki Hadimuljono memberikan respons positif dan sangat mendukung pengembangan destinasi wisata kelas dunia di Waduk Jatigede.

Lalu apa yang harus dilakukan agar impian besar itu menjadi nyata?

Berdasarkan pengamatan TravelPlus usai meninjau Waduk Jatigede selepas meliput Atraksi 111 Kuda Renggong Sumedang di Lapang Darongdong, Buahdua, tak ada cara lain selain membuat dan mengemas berbagai event berkelas internasional di Waduk Jatigede.

Misalnya menyelenggarakan event Festival Internasional Waduk Jatigede yang menyajikan berbagai acara seperti karnaval spektakuler, bazaar kuliner dan UKM, bermacam lomba olahraga air, dan lainnya yang dikemas berkelas dunia, bukan lokal.

Selain itu membuat international sport tourism events seperti Lomba Dayung Internasional, Lomba Kayak Internasional, Lomba Renang Internasional, Lomba Jetski Internasional, Lomba Triathlon Internasional yang memadukan olahraga renang, balap sepeda, dan lari marathon, serta lomba lainnya.

Karena berlabel internasional, tentu saja peserta lombanya bukan hanya dari dalam negeri melainkan pula dari mancanegara, minimal dari kawasan Asia Tenggara.

Event hiburan berkelas dunia pun bisa digelar, seperti Jazz Internasional Waduk Jatigede dengan menghadirkan musisi jazz dalam dan luar negeri.

Tak ketinggalan Festival Seni Jabar yang menghadirkan bermacam kesenian khas Sunda seperti angklung, kuda renggong, tari jaipong, dan lainnya yang juga melibatkan peserta dari mancanegara.

Setiap event yang dibuat harus dipromosikan baik pra, on, dan post event dengan melibatkan pewarta wisata dan travel blog berpengalaman serta peran mediagram.

Lebih bagus lagi setiap event di atas, sudah dibuat paket-paket wisata dengan menyertakan kunjungan ke sejumlah obyek wisata lain di Sumedang dan wilayah Jawa Barat lainnya.

Akomodasi di sekitar waduk juga harus disiapkan, mulai dari homestay sampai resort berbintang.

Begitupun dengan amenitas lainnya seperti resto, masjid, SPBU, money changer, lahan parkir, gedung pertunjukkan, toko perlengkapan olahraga air, dan lainnya. 

Tak ketinggalan dibarengi dengan kualitas SDM pariwisatanya, mulai dari masyarakat, pemandu wisata, pekerja di hotel, café, warung, sentra kuliner, sentra UKM kerajinan tangan, pengelola/petugas obyek wisata, dan lainnya.

Jika semua itu dilakukan, TravelPlus yakin Waduk Jadigede perlahan tapi pasti akan menjadi destinasi kelas dunia.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji & sobatkembara

Captions:
1. Pesona Waduk (Bendungan) Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jabar.
2. Gapura Bendungan Jatigede.
3. Salah satu menara pandang dari bambu di Waduk Jatigede.
4. TravelPlus Indonesia meninjau Bendungan Jatigede Sabtu, 10 Februari 2018.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP