Nangka Merah Banyuwangi Ini Menyita Perhatian Menpar Arief Yahya

Dari bermacam jenis buah made in Banyuwangi yang dipamerkan dalam acara launching Top 77 Events Banyuwangi di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Jakarta, Kamis (1/2/2018), ada yang menyita perhatian Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Buah itu adalah Red Jackfruit alias Nangka Merah.

Buktinya Menpar Arief Yahya yang didampingi Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas sampai menghampiri buah Nangka Merah tersebut yang dipajang bersama dengan deretan buah lainnya, sebelum memasuki Balairung untuk me-launcing Top 77 Events Banywangi 2018.

Padahal di meja stand itu bukan cuma Nangka Merah melainkan pula ada Jambu Kristal, Jeruk, dan juga Buah Naga hasil dari perkebunan holtikultura di Banyuwangi.

Mungkin karena Arief Yahya baru kali ini melihat Nangka Merah tersebut, orang nomor satu di Kemenpar ini terlihat takjub dan langsung menyentuh buah tersebut.

Bagaimana tidak mencuri perhatian. Nangka Merah yang dipajang penjaga stand itu dalam keadaan terbelah, sehingga isi buahnya terlihat jelas.

Apalagi warnanya oranye kemerahan, sangat berbeda dari nangka biasa pada umumnya yang berwarna kuning saat masak.

Menurut penjaga stand-nya yang enggan disebut namanya, rasa buah Nangka Merah ini manis dan wangi.

“Teksturnya lembut karena mengandung banyak air. Daging buahnya tebal dan agak panjang sedangkan ukuran bijinya relatif lebih kecil dibanding nangka lain,” terangnya.

Kata penjaga stand itu lagi, Nangka Merah ini merupakan varietas baru hasil temuan Forum Pemerhati Hortikultura Banyuwangi.

Nangka Merah yang bernama latin Artocarpus heterophyllus ini, tinggi pohonnya bisa mencapai 30 m.

Kabarnya buah Nangka Merah ini dihasilkan dari proses ‘Top Working’, yakni menyambungkan tangkai muda pada pohon indukan sehingga memangkas waktu tunggu panen.

“Masa panennya lebih cepat dari penanaman nangka biasa. Cuma butuh 2,5 tahun karena dukungan pohon indukannya. Sementara penanaman nangka biasa membutuhkan waktu 5 tahun untuk mulai panen, bahkan hingga 8 atau 12 tahun bila tidak dirawat dengan baik,” bebernya.

Letak geografis Banyuwangi turut mendukung pengembangan holtikultura bermacam buah. “Udara di Banyuwangi kabarnya terpapar kandungan sulfur Pegunungan Ijen dan uap laut Selatan serta laut sebelah Utara sehingga membuat sebagian besar tanahnya subur dan cocok untuk tanaman hortikultura. Selain mudah tumbuh, rasa dari buah-buahannya jadi lebih enak dibanding buah holtikultura dari daerah lain,” terangnya.

Kata penjaga stand itu lagi, kalau ingin membeli Nangka Merah ini bisa mengunjungi Pusat Pengembangan Buah-Buahan dan Hortikutura Agro Banyuwangi di Jalan Brawijaya, samping Samsat Banyuwangi.

“Buah Nangka Merah dijamin ada karena tidak mengenal musim. Tapi kalau ingin Durian Merah khas Banyuwangi sebaiknya datang mulai pertengahan Februari ini,” tambahnya.

Sekarang ini, lanjutnya, Durian Merah tidak ikut dipamerkan karena masih belum musim.

Menurutnya, kini selain Durian Merah, banyak wisatawan yang datang ke Banyuwangi juga untuk membeli Nangka Merah sekalipun harganya lebih mahal daripada nangka biasa.

Boleh dibilang disamping Durian Merah, kini Nangka Merah juga sudah mulai dijadikan buah tangan oleh wisatawan yang bertandang ke Banyuwangi untuk liburan, bisnis, dan urusan lain.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:

1. Menpar Arief Yahya menyentuh buah Nangka Merah sebelum me-launching Top 77 Events Banyuwangi 2018 bersama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Jakarta.

2. Inilah wajah buah Nangka Merah khas Banyuwangi yang berhasil menyita perhatian Menpar Arief Yahya.

3. Ukuran buah Nangka Merah made in Banyuwangi yang sudah masak.