. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 05 Februari 2018

Begini Kisah Perjalanan Aksi Kesehatan Dompet Dhuafa ke Asmat

Mendengar tim Dompet Dhuafa berangkat ke Agats, Ibukota Kabupaten Asmat, Provinsi Papua baru-baru ini dengan mengemban misi kemanusian, membantu warga setempat yang terkena campak dan menderita gizi buruk, jujur TravelPlus Indonesia salut dan sekaligus ingin tahu kisah perjalanan mereka.

TravelPlus Indonesia sendiri pernah ke Agats jelang akhir tahun lalu untuk meliput Pesta Budaya Asmat 2017 sehingga sedikit banyak tahu benar bagaimana sulitnya akses menuju kota yang berjuluk Kota di Atas Papan dan Kota Rawa itu.

Dari press release yang dibuat tim Dompet Dhuafa (DD) lalu dikirim ke sejumlah media termasuk TravelPlus via email, ternyata apa yang TravelPlus alami tak beda jauh dengan yang dialami tim DD.

Kendala utama ke Asmat memang akses, terutama ketersediaan alat transpotasi pesawat perintis dan kapal laut, ditambah jaraknya yang jauh, apalagi kalau dihitung dari Jakarta.

Judul release-nya: “Sulitnya Akses, tak Sulutkan Semangat Dompet Dhuafa Dalam Aksi Kesehatan”, saja sudah tak terbantahkan kalau ke Agats itu kendalanya ya akses.

Sebenarnya kalau jauh itu bukan perkara, hanya saja seperti sudah disebut di atas, alat tranportasinyalah yang amat terbatas dan mahal pula.

Di kalimat awal release tersebut tertulis: ”Bukan sebuah perjalanan singkat, ribuan kilometer menjadi jarak jelajah kali ini. Tentu juga tak lebih dekat berbanding kita ke negara tetangga hanya sekedar berfoto dengan patung singanya”.

Sebuah pengantar yang menjelaskan bahwa apa yang mereka lakukan itu meskipun tidak ringan namun jauh lebih bermakna ketimbang jalan-jalan ke negara sebelah hanya untuk selfie, foto narsis, dan membangga-banggakan negara orang lain.

Padahal di dalam negerinya sendiri masih banyak masalah, dan perlu dibantu. Setidaknya itulah yang TravelPlus tangkap.

Dari release itu pun terungkap bahwa tim relawan DD tidak sendiri, mereka pula membawa serta dr. Abdul Halik Malik, MKM, dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Planning pertama yanga mereka pilih adalah mendarat di Timika lalu melanjutkan perjalanan dengan pesawat perintis ke Agats.

Sayangnya rencana awal mereka itu kandas lantaran pesawat yang biasa beroperasi tengah dalam perbaikan.

Sementara kapal laut yang berlayar dari Timika ke Agats telah berangkat dua jam sebelum jadwal kami tiba di Timika. Jadwal selanjutnya tercatat berlayar kembali dalam rute yang sama pada 1 Februari mendatang.

Tak mau menunggu lama, planning B dilakoni dengan mencari peruntungan pesawat perintis di Merauke.

Hasilnya tiket dadakan menuju ujung Timur Indonesia itu mereka dapatkan.

Jelang dzuhur, Tim DD dan dr. Malik mendarat di Merauke. Mereka segera menuju kantor-kantor pesawat perintis yang biasa beroperasi terbang ke Bandara Ewer, Agats.

Sayangnya lagi, kursi telah habis terjual hingga 31 Januari. Untungnya niat baik mereka dibantu Allah SWT, mereka akhirnya mendapat Tiket Susi Air tertanggal 25 Januari 2018, pukul 11.35 WIT.

Di ketinggian 10.500 kaki, mereka mulai mengudara dari Merauke menuju Bandara Ewer di Agats, Asmat, bersama sepuluh penumpang lainnya.

Hampir dua jam penerbangan, akhirnya mereka tiba juga di Asmat. Namun, untuk menjangkau Distrik Agats, mereka harus kembali menyambung perjalanan dengan speedboat sekitar 20 menit.

Barulah tiba di kota atas papan dan atas rawa itu. Posko induk kasus luar biasa menjadi tujuan utama mereka untuk minta izin dan berkoordinasi.

Seusai koordinasi barulah sejenak mereka menuju lokasi-lokasi di mana anak-anak mendapatkan penanganan akan kasus gizi buruk dan campak.

Keesokan paginya, Jumat (26/1), mereka baru benar-benar mengawali aksi kesehatan dalam kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) di Asmat.

Mereka susuri jalanan dari papan kayu besi yang beberapa tersambung dengan beton yang menggantung di atas rawa, menuju sekolah-sekolah.

Pagi itu tim DD yang digawangi dr. Abdul Halik Malik, MKM dan Tumijan dari Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) DD Papua, bergabung dengan relawan lainnya menyisir sekolah-sekolah.

Menurut dr Malik, tujuan utama dari aksi mereka ini adalah pemberian vitamin A, edukasi, dan penyuntikan vaksin campak.

Tim DD terus berkolaborasi dengan relawan lainnya dari Baznas, Da'arul Qur'an, Lazis Wahda, dan Sekretariat MUI Asmat, untuk memberikan pelayanan kesehatan di negeri penuh rawa ini.

Pagi itu mereka memberikan vaksin bagi ratusan siswa dari TK, SD, dan SMP Yapis Agats.

Pemberian vaksin atau imunisasi itu untuk membangun sistem kekebalan tubuh yang baik bagi anak-anak Asmat. Sehingga kedepannya, tubuh anak-anak mampu menangkal penyakit yang berpotensi membawa kecacatan maupun kematian.

Usai memberi suntikan, dr. Malik berharap ikhtiar yang mereka lakukan menjadi penguat sehat bagi anak-anak Asmat, sehingga kedepannya tidak ada lagi gizi buruk, campak, dan virus lainnya di Papua.

Ketika mendengar Agats jadi penampungan penderita KLB campak dan gizi buruk, TravelPlus sendiri langsung membuat tulisan berjudul: “Inilah Sederet Daya Pikat Kota di Atas Papan dari Sisi Wisata” yang tayang di www.travelplusindonesia.blogspot.co.id pada Kamis (25/1/2018).

Tujuannya adalah menginformasikan apa saja yang bisa dilihat/dinikmati wisatawan jika berpetualang ke Agats.

Lewat tulisan berikut beberapa foto perjalanan dan obyek-obyek di Agats itu tersimpan harapan agar sektor pariwisata di kota yang menjadi pintu gerbang ke distrik-distrik lain di Kabupaten Asmat yang berjuluk Negeri Sejuta Sungai ini, tidak serta tenggelam oleh pemberitaan tentang KLB campak dan gizi buruk.

Tentu saja wisata yang dilakukan para wisatawan berjiwa petualang ke Agats dan distrik lainnya dalam kondisi Asmat masih seperti itu, jelas bernuansa beda.

Wisatanya bukan semata penjelajahan atau petualangan biasa, pun sekaligus membantu para warga Asmat yang terkena dua kasus tersebut.

Dengan begitu perjalanan wisatanya menjadi jauh lebih bermakna, meskipun tak seperti perjalanan yang dilakukan tim DD dan dr. Malik baru-baru ini yang memang benar-benar murni untuk aksi kesehatan.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji & LKC Papua

Captions:
1. Wajah asli orang Asmat, Papua.
2.  Pesawat perintis dari Timika ke Bandara Ewer masih terbatas dan mahal tiketnya.
3. Dari Bandara Ewer masih harus naik speedboat menuju Agats.
4. Suasana pelabuhan di Agats.
5. Tim Dompet Dhuafa tiba di Agats. (foto: LKC Papua)
6. Aksi dr. Malik memberikan suntikan vaksin campak ke sejumah pelajar di Agats. (foto: LKC Papua.
7. Salah satu SD di Agats.
8. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agats yang menampung warga Asmat yang terkena campak dan gizi buruk.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP