Akibat Si Jago Merah, 155 Koleksi Museum Bahari Terbakar
Musibah kebakaran yang menimpa Museum Bahari, Jakarta Utara pada 16 Januari 2018 lalu mengakibatkan beberapa gedung museum mengalami kerusakan dan sebanyak 155 koleksinya ikut terbakar.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo, ig: @adjitropis)
Foto: @jakarta_tourism
Dalam press realese dari Pihak Museum Bahari yang sebarluaskan lewat akun Instagram (IG) @jakarta_tourism dua hari lalu dijelaskan bahwa Gedung C blok 3 mendapat dampak terparah dalam musibah tersebut dengan kerusakan mulai dari lantai 1 sampai dengan lantai 3.
Gedung C blok 2 juga mengalami kerusakan di lantai 2. Begitupun dengan Gedung A museum yang mengalami kerusakan di blok 4 dan 5 lantai 2 dalam kebakaran tersebut.
Diterangkan pula bahwa secara keseluruhan koleksi yang terbakar dalam musibah ini berjumlah 155 buah, terdiri dari koleksi perahu asli, replika perahu, alat navigasi, jangkar, kemudi kapal, suar apung, lukisan, alat tangkap ikan, dan koleksi lainnya.
Gedung Museum Bahari semula adalah gudang penyimpanan rempah-rempah.
VOC membangun gedung ini secara bertahap sejak 1652 hingga 1759.
Pada 1976 kompleks gedung ini diserahkan kepada pemerintah DKI Jakarta yang kemudian dipersiapkan sebagai sebuah museum.
Museum Bahari kemudian diresmikan pemakaiannya oleh Gubernur DKI Jakarta Ai Sadikun pada 7 Juli 1977.
Adapun fungsi Museum Bahari untuk melestarikan, memelihara, merawat, dan menyajikan koleksi-koleksi yang berhubungan dengan kehidupan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia.
Menurut data dari museum-bahari.blogspot.co.id, jumlah koleksi Museum Bahari sebelum terbakar ada sekitar 1835 buah.
Secara tematik, tata pamer koleksi dan informasi Museum Bahari terbagi ke dalam sejumlah pembagian ruang, yaitu Ruang Masyarakat Nelayan Indonesia dengan koleksi yang dipamerkan berupa miniatur kapal dan peralatan kenelayanan.
Lalu Ruang Teknologi Menangkap Ikan yang mengoleksi antara lain pancing, bubu, dan jaring.
Ruang Teknologi Pembuatan Kapal Tradisional dengan koleksi yang dipamerkan berupa teknologi dan sentra pembuatan kapal.
Selanjutnya Ruang Biota Laut dengan koleksi yang dipamerkan adalah aneka jenis ikan, kerang, tumbuhan laut, dan dugong.
Ruang Pelabuhan Jakarta 1800-2000 (Pusat Perdagangan Dunia) dengan koleksi berupa artefak-artefak yang berhubungan dengan kesejarahan pelabuhan di Jakarta pada rentang tersebut, termasuk meriam, keramik, dan benteng.
Kemudian Ruang Navigasi dengan koleksi yang dipamerkan antara lain kompas, teleskop, dan sejumlah alat bantu navigasi.
Terakhir Ruang Pelayaran Kapal Uap Indonesia-Eropa dengan koleksi berupa foto-foto dokumentasi mengenai pelayaran kapal uap pertama dari Eropa ke Asia.
Dalam siaran pers tersbut, juga dijelaskan bahwa Sejak hari Selasa (23/1/2018), Museum Bahari sudah dibuka kembali untuk umum.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo, ig: @adjitropis)
Foto: @jakarta_tourism
0 komentar:
Posting Komentar