Ini Keuntungan 10 Destinasi Prioritas Jika Dikelola dengan Single Destination Single Managament Seperti Nusa Dua
10 Destinasi Pariwisata Prioritas atau yang disebut Bali Baru sudah ditetapkan pemerintah dan tengah digarap sejumlah pihak terkait. Pengelolaannya menggunakan Single Destination Single Management (SDSM) sebagaimana sukses diterapkan Nusa Dua-Bali oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC).
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)
Foto: adji & farhan-humas kemenpar
Berkat pengeloaan SDSM yang diterapkan ITDC di Nusa Dua, kawasan yang semua tak dilirik investor tersebut kemudian menjelma menjadi destinasi MICE (Meetings, Incentives, Conferences, dan Exhibitions) bertaraf dunia.
Kesuksesan ITDC di Nusa Dua membuat pemerintah kesemsem dan memilihnya untuk menerapkan hal serupa di Mandalika, Lombok, NTB, salah satu dari 10 Bali Baru yang sudah berstatus Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata.
Bukan cuma Mandlika yang akan menerapkan pengeloaan secara SDSM, pun 9 Bali Baru lainnya.
Hal ini diungkapkan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam jumpa pers Nusa Dua Fiesta (NDF) 2016 di Gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Jakarta, Senin (31/10).
“Nusa Dua ini bisa dicontoh karena sukses menerapkan Single Destination Single Management atau SDSM,” kata Arief Yahya.
Menurutnya sebuah destinasi bisa berkembang dengan lebih maksimal bila dikelola oleh satu pihak dibanding banyak pihak dan banyak pintu.
“Lewat satu pintu, segala urusan pariwisata bisa diselesaikan dengan cepat dan mudah. Lebih praktis dan efisien,” tambahnya.
Pengelolaan secara SDSM, lanjut Arief Yahya juga cocok diterapkan di Danau Toba yang juga termasuk dari 10 Bali Baru.
“Danau Toba itu mencakup 7 kabupaten. Jika pengelolanya ada 7 maka akan sulit. Karena itu dibentuk Badan Otorita Pariwisata untukn mengelolanya. Semua urusan bisa lewat satu pintu sebagaimana di Nusa Dua,” terangnya.
Hal serupa juga bisa diterapkan di Borobudur yang juga termasuk salah satu dari destinasi prioritas.
Menurut Arief Yahya pembangunan hotel, resor, dan lainnya di Borobudur, lokasinya tak perlu terlalu dekat dengan objek wisata utamanya.
“Pembangunan hotel dalam jarak sekitar 1 atau 3 kilometer dari kawasan Candi Borobudur itu masih ideal buat turis,” ungkapnya.
Kata Arief Yahya lagi meskipun pengelolaannya secara SDSM namun masing-masing penanganan destinasi prioritas berbeda sesuai tagline-nya. Sebab setiap destinasi prioritas memiliki imej, karakter, dan keunikan masing-masing.
“Misalnya tagline Danau Toba itu sebagai destinasi geopark dunia, Tanjung Kelayang itu Bumi-nya Laskar Pelangi, dan Borobudur itu Mahakarya Budaya Dunia. Begitupun dengan desrtinasi prioritas lainnya. Jadi pembangunan dan pengembangannya pun harus mengacu kepada masing-masing tagline itu,” pungkas Arief Yahya.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)
Foto: adji & farhan-humas kemenpar
0 komentar:
Posting Komentar