Sembilan Langkah Cegah Obesitas pada Anak
Punya buah hati menderita kelebihan badan atau obesitas? Ya jangan didiamkan saja. Anda harus tahu faktor penyebabnya kemudian berusaha menerapkan langkah pencegahannya.Perhatikan asupan makanannya. Saat berwisata kuliner jangan sampai lupa daratan, semua dikasih, semua dimakan melebihi takaran.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)
Jumlah anak yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) semakin meningkat. Data menyebutkan pada tahun 2014, terdapat sebanyak 41 juta anak obesitas.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan, ada sebanyak 18,8% anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan, dan 10,8% menderita obesitas.
Riskesdas 2013 juga menyatakan prevalensi obesitas pada anak yang disertai dengan komorbiditas erat kaitannya dengan kejadian obesitas pada orang tua.
Hal ini terungkap dalam diskusi kesehatanbertajuk “Atur Pola Makan dan Aktif Bergerak, Kendalikan Obesitas” yang diselenggarakan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Jakarta, Senin (31/10).
Diskusi yang menghadirkan narasumber Direktur P2PTM, Kemenkes dr. Lily S. Sulistyowati, MM, Dr. EM. Yunir, Sp.PD-KEMD, dr. Michael Triangto, Sp.KO, dan Rita Ramayulis, DCN,M.Kes ini mengukapkan bukan hanya factor-faktor yang menyebabkan seorang menderita obesitas pun langkah-langkah pencegahannya.
Direktur P2PTM, Kemenkes dr. Lily S. Sulistyowati, MM mengatakan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan.
”Obesitas pada anak beresiko berlanjut hingga usia dewasa, dan merupakan faktor resiko terjadinya berbagai penyakit metabolik dan degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, dan kanker,” terangnya.
Penderita obesitas, lanjut dr. Lily kemungkinan besar akan menderita peningkatan tekanan darah, aterosklerosism hipertrofi ventrikel kiri, sumbatan jalan napas saat tidur (obstructive sleep apnea), asma, sindrom polikistik ovarium, diabetes mellitus tipe 2, perlemakan hati, abnormalitas kadar lipid darah (dislipidemia), dan sindrom metabolik.
“Apalagi obesitas pada anak berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa dan berpotensi mengalami berbagai penyebab penyakit dan kematian,” terangnya.
Menurut dr. Lily obesitas dan kelebihan berat badan pada anak disebabkan oleh beberapa faktor, namun umumnya diakibatkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat.
Jumlah asupan energi berlebih, kebiasaan mengonsumsi jenis makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (tinggi lemak dan gula, kurang serat), jadwal makan tidak teratur, tidak sarapan, kebiasaan mengemil, serta teknik pengolahan makanan (banyak menggunakan minyak, gula, dan santan kental) turut memicu terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas.
Selain itu kurangnya aktivitas fisik juga meningkatkan risiko obesitas. Kemajuan teknologi serta tersedianya berbagai fasilitas yang memberikan berbagai kemudahan menyebabkan menurunkan aktivitas fisik sebagian besar masyarakat.
Faktor lain yang menyebabkan obesitas pada anak adalah faktor genetik yaitu adanya riwayat obesitas pada anggota keluarga yang kemungkinan diwariskan kepada keturunan.
Faktor lainnya adalah konsumsi obatan-obatan tertentu dan faktor usia. Ketika usia bertambah, maka sistem metabolisme akan menurun sehingga menyebabkan lemak lebih cepat tersimpan di dalam tubuh.
Kata dr. Lily sekurangnya ada sembilan hal yang dapat dilakukan orangtua untuk mencegah anaknya agar tercegah dari obesitas.
Pertama, tidak makan sambil menonton: kedua, batasi penggunaan gadget; ketiga, perbanyak aktivitas di luar ruangan; keempat, biasakan makan dengan keluarga.
Berikutnya kelima, biasakan sarapan sehat; keenam, biasakan membawa bekal makanan sehat dan air putih dari rumah; keenam, batasi konsumsi makanan siap saji dan pangan olahan, jajanan, dan makanan selingan manis, asin, dan berlemak; dan ketujuh, perbanyak konsumsi sayur dan buah.
Selanjutnya kedelapan, tidak merokok dan minum minuman beralkohol, dan Sembilan, hindari konsumsi minuman ringan dan bersoda.
Dalam diskusi ini, narasumber lainnya dr. Michael Triangto, selain memberi penjelasan bagaimanan menangani anak yang menderita obesitas, dia pun mempraktekkan bagaimana mengajak anak obesitas untuk tetap berolahraga yang fun, tidak memberatkan.
"Anak yng obesitas harus bergerak. Semakin banyak bergerak, semakin mengurangi lemak. Namun harus disesuaikan dengan bebannya," terang dr. Michael.
Diskusi yang digelar dalam rangka memperingati Hari Obesitas Sedunia 2016 yang diperingati pada tanggal 11 Oktober ini bertujuan untuk mengkampanyekan perilaku pencegahan obesitas kepada masyarakat luas guna meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya obesitas.
Kemenkes juga mengadakan serangkaian kegiatan lain seperti melaksanakan sosialisasi dan diseminasi informasi tentang kelebihan berat badan dan obesitas melalui berbagai media cetak, elektronik, dan media lainnya serta pemasangan spanduk, umbul-umbul berisi pesan tentang obesitas.
Tak ketinggalan membuat Surat Edaran kepada Seluruh Dinas Kesehatan Provinsi di Indonesia terkait Hari Obesitas Sedunia untuk melakukan Promosi kesehatan, Deteksi Dini, dan kerjasama dengan LSM untuk melakukan kegiatan yang melibatkan masyarakat.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)
0 komentar:
Posting Komentar