Rahasia Kopi Jo Raih Juara Satu Stan Terbaik FJPN 2016
Stan Kopi Jo pantas menyabet juara satu stan terbaik Festival Jajanan Pasar Nusantara (FJPN) 2016 yang digelar Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Taman Kuliner (Tamkul) Condongcatur, Sleman, Yogyakarta selama dua hari, Kamis-Jumat (2-3/6).
Soalnya tampilan stan Kopi Jo yang disuguhkan Tri Johanes Joana Jaya alias Jo dan Olivia berbeda dengan stan lainnya.
Soalnya tampilan stan Kopi Jo yang disuguhkan Tri Johanes Joana Jaya alias Jo dan Olivia berbeda dengan stan lainnya.
Pasangan suami istri itu mengisi stan mereka dengan meja kayu antik merangkap tempat tungku berbahan arang, kuali dari tanah liat, dan gelas-gelas kaleng serta tentu menu utamanya kopi dan teh dari hasil racikan sendiri dengan bahan-bahan spesial.
“Syukur, stan kami dinobatkan sebagai juara pertama. Bawanya susah lho. Meja ini berat, beberapa di antaranya dari kayu jati,” aku Olivia usai menerima piala yang diserahkan oleh Angota DPR RI Komisi 10 asal Sleman Esthy Widjayati di Tamkul Condongcatur, Jumat (3/5) malam.
Piala itu kemudian diletakkan Jo di sebelah kiri stannya agar pengunjung bisa melihatnya.
Sebagai catatan juara kedua lomba stan terbaik FJPN 2016 diraih oleh stan Inpiration, dan juara ketiga digondol stan Kopi Gayo Aceh.
Selain lomba stan terbaik, panitia pelaksana FJPN 2016 juga menggelar lomba menghias makanan tradisional dengan juara 1, 2, dan 3 diraih masakan berjudul Puding Tape & Rogut, Talam Abon & Puding Manuknok, dan Ketan Kerucut & lapis India, serta lomba memasak.
Menurut Jo meja kayu antiknya itu semula didapat dari pedagang amplas kabel yang hendak dibuang. “Lalu saya minta dan saya rombak seperti sekarang ini. Sewaktu pedagang itu melihat mejanya, dia kaget karena sudah berubah seperti ini,” aku Jo.
Kopi Jo hanya menawarkan dua menu andalan yakni Kopi dan Teh Tarik ala Jo. Namun Kopi ala Jo ini beda dari yang lainnya. Kata Jo, racikan kopinya berasal dari 3 tempat berbeda di Temanggung.
Sedangkan Teh Tarik ala Jo, bahannya diambil dari India. Kalau anda ingin membelinya, paling dekat ada di Singapura.
"Kami pakai kopi robusta dari Temanggung, Jawa Tengah. Kopi dicampur susu rendah lemak dan cokelat. Kalau teh tarik saya racik sendiri pakai campuran rempah-rempah," aku Jo tanpa mau membeberkan rempah-rempah apa saja yang dimaksud.
Yang menarik justru cara pembuatan Kopi dan Teh Jo. Baik kopi dan tehnya dimasak di gerabah menggunakan tungku dan arang yang membara hingga aroma kopinya tercium khas, begitupun dengan Teh Tariknya.
"Kelebihan pakai arang bikin aroma kopi dan teh lebih wangi dan sedap. Kalau dengan kompor gas, bau gasnya bisa terasa di kopi nanti," ungkapnya.
Yang bikin menarik lagi, cangkir yang digunakan untuk wadah kopi dan teh tarinya menggunakan gelas kaleng bikin rendevouz ke jaman tempo doeloe.
Melihat gelas kalengnya jadi teringat film-film lawas bersetting China. Harga Satu gelas Kopi Jo ataupun Teh Tariknya cuma Rp10 ribu.
Mendengar stan Kopi Jo menyabet juara 1, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata, Kemenpar Esthy Reko Astuty usai menutup dan menyaksikan penampilan Band Letto kemudian mendatangi stan tersebut.
Esthy Rekho Astuty bukan hanya berbincang-bincang dengan Jo dan Olivia namun juga mencicipi Kopi dan Teh Tariknya. “Dua-duanya khas tapi kalau saya lebih suka kopinya. Kalau tehnya terlalu manis buat saya,” aku Esthy Reko Astuty didampingi Kasubid Kuliner dan Spa, Kemenpar Ery Ibrahim.
Menurut Esty Reko Astuty keunikan Kopi Jo harus dipertahankan termasuk meja kayu dan perabot uniknya. “Justru inilah yang membuat Kopi Jo beda dengan stan lain. Nanti kalau ada pameran kuliner, ikut lagi ya,” ajak Esthy Resko Astuty.
Lain lagi dengan Nina (24), mahasiwi perguruan tinggi di Sleman ini mengaku lebih suka teh tariknya dibanding kopi.
“Abis kopinya dicampur creamer, aku jadi kurang suka. Menurutku kalau kopi pakai creamer apapun itu, mengurangi kesedapan kopi,” ujarnya.
“Abis kopinya dicampur creamer, aku jadi kurang suka. Menurutku kalau kopi pakai creamer apapun itu, mengurangi kesedapan kopi,” ujarnya.
Nah jika Anda ingin melihat perabot antik Kopi Jo sekaligus menikmati dua minuman andalannya, ini ada kabar gembira. Soalnya, tahun ini, Jo dan Olivia berencana akan membuat kedai Kopi Jo di bilangan Kota Jogja.
“Kebetulan di sana ada lahan milik kakak, kami berencana akan membuat kedai Kopi Jo yang permanen agar pengunjung bisa langsung datang,” aku Jo.
“Kebetulan di sana ada lahan milik kakak, kami berencana akan membuat kedai Kopi Jo yang permanen agar pengunjung bisa langsung datang,” aku Jo.
Maklumnya selama ini orang yang ingin menikmati Kopi dan Teh Tarik Jo agak susah, terbatas di pameran-pameran kuliner yang dikutinya lantaran Kopi Jo belum memiliki lapak atau kedai permanen.
Seperti apa kedai Kopi Jo permanen nanti? Apakah seunik stannya di FJPN 2016 hingga meraih juara 1? Tunggu saja kabarnya.
Sebagai catatan juara kedua lomba stan terbaik FJPN 2016 diraih oleh stan Inpiration, dan juara ketiga digondol stan Kopi Gayo Aceh.
Selain lomba stan terbaik, panitia pelaksana FJPN 2016 juga menggelar lomba menghias makanan tradisional dengan juara 1, 2, dan 3 diraih masakan berjudul Puding Tape & Rogut, Talam Abon & Puding Manuknok, dan Ketan Kerucut & lapis India, serta lomba memasak.
Tak bisa dipungkiri lomba-lomba tersebut memberi semangat para peserta pameran untuk berkreasi, bukan sekadar ikut pameran. Dan lomba-lomba itu pun terbukti berhasil menarik perhatian pengunjung.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar