. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 05 Juni 2016

Ini Penyebab Kenapa Taman Kuliner Condongcatur Sepi Pengunjung

Taman Kuliner (Tamkul) Condongcatur Sleman masih saja sepi pengunjung. Padahal sejumlah kegiatan sudah digelar untuk menarik pengunjung, terakhir even Festival Jajanan Pasar Nusantara 2016 yang diadakan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) selama 2 hari, Kamis-Jumat (2-3/6).

Even Festival Jajanan Pasar Nusantara (FJPN) 2016 dengan serangkaian acara mulai dari demo memasak, drumband anak-anak, lomba menghias makanan tradisional, stan terbaik, dan lomba memasak serta hiburan berupa band memang mampu menarik lebih banyak pengunjung ke Tamkul Condongcatur daripada biasanya namun itu pun belum maksimal.

Hanya pada malam terakhir saja, pengunjungnya lumayan penuh, itu pun karena ada penampilan Band Letto sebagai bintang tamu utama.

Lalu apa yang membuat Tamkul Condongcatur yang dibangun di atas lahan seluas 1,5 hektar, didesain dengan konsep penggabungan unsur taman dengan sarana hiburan dan olah raga, terdiri dari 40 buah resto dan 80 buah kios dan awalnya diharapkan menjadi salah satu ikon wisata khususnya wisata kuliner di Yogyakarta ini tetap sepi pengunjung?

Padahal secara letak, Tamkul Condongcatur cukup startegis di tepian Sungai Gajah Wong, tepatnya di Jalan Anggajaya III, Dusun Gejayan, Kelurahan Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Lokasinya pun berada dekat ring road di sebelah Utara dan Terminal Condongcatur di sebelah Barat.

Untuk mencapai Tamkul Condongcatur pun amat mudah. Bagi yang tidak memiliki kendaraan pribadi, ada kendaraan umum yang melewati jalan itu. Di sekitar tamkul ini juga menjamur kos-kosan mahasiswa/i. Fasilitasnya pun boleh dibilang lumayan cukup, ada parkir yang lumayan luas, panggung, musholla, MCK, dan lainnya.

Lalu kenapa masih saja sepi? Andaipun ramai itu pun karena ada even. Jika tidak ada acara, tamkul ini kembali merana kesepian. Tak heran banyak pedagang yang terpaksa pindah karena sepinya pengunjung.

Ada juga yang buka namun tidak setiap hari atau jam-jam tertentu. Tak sedikit kios yang beralih fungsi. Semestinya taman ini hanya khusus buat pedagang kuliner, namun sekarang banyak pedagang lain seperti produk pakaian, alat-alat perkantoran, dan percetakan.

Beragam jawaban pun muncul. Kepala Dinas Pasar Kabupaten Sleman, Tri Endah Yitnani misalnya mengatakan penyebab sepinya pengunjung karena makanan yang disediakan penjual tidak memiliki ciri khas. "Akibatnya, tempat yang tujuannya untuk wisata kuliner di Sleman ini akhirnya tidak banyak didatangi pengunjung," katanya.

Hal senada juga diutarakan Anggota DPR RI Komisi 10 asal Sleman Esthy Widjayati. Menurutnya salah satu penyebab sepinya pengunjung lantaran kuliner yang dijual kurang mmemeilikimkekhasan.

“Semestinya yang berjualan disini harus diseleksi terlebih dulu, apa yang akan dijual, apakah khas dan menarik dari segi kemasan,” terangnya. Esthy Widjayati menyarankan agar lebih sering menggelar event di Tamkul Condongcatur. Namun even yang diaakan benar-benar menarik dengan promosi yang gencara dan tepat sasaran.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kemenpar Esthy Reko Astuti menilai Tamkul Condongcatur merupakan public space yang harus dipertahankan karena bermanfaat bukan hanya menjadi ruang hijau pun ruang sosialisasi bagi warga. Namun yang harus dibenahi, pengelolaannya.

“Setiap Minggu sebaiknya diadakan even agar lebih hidup. Bisa even kuliner, kesenian, hiburan,, olahrga atau kombinasi semuanya lalu dipromosikan secara gencar,” imbaunya.

Jika hal itu dilakukan kontinyu, sambung Esthy Reko Astuty lama-lama orang atau pun wisatawan tahu bahwa tempat untuk mencari beragam kuliner termasuk jajanan pasar nusantar itu ada di Tamkul Condongcatur.

“Artinya Condongcatur ini akan menjadi tujuan wisata kuliner bagi wisatawan yang tengah berwisata di Sleman maupun Jogja,” terangnya.
Sejumlah orang lain, ketika Travelplusindonesia tanyai satu per satu penyebab sepinya pengunjung Tamkul Candangcatur, ada juga yang bilang, bentuk kios-kiosnya kurang menarik.

Tak sedikit juga yang bilang tata letaknya yang memanjang ke dalam membuat pengunjung segan datang, dan beberapa alasan lainnya.

Namun yang mengejutkan ada salah seorang pedagang di kios Tamkul Condongcatur yang enggan dicantumkan namanya membeberkan biang kerok yang membuat orang enggan berkunjung ke Tamkul Condongcatur.

Menurut pedagang tersebut penyebabnya karena harga makanan di Tamkul Condongcatur lebih mahal dibanding tempat lain.

“Begini Om, beberapa pedagang di sini ada yang menjual makanan dan minumannya lebih mahal dari tempat lain. Selisihnya bisa Rp 500 hingga Rp 1.500 seperti harga untuk segelas teh manis, panganan, lauk, masakan, dan lainnya dengan tempat lain. Akhirnya orang-orang segan datang ke sini lalu menceritakan hal ini ke orang-orang lain. Jadi yang lain ikut-ikutan malas berwisata kuliner ke sini,” aku pedagang tersebut.
Ketika ditanya apa sudah didiskusikan soal harga makanan dan minuman agar sama dengan lokasi kuliner lain? Pedagang itu menjawab sudah namun para pedagang yang menjual makanan dan minuman lebih mahal itu beralasan untuk menutupi biaya sewa. “Padahal biaya sewa kios di sini terbilang murah dibanding tempat lain, cuma Rp 100.000 per bulan. Pendaftarannya juga hanya Rp 2 juta,” ungkap pedagang itu lagi.

Kini jelas sudah, penyebab utama sepinya pengunjung Tamkul Condongcatur. Bukan karena letak, bentuk, dan kurangnya even, melainkan harga makanan dan minuman yang lebih tinggi dibanding sentra kuliner lain di Sleman ataupun di Kota Jogja, kemudian kabar tak sedap itu tersiar dari mulut ke mulut.

Parahnya lagi penyebab utama sepinya Tamkul condongcatur ini  tidak banyak yang tahu, atau mungkin sudah ada yang tahu tapi didiamkan saja. Akhirnya ini masalah harga adalah masalah signifikan 

Para pedagang di Tamkul Condongcatur mungkin belum sadar bahwa Perbedaan harga lebih tinggi, meskipun cuma beda Rp 500, itu bisa mempengaruhi minat pengunjung, terlebih bagi mahasiswa yang berkantong pas-pasan.

Ambil contoh deratan pedagang pulsa HP, kalau ada yang menaikkan harga Rp 500, pasti pembeli akan beralih pe pedagang yang tidak menaikkan harganya. Itu lumrah dan itulah hukum ekonomi.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP