Ini Masukan Positif Buat Festival Jajanan Pasar Nusantara
Festival Jajanan Pasar Nusantara 2016 sudah selesai digelar Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Taman Kuliner Condong Catur, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), selama 2 hari, Kamis-Jumat (2-3/6). Meskipun berlangsung sukses, even kuliner pertama di Sleman ini masih meninggalkan beberapa catatan.
Seperti dijelaskan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuty even Festival Jajajan Pasar Nusantara (FJPN) 2016 diselenggarakan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) untuk memperkenalkan bukan hanya jajanan-jajanan pasar yang ada di Kabupaten Sleman, pun daerah-daerah lain di Jawa bahkan seluruh Indonesia sekaligus lokasi evennya serta obyek-obyek wisata setempat.
Seperti dijelaskan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuty even Festival Jajajan Pasar Nusantara (FJPN) 2016 diselenggarakan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) untuk memperkenalkan bukan hanya jajanan-jajanan pasar yang ada di Kabupaten Sleman, pun daerah-daerah lain di Jawa bahkan seluruh Indonesia sekaligus lokasi evennya serta obyek-obyek wisata setempat.
“Diharapkan dengan adanya event ini aneka jajanan pasar yang selama ini belum dikenal masyarakat luas bisa terangkat namanya lewat pemberitaan media online maupun media sosial. Begitupun dengan lokasi penyelenggaraannya,” ujar Esthy Reko Astuty saat jumpa pers terkait pelaksanaan FJPN 2016 di Taman Kuliner, Sleman, Jumat (3/6) malam.
Anggota DPR RI Komisi 10 asal Sleman Esthy Widjayati setuju dengan apa yang diutarakan Esthy Reko Astuty, namun dia menilai pelaksanaan FJPN 2016 ini belum maksimal. “Saya melihat yang hadir, pengunjungnya masih kurang. Mungkin ini terkait penyebaran informasi kegiatan ini yang juga kurang maksimal,” aku Esthy Widjastuti.
Semestinya panitia penyelenggaranya memanfaatkan beragam media promosi dengan sebai-baikknya. "Misalnya dengan menyebar brosur atau selebaran FJPN 2016 yang di tempel di terminal, tempat-temapt kos dan lainnya jauh-jauh hari. Tidak cukup dengan spanduk yang hanya dipasang mendekati acara,” imbaunya.
Waktu penyelenggaraan juga harus diperhatikan. “waktu terbaik mengelar even kuliner itu akhir pekan, Sabtu-Minggu, pasti pengunjungnya lebih banyak lagi. Bukan Kamis-Jumat seperti ini,” sarannya lagi.
Tak kalah penting, lanjut Esthy Widjayati sebelum even berlangsung, harus diawali lomba-lomba membuat jajanan pasar dengan penampilan yang lebih baik disamping rasa. “Memang biaya pasti lebih tinggi namun demi hasil yang lebih baik, cara ini harus dilakukan,” terangnya.
Esthy Widjayati juga melihat meskipun event kuliner ini bertaraf Nasional dengan namun belum semua daerah di Tanah Air ikut serta dan menampilkan jajanan pasarnya.
“Bahkan jajanan pasar dari seluruh kabupaten yang ada di Yogyakarta seperti jadah tempe, serondo, walang goreng, geplak, dan kipo belum saya lihat di pameran ini,” ungkapnya.
Kenyamanan buat pengunjung menurut Esty Widjayati juga harus diutamakan. Misalnya dengan menyediakan tempat duduk dan meja buat pengunjung bersantai sambil menyantap jajanan pasar yang dibeli. “Kemarin pada hari pertama, saya saja sampai berdiri sambil icip-icip beberapa jajanan pasar, karena belum tersedia kursi,” akunya.
Kendati masih ada beberapa catatan, Esthy Widjayati menilai acara ini harus terus dilanjutkan asal jangan sekadar ada dan bukan semata berhasil tidak ditemukan ‘kasus’ oleh BPK. “Ke depan, event ini sejatinya juga bisa menginformasikan jenis-jenis kuliner yang ditampilkan termasuk resepnya lewat buku dan lainnya agar terlestarikan. Ini harus jadi konsep ke depan,” imbaunya.
Melihat manfaat positif even FJPN ini, Esty Widjayati juga menghimbau agar Pemkab Sleman menindaklanjuti event ini dengan membuat event-event serupa ke depan lebih baik lagi. “Jangan luapa terus mengevaluasi kelebihan dan kekurangan setiap event yng diadakan,” ujarnya.
Chef Yugi yang tampil berdemo masak di hari pertama FJPN 2016 ini juga menilai event yang diselenggarakan Kemenpar ini sangat berguna untuk pelestarian dan pengembangan kuliner Indonesia terutama jajanan pasar sesuai tema.
“Saya hanya menyarankan ke depan sebaiknya memilih lokasi yang lebih strategis dan punya daya tarik historial,” anjurnya.
Satu hal lagi, Yugi menyarakan jangan lupa mengundang anak-anak sekolah terutama TK, SD, dan SMP agar mereka mengenal jajanan pasar Indonesia. “Kalau yang datang orang dewasa atau orangtua, cuma jadi reuni mengenang jajanan kuliner yang sudah dikenalnya sejak dulu,” terangnya.
Namun jika Kemenpar memilih lokasi-lokasi seperti Taman Kuliner Condong Catur yang belum begitu dikenal dengan harapan bisa terangkat namanya, sambung Yugi, sebaiknya even yang digelar harus lebih bersifat yang menggemparkan atau menghebohkan.
“Misalnya dengan memasukan acara pencatatan rekor MURI dengan promosi pra event yang lebih gencar,” ungkap Yugi.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar