Ke Danau Toba Saat Ramadhan, Ini Pilihan Masjid Buat Tarawih dan Jum'atan
Kawasan Danau Toba, Sumatera Utara yang mencakup 7 Kabupaten yakni Samosir, Toba Samosir (Tobasa), Tapanuli Utara (Taput), Humbang Hasundutan (Humbahas), Simalungun, Dairi, dan Karo memang dihuni penduduk yang mayoritas Non Muslim. Tapi buat wisatawan Muslim yang hendak berwisata ke destinasi yang bakal menjadi “Bali Baru” ini, sekaligus berpuasa Ramadhan, tak perlu cemas kalau mau shalat lima waktu, Jum’atan, dan Tarawih di masjid.
Soalnya di beberapa obyek wisata Danau Toba yang paling ramai dikunjungi wisatawan seperti Parapat di Simalungun, Balige (Tobasa), Tutktuk, Tomok, dan lainnya di Samosir, terdapat sejumlah masjid.
Di Parapat yang paling tersohor di kalangan wisatawan Danau Toba misalnya, ada Masjid Raya Taqwa Parapat yang terletak di Jalan SM Raja No.02, Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon.
Masjid dengan luas bangunannya 324 meter persegi di atas lahan seluas 998 meter persegi ini, sekaligus menjadi ikin Kepariwisataan Kabupaten Simalungun.
Sejarah mencatat Masjid Raya Taqwa berdiri pada tahun 1958.
Semula hanya mushola kecil yang tanahnya diwakafkan oleh seorang yang bernama Forhot. Kemudian mushola itu dikelola tokoh Muslim Parapat bernama H. Abdul Halim Pardede.
Parapat dihuni sekitar 350 ribu penduduk dari etnik Batak Toba. Warga Muslimnya hanya sekitar 20 keluarga, sekitar 100-an orang. Kendati sedikit namun cukup menarik karena ada Masjid Raya Taqwa yang berlokasi strategis, di pintu masuk ke permukiman warga dan Danau Toba berhadapan dengan Restoran Garuda yang menajikan aneka masakan khas Minang yang tentu saja halal.
Di Tuktuk, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir yang berjarak 5 Km dari Tomok dan 4 Km dari Ambarita, juga ada sebuah masjid bernama Masjid Al Ikhlas yang berukuran kecil.
Wisatawan Muslim yang ingin Jumatan di masjid ini disarankan datang langsung sebelum pukul 12.30. Soalnya tidak akan mendengar suara azan sebagaimana lazimnya sebuah masjid sebelum Jumatan, karena tidak ada yang azan.
Masjid ini berada di belakang Gedung Kesenian Tuk-tuk. Melalui gang sempit dan sulit.
Penduduk sekitar mengatakan masjid ini didirikan oleh mantan Bupati Samosir yang mempunyai Hotel Silintong di Tuktuk. Kata mereka, tamu-tamu hotel Silintong yang juga kerabat sang bupati saat itu, meminta didirikan masjid agar mereka bisa Sholat Jumat.
Di Pangururan, Ibukota Kabupaten Samosir ada satu masjid yang terletak seberang jalan tepian Danau Toba, namanya Masjid Al Hasanah.
Masjid yang sebenarnya tak terlalu besar ini pun termasuk masjid terbesar di dalam Pulau Samosir. Lokasinya jauh dari Tuktuk, sekitar 42 KM.
Kabarnya masjid ini dibangun oleh tentara. Menurut salah seorang penguru masjid, saat masa pemberontakan, seorang anggota TNI Kodam Siliwangi, Jawa Barat yang betugas di Pangururan hendak sholat namun tidak ada mushola apalagi masjid.
Tentara tersebut pun mengusulkan untuk mendirikan mushola di Kota Pangururan. Akhirnya idenya itu terealisasi sekitar tahun 1975. Seiring bergulirnya waktu, tahap demi tahap mushola tersebut direnovasi sehingga akhirnya seperti sekarang menjadi sebuah masjid.
Bangunan masjid ini berdempetan dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat. Takjauh dari masjidininterdapat Gereja HKBP Kota Pangururan.
Di sekitar masjid ini juga terdapat bangunan tua sisa-sisa peninggalan jaman Belanda, di antaranya rumah dinas Bupati Samosir.
Jamaah di masjid ini setiap hari jumlahnya sekitar 100 orang.
Pada hari biasa ataupun pas Jum'atan, jumlah perbedaannya tidak terlalu mencolok. Namun ketika Sholat Tarawih pada bulan Ramadhan dan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha, jumlahnya membengkak, mengingat pun kaum perempuan, baik anak gadis maupun ibu-ibu ikut hadir.
Pada hari biasa ataupun pas Jum'atan, jumlah perbedaannya tidak terlalu mencolok. Namun ketika Sholat Tarawih pada bulan Ramadhan dan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha, jumlahnya membengkak, mengingat pun kaum perempuan, baik anak gadis maupun ibu-ibu ikut hadir.
Biasanya wisatawan yang ingin Sholat Jumat di masjid ini, bermalam di Tuktuk, setelah sarapan pukul 7 pagi, lalu berangkat melihat beberapa obyek wisata di Pulau Samosir, seperti Batu Siallagan, Museum Batak, dan Danau Sidihoni, lalu pukul 12 sudah sampai di Pangururan untuk Jumatan. Selesai Shalat Jumat biasanya melanjutkan perjalanan ke Menara Tele atau berendang di air panas.
Masjid lainnya di Kabupaten Samosir bernama Masjid Nurul Islam, tepatnya di Desa Tambun Sukkean, Kecamatan Onan Runggu. Masjid ini letaknya benar-benar di tepi Danau Toba. Oleh karena itu kalau keran air untuk berwudhu di masjid ini mati, wisatawan bisa berwudhu langsung menggunakan air danau.
Masjid ini bisa dicapai lewat darat, dari penyeberangan Tiga Raja yang menuju ke Sukean, hanya saja waktu tertentu.
Pilihan lain dari Balige menuju Nainggolan. Jaraknya menuju masjid sekitar 10 Km.
Di samping masjid ini ada Kantor urusan Agama (KUA) setempat. Obyek wisata terdekat dari masjid ini adalah Tomok, Danau Aek Natonang, water fall, dan Panatapan Tanjungan.
Satu lagi masjid di Kabupaten Samosir bernama Masjid Nurul Huda di Desa Turpuk Sihotang, Kecamatan Harian. Menurut cerita para orang tua setempat, masjid ini telah berdiri sejak tahun 1940. Awalnya lokasi masjid berada di sekitar rumah penduduk, lalu dipindahkan ke lokasi yang sekarang.
Untuk mencapai Kecamatan Harian, dari Pangururan, wisatawan bisa menggunakan transportasi darat masuk ke Simpang Got¬ting ataupun bertolak dengan kapal. Namun transportasi danau yang akan ke Harian hanya ada pada siang hari, yakni kapal yang mengangkut anak sekolah.
Kalau lewat darat, sepanjang perjalanan wisatawan bisa menikmati pemandangan alam pegunungan, dengan sisi jalan terkadang dihiasi jurang, tebing, atau hamparan tanaman serta rumput liar.
Selain Masjid Nurul Huda, di Kecamatan Harian terdapat tiga masjid lagi yakni Masjid Al Ikhwan di Desa Janji Martahan, Masjid Al Mubarok di Desa Holbung Janji Martahan, dan Masjid Nurul Iman di Desa Sihotang.
Soal makananan halal, walau banyak bertebaran Warung Batak, BPK (Babi Panggang Karo) dan makanan Chinnese, tapi jangan khawatir tetap ada restoran muslim di pulau terbesar di Danau Toba yang mayoritas penduduknya Non Muslim ini.
Di Tuktuk terdapat beberapa rumah makan yang pemiliknya Muslim, antara lain Rumah Makan Islam Murni ini yang menyajikan aneka masakan khas Jawa Muslim dan RM. Sapria. Keduanya berada dekat Penginapan Carolina.
Pilihan lain RM Mafir dan Fajar Islam.
Begitupun di Tomok dan Pangururan, ada beberapa rumah makan minang, salah satunya RM Ridho.
Di Balige, Kabupaten Tobasa ada Masjid Al Hadhonah yang berdiri tahun 1935. Masjid yang berada di Jalan Masjid No 3 Kelurahan Napitupulu, Balige ini termasuk masjid besar dengan luas tanah dan bangun 1.200 meter persegi.
Selain Al Hadhonah, masih ada pilihan masjid lain di Tobasa. Namanya Masjid Fisabilillah. Masjid yang berada di Kecamatan Lumban Julu ini punya sejarah kelabu karena tiga kali dibakar kalangan nonmuslim pada tahun 1986, 2008, dan Juli 2010.
Di Dolok Sanggul, Ibukota Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) terdapat Masjid Raya Dolok Sanggul yang berwarna hijau terang.
Sesuai namanya, masjid ini berada di tengak Kota Dolok Sanggul, tepatnya di tepi Jalan Raya Siliwingi dekat dengan Hotel & Resto Bukitinggi yang menyediakan aneka masakan khas Minang yang tentu halal, salah satunya rendang daging kuda.
Obyek wisata terdekat dari Dolok Sanggul adalah Lembah Bakkara yang terkenal sebagai kampung halaman Sisingamangaraja XII. Di lembah ini terdapat situs-situs sejarah peninggalan dinasti Sisingamagaraja antara lain Kompleks Makan Sisingamangaraja, dan lainnya. Sedangkan obyek alamnya beberapa air terjun antara lain Air Terjun Janji dan tentu saja panorama menawan lembahnya.
Wisatawan Muslim bisa juga menyeberang danau dengan kapal wisata ke Muara lalu balik lagi ke Bakkara.
Dolok Sanggul dapat ditempuh sekitar 45 menit dari bandara Silangit di Siborong-Borong, Taput dengan kendaraan roda empat.
Kehadiran masjid-masjid di atas, tentunya sangat membantu wisatawan Muslim yang tengah berkunjung di Danau Toba, terlebih di Bulan Suci ini untuk melaksakan shalat lima waktu, Jumatan maupun Tarawih.
Begitupun dengan sejumlah rumah makan Islamnya, jelas mempermudah wisatawan Muslim yang ingin berbuka dan sahur selama di sana karena aneka menunya dijamin halal.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Foto: adji dan dok.sudutpandangprod.
0 komentar:
Posting Komentar