. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 04 Juni 2016

Chef Yugi Angkat 'Derajat' Getuk Lindri di Festival Jajanan Pasar Nusantara 2016

Anda yang tinggal di Jawa, mungkin tak begitu asing dengan Getuk Lindri. Salah satu jenis jajanan pasar asal Jawa yang terbuat dari singkong ini masih eksis sampai kini di tengah menjamurnya aneka jajanan pasar tradisional dan kue modern lainnya. Tapi bagaimana dengan anak-anak Anda, apa mereka mengenal Getuk Lindri sebaik Anda?

Tak bisa dipungkiri kendati Getuk Lindri sukses bertahan, namun bentuknya masih ketinggalan jaman, begitu-begitu saja. Keberadaannya kurang mendapat perhatian anak-anak dan generasi muda sekarang.

Lewat ketrampilan dan imajinasi Yugi, Chef asal Sleman, Yogyakarta, Getuk Lindri tampil lebih menawan dan kekinian hingga derakatnya naik dari panganan kelas pasar menjadi panganan café bahkan hotel berbintang.

Bentuk Getuk Lindri masa kini ala Chef Yugi lebih mini, bulat-bulat, dan warnanya lebih cerah ada hijau, merah, orange, kuning, dan pink kemudian dibakar, lalu diberi sentuhan baru berupa bermacam topping seperti potongan pisang, cherry, stroberi, parutan keju, meises coklat, dan lainnya hingga penampilannya lebih sedap dipandang mata dan menggugah selera.

Inovasi kreatif itu dilakukan Yugi saat dia mengisi acara demo masak pada hari pertama Festival Jajanan Pasar Nusantara (FJPN) 2016 yang digelar Kementerian Pariwsata (Kemenpar) di Taman Kuliner Condong Catur, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (2/6).

“Saya sengaja merubah penampilan Getuk Lindri ini agar lebih menarik dan imejnya naik kelas dari jajanan sederhana dan murah di jalanan dan pasar menjadi jajajan yang tak biasa di café dan hotel yang bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi, misalnya dari semula Rp 1.000 per potong menjadi Rp 2.000 bahkan lebih,” aku Yugi.

Menurut chef yang tergabung dalam Indonesian Chef Association (ICA) ini, tak sulit membuat Getuk Lindri kemasan baru ini. Bahannya tetap sama dari singkong yang mudah didapat di pedesaan dan pasar-pasar tradisional.

Langkah pertama singkong yang sudah dikupas kulitnya direbus selama 20-25 menit. “Jangan diberi garam karena nanti Getuk Lindri akan berair. Untuk 2 kg singkong, cukup tambahkan garam setengah sendok dan gula sebanyak 2 sampai 3 sendok makan,” imbaunya.

Langkah kedua, singkong yang sudah direbus kemudian dibuat adonan dan ditambah sedikit garam, gula, serta pewarna masakan alami yang bisa dibuat sendiri. “Warna pink misalnya, bisa dari pasta stroberi sedangkan hijau dari pasta daun pandan,” jelasnya.

Langkah ketiga, adonan digiling dan dicetak seperti mie lalu dibentuk bulat-bulat mirip kue Putu Mayang, tidak kotak seperti Getuk Lindri konvensional pada umumnya. “Bisa juga bentuk lain, sesuai selera dan kreativitas pembuatnya,” ujar Yugi.

Selanjutnya Getuk Lindri yang sudah dibentuk diolesi butter atau mentega lalu dibakar bagian atasnya dengan memakai 'blow torch' atau alat pembakar khusus kue.

Langkah terakhir memberi topping sesuai selera di atas Getuk Lindri yang sudah dibakar. "Toppingnya bisa selai nanas, stroberi, cokelat, keju, atau ceri, dan potongan pisang. Jangan cuma parutan kelapa muda seperti getuk lindri jaman dulu," papar chef yang juga tergabung dalam Indonesia Food & Beverage Executive Association (IFBEC).

Kata chef yang merintis karier masak-memasak dan akhirnya menjadi chef profesional selama 11 tahun di Amerika Serikat ini, Getuk Lindri kemasan masa kini ini dapat menjadi contoh jajanan pasar atau kue-kue tradisonal Indonesia, khususnya yang berbahan singkong yang lebih menarik dari segi penampilan kemudian diperkenalkan ke tingkat dunia.

"Setelah mendapat sentuhan baru, Getuk Lindri dan jajanan pasar lainnya bisa mengangkat kuliner Indonesia ke tingkat internasional. Kuliner kita sangat kaya, termasuk jajanan pasarnya. Hanya perlu kemasan yang lebih menarik agar bisa diterima lebih luas,” imbaunya.

Yugi menambahkan konsep jajanan tradisional yang diberi sentuhan kekinian seperti yang dilakukannya belakangan ini, tujuannya sederhana, seleain melestariakan keberadaannya, juga agar anak-anak dan generasi muda sekarang tahu, tertarik untuk mencoba dan menyukainya.

“Jangan sampai anak-anak dan generasi muda kita hanya kenal dan membanggakan makanan dari luar negeri yang menjamur di negeri ini. Sudah saatnya kuliner asli Indonesia termasuk jajanan pasarnya berubah, diawali dengan penampilannya yang lebih menarik dan mengikuti perkembangan jaman supaya mereka suka dan bangga,” pungkas chef yang berencana membuat buku Jajanan Pasar Nusantara Masa Kini dan juga membangun resto minimalis di Jogja dan Jakarta ini.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP