. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 20 Juni 2016

Ayo ke Festival Pesona Palu Nomoni, Biar Nama Palu (lebih) Mendunia

Jujur, meskipun sudah sukses menyelengarakan event Gerhana Matahari Total (GMT) 2016 beberapa waktu lalu. Namun tak bisa dipungkiri nama Kota Palu tetap kalah bergema dengan kota-kota lain di Pulau Sulawesi. Kalau menyebut kota tersohor di Sulawesi, pasti banyak orang langsung menyebut Makassar lalu Manado. Sementara Palu, Gorontalo, dan Kendari kurang terdengar. Sadar kalau namanya kurang setenar ibukota provinsi lain di pulau berbentuk huruf ‘K” itu, Pemkot Palu berusaha lebih menggaungkannya dengan kegiatan bertajuk Festival Pesona Palu Nomoni 2016 . Nomoni sendiri artinya berbunyi atau bergema. Maksudnya menggaungkan ragam budaya etnis Kaili di Lembah Palu ke dunia.

“Tujuan dari acara ini untuk mempromosikan Kota Palu sebagai destinasi unggulan di Sulawesi bahkan kawasan Timur Indonesia secara keseluruhan ke tingkat dunia,” ujar Walikota Palu, Hidayat dalam acara launching Festival Pesona Palu Nomoni 2016 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta, kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Senin (20/6).

Sebenarnya festival ini sudah berkali-kali diselenggarakan, tepatnya sejak tahun 2008 hingga 2015 namun namanya saja yang berbeda. “Sampai 2015 namanya masih menggunakan Festival Teluk Palu. Mulai tahun ini memakai Festival Pesona Palu Nomoni. Nomoni itu artinya adalah berbunyi. Artinya mari gemakan sedikit Palu agar lebih berbunyi atau bergema” terang Hidayat.

Kata dia, ada tiga aspek yang akan dikerjakan untuk mengankat nama Palu ke tingkat dunia. Pertama, aspek ekonomi dengan lebih mengutamakan ekonomi mikro yang berbasis home industry.

Aspek kedua budaya, dalam hal ini melestarikan dan mengembangkan seni budaya tradisional dan mengkakat kembali ritual-ritual yang sudah mulai hilang menjadi sebuah pertunjukan menarik. “Seperti yang kita akan kita lakukan lewat Festival Pesona Palu Nomoni ini,” ujarnya. 

Adapun aspek ketiga, adalah agama, dengan memperkuat kehidupan beragama dalam masyarakat agar tercipta kerukunan dan kedamaian. “Untuk mewujudkan semua itu, kami juga butuh dukungan dari Kementerian Pariwisata,” ungkap Hidayat.

Menurut dia lagi festival ini juga sekaligus sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sulteng yang tahun ini mentargetkan 500 ribu wisatawan nusantara (wisnus) dan 25 ribu wisatawan mancanegara (wisman). “Capaian tahun 2015 lalu 256.800 wisnus dan 3.758 wisman,” tambahnya.

Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) Longki Djanggolan dalam kata sambutan yaang dibacakan asistennya mengatakan Sulteng termasuk Palu harus memanfaatkan seluruh potensinya baik itu potensi budaya maupun geografis untuk mengembangkan kepariwisataan.

“Soalnya pembangunan kepariwisataan itu menciptakan lapangan pekerjaan dan menghapus kemiskinan,” terang Longki.

Palu, lanjut Longki memiliki kelebihan sebagai sebuah kota dibanding kota-kota lain. Palu memiliki pegunungan, lembah, sungai, pantai, dan laut dengan alam yang masih asri bagai surga di Khatulistiwa.

“Jika semua keunggulan itu dikelola dengan baik, pasti bisa mengangkat nama Palu. Begitupun Festival Pesona Palu Nomoni, diharapkan dunia bisa melihat dan tertarik lalu datang ke Palu sehingga akhirnya sektor pariwisata bisa sejajar bahkan di atas sektor-sektor lain,” ungkap Longki lagi.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan Festival Pesona Palu Nomini ini. Menurutnya  even tahunan ini bias  menjadi sarana untuk melestarikan dan mengembangkan budaya masyarakat sekaligus meningkatkan kunjungan wisatawan agar dapat menggerakkan perekonomian masyarakat setempat. 

“Selama tiga hari festival akan terjadi perputaran uang sebesar Rp 248,4 miliar dari pengeluaran 300 ribu wisnus sebesar Rp 240 miliar dan 500 wisman sebanyak Rp 8,4 miliar,” kata Arief Yahya.

Agar sukes seperti yang diharapkan, Arif Yahya mengusulkan agar Pemkot Palu dan Pemprov Sulteng menyediakan 3A yakni atraksi, aksebilitas, dan amenitas.

“Kalau atrakSi sudah ada seperti Festival Pesona Palu Nomoni ini. Sementara aksebilitas, Palu harus meningkatkan akses lewat udara dengan memperbanyak airlines berupa direct flight atau penerbangan langsung ke Palu. Akses lewat udara ini paling tepat buat Palu kalau dilihat dari letak geografisnya dibanding akses laut apalagi darat,” terang Arief Yahya.

Untuk amenitas seperti hotel, resto dan lainnya harus digarap dengan baik. “Saya sarankan juga membangun homestay sebagai alternatif akomodasi bagi wisatawan selama berwisata di Palu,” imbau Arief Yahya lagi.

Penyelenggaraan Festival Pesona Palu Nomoni 2016 akan berlangsung di Kota Palu, Sulteng pada 24-26 September mendatang.

Serangkaian acara seni dan budaya akan menyemarakkan festival dengan nama dan kemasan baru ini, antara lain pertunjukkan kolosal 520 lalove (seruling adat) dan 1.040 penabuh gimba (gendang) di atas instlalasi bambu dengan diterangi sulo (obor) di 520 titik di sepanjang Teluk Palu.

Selain itu ada atraksi ritual adat dan budaya Kaili, pertunjukan panggung seni budaya Nusantara, serta berbagai lomba di antaranya lomba perahu layar sandek dan lomba renang lintas Teluk Palu.

Akankah Festival Teluk Palu yang mulai tahun ini berganti nama menjadi Festival Pesona Palu Nomoni berhasil menggemakan nama Palu ke tingkat dunia sekaligus menggaungkan aneka budaya etnis Kaili yang merupakan penduduk asli Lembah Palu? Kita lihat saja nanti perkembangan dan hasilnya.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo,com)
Foto: adji & zona-humas Kemenpar

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP