. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 11 Maret 2016

Mendadak Untung Gara-Gara GMT 2016

Dulu Gerhana Matahari Total (GMT) ditakuti. Penduduk ngumpet, takut dimakan si raksasa Buto Ijo. Kini GMT2016 disambut bak bintang internasional tersohor, dielu-elukan, dan diburu wisatawan lokal, domestik hingga mancanegara. Ujung-ujungnya banyak pihak termasuk warga setempat yang mendadak untung. 

Warga Bangka Belitung misalnya, gara-gara ribuan wisatawan menyerbu pulau ‘Laskar Pelangi’ itu untuk menyaksikan GMT  mengakibatkan 34 hotel penuh.

Wisma dan homestay yang dikelola warga desa pun sudah terisi dan dibooking sejak sebulan lalu. "Kami sudah full booking. Kalau mau pesan sesudah tanggal 11 Maret,” ujar Megawati, salah satu pemilik homestay di wilayah Tanjung Kelayan, Belitung.

Tak hanya itu, banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Tanjung Pandan Bangka Belitung menyebabkan mobil rental di wilayah itu habis dipesan.

Sewa mobil di Tanjung Pandan mencapai Rp 500 hingga Rp 550 per hari. Biaya itu sudah termasuk bahan bakar dan sewa sopir.

 “Saya punya 3 mobil. Semuanya sudah habis dipesan untuk tanggal 9 Maret. Sewanya Rp550 ribu sehari atau 12 jam,” ujar warga Tanjung Pandan, Ichan (42).

Hal serupa juga terjadi di Sulawesi Tengah (Sulteng). Sebanyak 10.000 pengunjung dari dalam dan luar negeri menyaksikan GMT 2016 di sana, Rabu 9 Maret.

Hingga 1 Maret 2016, sudah tercatat sekitar 5.000 orang pengunjung dari berbagai negara di dunia yang mengonfirmasikan kehadirannya.

Mereka adalah pencinta gerhana yang menamakan diri "eclipse hunter", ilmuwan, fotografer, dan wisatawan. Akibatnya, kamar-kamar hotel mulai yang berbintang sampai kelas melati sudah terpesan penuh untuk empat hari, yakni 7 sampai 10 Maret 2016.

"Kami terpaksa mencari-cari rumah penduduk yang bisa dimanfaatkan untuk tempat menginap para tamu dari sejumlah kementerian dan lembaga negara yang akan datang, karena tidak ada lagi kamar hotel yang kosong," ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulawesi Tengah Sitti Norma Mardjanu.

Provinsi berpenduduk sekitar 2,7 juta jiwa ini tampaknya memang lebih beruntung dibanding 11 provinsi lainnya yang akan dilintasi GMT, karena memiliki titik pantau terbanyak yang tersebar pada lima kabupaten yakni Sigi, Parigi Moutong, Poso, Tojo Unauna, dan Banggai serta Kota Palu.

Berbagai acara dalam sebuah festival pun disiapkan untuk para pengunjung GMT agar mereka betah berlama-lama di kota itu, serta memikat hati turis untuk kembali lagi berkunjung pada kesempatan berikutnya.

"Festival seperti ini penting karena, sebagian besar pengunjung asing nanti adalah mereka yang baru pertama kalinya datang ke Indonesia," tutur Zulfikar Usman, Direktur Hasan Bahasuan Institute (HBI) yang akan menggelar festival seni-budaya di Desa Ngatabaru, Kabupaten Sigi, lokasi pengamatan GMT dengan pengunjung asing terbesar di provinsi ini.

HBI sendiri menyajikan seni budaya dari berbagai daerah di Sulawesi, khususnya Sulteng seperti tari kolosal Raego dari Kabupaten Sigi, yang melibatkan 40 orang penari ditambah 10-an orang pemain musik. 

Keuntungan serupa juga dialami para pengusaha hotel di Palembang. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatera Selatan (Sumsel) Herlan Aspiudin mengatakan sebagian besar hotel bintang tiga ke atas penuh gara-gara GNT 2106. Bahkan secara rata-rata lebih dari 90% sudah dipesan pengunjung sebelum tanggal 9 Maret.

Ketersediaan kamar hotel di Palembang sebanyak 8.500 kamar dari 144 hotel. Namun dengan adanya GMT, taktis ketersediaan kamar masih ada banyak untuk hotel bintang satu dan dua sementara kamar untuk bintang tiga ke atas full.

Salah satu hotel bintang tiga yang mendapat berkah atas penyelenggaraan Festival GMT 2016 adalah Hotel Batiqa yang berada di Jalan Kapten A. Rivai No 219, Palembang yang berjarak sekitar 15 Km atau 30 menit dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II.

Dari 160 kamar yang ada, seluruhnya besar sudah terisi penuh sejak tanggal 8 Maret.

"Peningkatan tamu mulai terjadi sejak tanggal 7 Maret sekitar 80 persen, kemudian full tanggal 8 dan 9 Maret. Kebanyakan tamu baru ceck out tanggal 10 Maret," kata General Manajer Hotel Batiqa Ayub Zailani di Palembang, Selasa (8/3).

Keuntungan mendadak gara-gara GMT juga dialami para pedagang kuliner khas Palembang seperti warung pempek dan rumah makan yang menjual menu andalan Pindang Patin. 

Sebelum dan setelah menyaksikan puncak GMT 2016, ribuan masyarakat, wisatawan lokal, domestik, dan mancanegara menyerbu sejumlah warung pempek dan rumah makan Pindang Patin tersohor di Kota Pempek tersebut. 

“Setelah puncak GMT, kenaikan tamu yang datang ke Candy sangat tinggi, beda dari hari biasanya,” aku Cici, Kasir Warung Pempek Candy di Jalan Kapten A. Rivai, Palembang.

Sejumlah pedagang kaki lima seperti tukang es tebu, mie tektek, nasi goreng, kedai kopi, dan penjual kaca mata GMT yang menggelar dagangannya di depan Benteng Kuto Besak (BKB), ikut mendadak untung dengan membludaknya masyarakat dan wisatawan jelang dan saat GMT 2016. 

"Lumayan, hari ini tidak sampai sore sudah ludes es tebu saya," aku Siti (55) yang berjualan denhan gerobak di samping BKB. 

Melihat semua data itu, wajar kalau Menpar Arief Yahya yakin target Kemenpar pada GMT 2016 ini terlampaui jauh. "Target wisman di 12 provinsi, pada GMT ini 10.000 wisman, dengan devisa 150 M. Saya kira jauh terlampaui," ucap Arief Yahya bangga. 

Naskah : adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Foto: adji, agung & zona, Humas-Kemenpar

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP