Ini Pepes Nyale, Sebelum Diolah Jadi Daun Nyale Kelak Santan
Ini Pepes Nyale sebelum diolah menjadi masakan berkuah santan namanya Daun Nyale Kelak Santan. Tapi ini bukan pepes ikan dan lainnya, melainkan Pepes Nyale atau cacing laut yang cuma ada di Lombok Tengah (Loteng), NTB.
“Itu nyale buat dimakan Om. Dibungkus dulu pakai daun kelapa lalu dibakar, kayak dipepes gitu. Habis itu dimasak pake santan kelapa. Bumbunya bawang putih, bawang merah, cabe kecil, garam, dan bumbu penyedap lainnya. Rasanya hemmm… maknyooos sedapnya,” kata Rico di kawasan Mandalika, Loteng, Sabtu (27/2).
Dia menerangkan secara detil kuliner super khas masyarakat Loteng yang berbahan utama nyale itu, yang ada cuma sekali dalam setahun.
Gaya menerangkan anak muda Loteng itu sudah seperti pembawa acara kuliner tersohor sekaligus pakar kuliner Bondan Winarno saja, yang selalu mengatakan “Maknyooosss..”, sebagai ungkapan betapa lezatnya masakan yang baru dicicipinya itu.
“Ya rasanya seperti masakan apa?” tanyaku. Dengan bersemangat Rico menjelaskannya. “Rasanya.., heummm… Om sudah pernah makan ikan bakar sambel trasi enggak? Nah coba makan bagian perutnya, rasanya seperti itu,” ungkapnya.
“Bisa digoreng juga kayak mie goreng gitu?” tanyaku lagi. Digoreng bisa juga. “Tapi kalau disini lebih sering dibuat Daun Nyale Kelak Santan. Kelak itu artinya masak,” jawab Rico.
Kata Rico masakan yang masih berbentuk pepes berbungkus daun kelapa itu sebenarnya juga sudah enak dimakan. “Disantap begitu juga enak, biasanya kalau disini dibuatkan sambal cobek,” tambahnya.
Kata Rico masakan yang masih berbentuk pepes berbungkus daun kelapa itu sebenarnya juga sudah enak dimakan. “Disantap begitu juga enak, biasanya kalau disini dibuatkan sambal cobek,” tambahnya.
Menurut anak muda kreatif ini, setelah Daun Nyale Kelak Santan matang, baru dibagikan ke tetangga dan saudara. “Itu nyale hasil nyari dengan 10 orang teman saya Om. Dikumpulin jadi banyak, baru dimasak,” ujar Rico.
“Ada yang berani makan nyale hidup enggak de?” lanjut tanyaku. Eh ternyata jawaban Rico cukup membuatku merinding kayak orang kegelian. “Ada lah Om. Kalau nyale disantap hidup-hidup lebih enak lagi. Ditaburi garam aja udah enak,” akunya.
Warung ibunya yang terletak di seberang Pantai Kuta Loteng kemarin didatangi beberapa tamu dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Salah satu di antara tamu itu ada yang membeli satu Pepes Nyale racikan ibunya seharga 80 ribu rupiah. “Katanya sih mau dibawa ke Jakarta, buat oleh-oleh. Nanti bakal ditunjukkan ke teman-teman kerjanya karena banyak yang penasaran,” terang Rico.
Kata Rico lagi, Pepes Nyale buatan ibunya itu bisa bertahan selama satu bulan. “Asal ditaruh di kulkas Om,” sarannya.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Foto: rico
Captions:
1. Pepes Nyale sebelum dimasak dengan santan.
2. Hasil tangkapan Rico dan 10 temannya saat Festival Pesona Bau Nyale 2016 di Pantai Seger, Loteng, Sabtu (27/2).
3. Puluhan Pepes Nyale dalam ember setelah dibakar.
0 komentar:
Posting Komentar