Festival Pesona Bau Nyale 2016 Jaring Puluhan Ribu Pengunjung
Event Festival Pesona Bau Nyale 2016 berhasil menyedot puluhan ribu masyarakat Lombok, bahkan dari luar daerah, termasuk sejumlah wisatawan nusantara (wisnus) bahkan wisatawan mancanegara (wisman). Acara puncak tradisi menangkap cacing laut itu berlangsung di Pantai Seger dan Pantai Kuta, Lombok Tengah (Loteng), NTB pada Sabtu dan Minggu kemarin (27-28/2).
Seremonial acara puncak festival yang gelar oleh Pemkab Loteng, Pemprov NTB, dan Kementerian Pariwisata ini dimulai dari pembukaan, pentas seni budaya, drama kolosal Puteri Mandalika, pengumuman pemenang pemilihan Puteri Mandalika, hingga penampilan penyanyi dangdut seperti Caca Handika, dan grup band Gigi di Pantai Kuta Lombok atau yang lebih dikenal warga setempat Pantai Senek.
Di Pantai Seger, masyarakat yang menunggu waktu turun ke laut dihibur dengan pagelaran Wayang Kulit Sasak. Bersamaan dengan selesainya pertunjukan wayang tersebut pada pukul 03.00 Wita, puluhan ribu masyarakat berbondong-bondong tanpa dikomando langsung turun ke pinggiran Pantai Seger. Mereka siap-siap berburu Bau Nyale di laut Selatan itu.
Teriakan senang pun terdengar, ketika ada warga yang berhasil menangkap kumpulan nyale dengan menggunakan alat penjaring tradisonal setempat yang bernama sorok. Warna nyale-nya ada yang coklat, merah, hujau, kuning, dan jingga, dan biru. Panjangnya bisa sampai dua meter. Tapi karena terkena hempasan ombak, banyak nyale sudah tak utuh alias terputus-putus.
Teman-temannya segera memasukkan nyale tersebut ke dalam wadah terbuat dari anyaman bambu yang disebut kepis. Ada juga yang memasukkannya ke dalam Panci yang dibawa oleh sang isteri di pinggiran pantai. Sang suami kemudian kembali lagi melaut menjaring nyale sebanyak mungkin.
Biasanya kalau nyale yang ditangkap berlebih, dijual kepada para pengepul (pengumpul). Selanjutnya pengepul itu menjualnya kembali kepada para pengunjung di pinggiran jalan menuju Pantai Kuta.
Menurut Rico, warga Desa Kute yang rumah kedua orangtuanya berada persis di seberang Pantai Senek, nyale itu cuma keluar satu tahun sekali. “Keluarnya pun hanya 2 jam,” akunya.
Kata Rico lagi, semakin banyak nyale didapat, berarti menandakan hasil panen padi, jagung dan sebagainya tahun ini banyak. “Sebagian nyale yang ditangkap warga, ditaburkan di sawah-sawah sebagai pupuk atau syarat agar panennya banyak,” tambahnya.
Setelah matahari muncul, sekitar pukul 6, masyarakat pun beranjak dari pantai kembali ke rumah masing-masing. Bagi yang berhasil menangkap nyale dalam jumah besar, segera diolah untuk dijadikan Pepes Nyale baru kemudian dimasak menjadi makanan berkuah Daun Nyale Kelak Santan.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Foto: rico
Captions:
1. Nyale di telapak tangan berlatar belakang puluhan ribu pengunjung yang memadati lokasi Festival Pesona Bau Nyale 2016.
2. Hasil tangkapan nyale sekelompok warga pada tngaal 27 Februari 2016.
0 komentar:
Posting Komentar