Ini Alasan Arief Yahya Berupaya Keras Ingin Raup 10 Juta Wisman Tiongkok
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya tentu punya alasan sendiri mengapa dia dan jajarannya di Kementerian Pariwisata (Kemenpar) begitu bernafsu berpromosi dan getol melakukan upaya untuk meraup wisatawan mancanegara (wisman) asal Tiongkok. Selain karena dia sendiri ditugaskan oleh BigBoss-nya yakni Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk mendatangkan 10 juta wisman Tiongkok ke Indonesia pada tahun 2019, pasti ada alasan lainnya.
“Saya diberi target oleh Presiden RI di tahun 2019 harus ada 10 juta wisman Tiongkok yang ke Indonesia,” akunya sesuai rilis yang Travelplusindonesia terima di Jakarta, Kamis (25/2).
Jumlah 10 juta, Itu berarti sudah 50% dari target nasional 20 juta wisman. Kata Arif Yahya hal itu bukan sesuatu yang mustahil untuk dicapai karena pasar wisman Tiongkok cukup besar.
Outbound Tiongkok yang berwisata di dunia mencapai 120 juta pada tahun 2015. Itu jumlah yang tertinggi di dunia. Mungkin melihat kue pasar wisman asal Tiongkok yang amat besar itu, Arief Yahya begitu yakin akan mencapai targetnya.
Jumlah kunjungan wisman asal Tiongkok sendiri ke Indonesia tahun 2015 baru 1,1 juta atau tumbuh hampir 17 persen dibanding tahun 2014. Pada pada tahun 2016, Kemenpar juga baru berani menargetkan menjaring 2 juta wisman Tiongkok. Jumlah itu masih terbilang sedikit jika dibanding dengan Thailand yang sudah berhasil meraup 8 juta dan Malaysia 3 juta wisman Tiongkok.
Bukti Arief Yahya berupaya keras ingin meraup 10 juta wisman Tiongkok itu terlihat sejak tahun lalu. Branding pariwisata Indonesia untuk mancanegara Wonderful Indonesia terpampang dalam promosi pariwisata ke sejumlah kota di Negeri panda itu. Mulai dari Beijing, Kunming, Shanghai, Chengdo, Xiamen, dan lainnya.
Dari 65 charter flight yang terbang dengan pesawat Garuda, itu berasal dari 11 provinsi, yakni Xinjiang, Helongjian, Hubei, Shanghai, Henan, Hunan, Liaoning, Beijing, Shenzen, Guangzhou, Hongzhou, Wuhan, Chengdu, Chongqing. Belum lagi di pesawat China dan yang regular flight.
Upaya lainnya, Kemenpar juga mengikuti sales mission di berbagai Travel Mart di China, termasuk bursa pasar pariwisata terbesar di sana, Internationnal China Travel Mart (ICTM) Kunming dengan mendatangkan pelaku industri pariwisata Indonesia untu bertemu dengan para buyers di sana.
Bahkan, untuk mendapatkan pasar China, Kemenpar sampai mencegat di Singapura dan Hongkong. Cara itu disebutnya menjaring ikan di kolam tetangga yang banyak 'ikannya'.
Bukan cuma itu, sampai-sampai Presiden Jokowi saat melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Xi Jinping, di sela-sela KTT G-20 tanggal 17 November 2015 lalu menyampaikan permintaan kepada Presiden Jinping agar wisatawan dari Tiongkok lebih banyak lagi yang ke Indonesia.
Menpar pun kemudian melanjutklan pertemuan dengan Chairman CNTA (China National Tourism Administration) atau Menpar RRT, Mr Li Jinzao. Bahkan sudah tiga kali bertemu untuk menjalin kemitraan dalam pariwisata yang lebih serius, lebih teknis, dan berikut dengan sejumlah komitmen.
Endroser Jokowi di atas dan hasil pertemuan serius Arief Yahya dengan Mr Li Jinzao itu membuahkan hasil positif. Sebanyak 200 charter flight dari Tiongkok mendarat ke lima kota yakni Bali, Jakarta, Batam, Manado, dan Singkawang selama Imlek ke 2567, Februari 2016 ini.
Hari ini, Kamis (25/2), Kemenpar bersepakat bekerjasama dengan Baidu, perusahaan berbasis tekonologi informasi asal negeri Tirai Bambu itu. Penandatanganan MoU antara Kemenpar dengan Baidu dilakukan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara I Gde Pitana mewakili Kemenpar dengan Managing Director Baidu Indonesia Bao Jianlei, disaksikan Arief Yahya bertempat di Hotel Pullman, Jakarta. Hadir pula Asisten Deputi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Mancanegara, Kemenpar Noviendi Makalam.
Merketeer of The Year 2013 ini menerangkan alasannya memilih berkerja sama dengan perusahaan berbasis tekonologi informasi internet berdasarkan fakta bahwa saat ini 83% wisatawan merancang perjalanan via internet dan 70% destinasi para wisatawan dipengaruhi Platform Travel sehingga penggunaan digital media dalam promosi juga 4 kali lipat lebih efektif dibandingkan conventional media.
“Dunia sudah berubah, customer sudah berubah, maka cara kita berpromosi pun harus berubah. "The more digital the more personal. Oleh sebab itu, anggaran promosi Kemenpar untuk digital media dibandingkan conventional media sama besarnya” jelas Arief Yahya.
Untuk itu promosi digital pada pasar China, lanjut Arief Yahya sangat strategis menggunakan Baidu sebagai search engine terbesar di China. “Sementara untuk pasar wisatawan lain Kemenpar bekerja sama dengan Google, Trip Advisor, dan sebagainya,” tegasnya.
Menurut Arief, strategi promosi dengan Baidu harus mencakup LBP atau Look, Book, Pay. “Look itu melihat wisatawan menuju destinasi yang mana, lalu Book dan Payment yang mempermudah proses pencarian informasi, pemesanan tiket, dan pembayaran. Strategi ini agar bisa merealisasikan AIDA (Awareness, Interest, Desires, dan Action) bagi para calon wisatawan. Untuk bisa melakukan LBP tersebut, search engine juga harus bekerja sama dengan Online Travel Agent,” ungkapnya.
Bao Jianlei menjelaskan bahwa generasi baru wisatawan Tiongkok kini semakin mandiri dalam berwisata dan mereka pun kian mengandalkan informasi-informasi berbasis internet. “Kami sangat optimis kemitraan ini menciptakan sinergi positif dan kontributif terutama dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia, khususnya wisatawan Tiongkok,” kata Bao Jianlei.
Melalui kemitraan ini, Baidu juga akan berkontribusi dalam penyelenggaraan serangkaian lokakarya yang bertujuan untuk mengedukasi para penyedia informasi dunia pariwisata Indonesia secara online, seperti biro perjalanan, pengelola destinasi wisata, dan penyedia layanan penginapan atau perhotelan.
Baidu merupakan perusahaan mesin pencari nomor satu di Tiongkok dengan pangsa pasar lebih dari 85% dan saat ini memiliki sekitar 700 juta pengguna di Tiongkok. Salah satu produknya, Baidu Travel yang mengklaim dirinya sebagai platform perjalanan nomor satu di Tiongkok. Kabarnya sekitar 60% wisatawan Tiongkok menjadikan Baidu Travel sebagai salah satu referensi online.
Akankah upaya keras yang dilakukan Menpar Arief Yahya dengan jajarannya dapat mencapai target 10 juta wisman Tiongkok? Semoga saja.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Foto: denny, Humas-kemenpar
0 komentar:
Posting Komentar