. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 19 Februari 2016

Aconcagua Berwatak Kejam Tapi Diminati Pendaki

Aconcagua di wilayah Pegunungan Andes, Argentina merupakan puncak kedua tertinggi di dunia setelah Everest ( 8.848 mdpl ) dalam "The Seven Summits of The World. Puncak gunung berketinggian 6.962 meter di atas permukaan laut atau 22840 feet ini disebut-sebut berwatak kejam. 

Gunung yang mewakili lempeng benua Amerika Selatan ini, letaknya di antara samudra atlantik, pasifik, dan antartika sehingga angin dari ketiga lautan tersebut bertemu dan berputar puncak Aconcagua. 

Kawasan pegunungan Andes sendiri didominasi batuan basalt hitam, salju, dan glacier serta beberapa jenis binatang, salah satunya Guanacos, sejenis Lhama yang ada di Tibet.

Watak kejam gunung ini diperlihatkan dari cuaca, suhu, dan anginnya yang ekstrem. Gunung ini punya El Viento Blanco, yaitu badai angin putih (white storm) yang berkecepatan 270 km/jam. Kecepatannya itu mampu menghantam apapun yang menghalanginya.

Selain itu menyebabkan dingin yang menusuk tulang dengan suhu hingga minus 42 derajat Celsius dan ketebalan salju yang mencapai 70 Cm. Kemunculan angin tersebut ditandai dengan kehadiran awan cendawan atau jamur (mushroom clouds). Jika ada tanda tersebut, pendaki disarankan menghentikan pendakiannya dan segera turun ke tempat yang lebih aman.

Meskipun termasuk gunung yang berwatak kejam, namun banyak pendaki dari berbagai negara termasuk dari Indonesia yang ingin menggapai puncaknya. Maklum saja, Aconcagua termasuk Sevent Summits bahkan menduduki peringkat kedua sebagai atap dunia setelah Everest.

Karakter kejam Aconcagua diamini mantan Duta Besar RI untuk Argentina, Nurmala Kartini Panjaitan Sjahrir atau yang akrab disapa Kartini. Penilaian itu diketahuinya setelah beberapa kali dai ke kaki Aconcagua dan mendapat informasi dari pemandu setempat. 

Menurut Ketua Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) UI tahun 1975 ini banyak tantangan dalam pendakian menggapai puncak Aconcagua. Iklimnya bisa berubah sangat cepat dan batuannya gamping yang mudah runtuh. 

"Gunung ini kejam, perubahan iklimnya dratis cepat. Batuannya gamping, naik satu meter bias turun dua meter. Tapi yang saya banggakan, belakangan ini tidak ada satupun pendaki dari Indonesia yang tidak sampai ke puncak. Semua pendaki berhasil Summits," ujarnya di Musro, Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis (18/2), sebelum acara pelepasan pendaki tunadaksa Indonesia Sabar Gorky dan Tim Ekspedisi Indonesia Raya sebelum berangkat ke Argentia untuk menaklukkan Aconcagua.

Kendati tak lagi menjabat sebagai Duta Besar di Argentina, Kartini berharap Tim Ekspedisi Indonesia Raya berhasil mencapai puncak demi mengharumkan nama Indonesia di dunia.

"Kita tunggu Sabar Gorky dan rekan-rekannya kembali ke Indonesia," harap Kartini. 

Jika Sabar Gorky sukses menggapai Aconcagua dan 3 sisa puncak gunung tertinggi lainnya, maka dia akan mencatat sejarah yang membanggakan bagi Indonesia sebagai pendaki tunadaksa pertama di dunia yang menaklukan sevent summits. 

Sebelumnya pendaki gunung berkaki tunggal ini sudah mengharumkan nama Indonesia karena berhasil menyabet juara I dalam kompetisi panjat tebing penyandang tunadaksa se-Asia Tenggara di Korea Selatan 2009 lalu. 

Naskah: adji kurniawan (kembaratopis@yahoo.com) 
Foto: adji & Ist 

Captions: 
1. Wajah pegunungan Andes di Argentina dengan puncak Aconcagua-nya yang berwatakkejam 
2. Mantan Dubes RI untuk Argentia Kartini memberi wejangan dan spirit kepada Sabar Gorky.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP