Inilah Lima PR Presiden RI yang Baru di Bidang Ekonomi
Siapapun presiden terpilih Pilpres 2014 mempunyai sejumlah Pekerjaan Rumah (PR) yang tidak mudah di bidang ekonomi. Oleh karena tantangannya sangat berat, presiden baru yang terpilih harus dihargai oleh seluruh masyarakat agar citranya positif dan bisa menjawab semua PR-nya.
Demikian disampaikan Aviliani, pengamat ekonomi di sebuah acara televisi swasta nasional di Jakarta, baru-baru ini.
Menurutnya ekonomi Indonesia masih membutuhkan energi yang sangat besar untuk memperbaiki pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Sekurangnya ada lima (lima) PR presiden RI periode 2014-2019 berdasarkan paparan Aviliani . Pertama, mulai tahun 2015, Indonesia menghadapi Pasar Bebas di kawasan Asia Tenggara atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MAE). “Presiden baru harus sudah mempersiapkan negosiasi-negosiasi apa yang akan dilakukan, tentunya negosiasi yang menguntungkan Indonesia,” jelas Aviliani.
Kedua, pemerintahan baru harus memperhatikan 100 juta rakyat Indonesia yang miskin dan rentan. “Presiden baru harus memberi perhatian dan bias mensejahterakan rakya miskin tersebut agar ekonominya lebih baik,” ujarnya.
Ketiga, presiden baru akan menghadapi PR yang berat mengenai persoalan devisit transaksi berjalan, transaksi perdagangan. “Kalau tidak mampu mengatasi persoalan ini akan selalu berfluktuasi yang tidak menguntungkan bagi masyarakat Indonesia,” ungkapnya.
PR keempat, presiden baru juga harus menghadapi masyarakat dari Negara-negara lain selian dari kawasan ASEAN, mengingat akan ada globalisasi 2020. Solusinya pemerintahan baru harus banyak mengikutsertakan publik dan perusahaan karena bagaimanapun perusahaan itu pemberi kontribusi PDB terbesar. “Jadi jangan ditinggalkan mereka,” anjurnya.
Kelima, presiden baru harus mampu mengatasi jebakan kelas menengah (middle income trap). Jembakan ini membayangi negara-negara berkembang yang akhirnya membuat negara tersebut tidak bisa melaju ke tahap pertumbuhan ekonomi selanjutnya, menjadi negara maju. “Indonesia harus mampu keluar dari jebakan tersebut,” imbaunya.
Ekonom sekaligus Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) ini setuju kalau “bulan madu” presiden baru tidak akan panjang karena setelah pembentukan kabinet nanti pada Oktober mendatang, harus menghadapi sejumlah PR berat di atas. Keunggulan Jokowi-Prabowo
Sebelumnya, pada kesempatan lain Aviliani menilai baik Jokowi maupun Prabowo memiliki keunggulan masing-masing dalam bidang ekonomi.
Aviliani menilai capres dari PDIP Jokowi berpengalaman mengatasi kondisi ekonomi domestik di daerah. “Jokowi punya pengalaman baik di daerah dan Jakarta dilihat dari ekonomi domestik. Manajemen eksekusinya sudah diketahui masyarakat,” ujarnya.
Jokowi dianggapnya juga mampu menyederhanakan rumitnya persoalan birokrasi. “Itu juga menjadi salah satu keunggulan Jokowi yang bisa menjadi pengalaman yang dapat diimplementasikan dalam pemerintahannya mendatang,” terangnya.
Menurut Aviliani, jika Jokowi terpilih, dia harus menunjuk orang yang mampu meningkatkan daya tawar Indonesia dan bernegosiasi di pasar global.
Sementara capres dari partai Gerindra, Prabowo dianggap menguasai pasar dan kebijakan ekonomi internasional mengingat sudah 10 tahun berinvestasi di luar negeri sehingga menguasai pasar investor luar. “Jadi dari segi internasional pengalam Prabowo cukup bagus,” ujarnya.
Kata Aviliani, siapapun presiden mendatang, investor tidak akan menolaknya. “Ekonomi tidak akan berbalik signifikan langsung, yang penting menjaga kebijakan,” pungkasnya.
Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Captions:
1. 100 juta rakyat Indonesia yang miskin dan rentan jadi PR yang harus dijawab Presiden RI yang baru.
2. Ekonomi Indonesia masih butuh energi besar agar terus tumbuh dan berkualitas.
0 komentar:
Posting Komentar