Wisata Halal Lahan Bisnis yang Menggiurkan
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) baru mulai mengembangkan wisata halal atau syariah. Padahal potensi dan peluas sektor ini amat besar. Mengapa baru sekarang? Entahlah mungkin baruk melek. Telatkah? Kalau mau jujur iya. Tapi daripada tidak sama sekali.
Mengapa Indonesia perlu mengembangkan wisata nonharam ini? Jawabnya sebenarnya sederhana, pasarnya bukan cuma orang Muslim tapi juga nonmuslim.
Kalau mau detilnya begini, Indonesia sendiri kini dianugerahi jumlah muslim yang mencapai sekitar 205 juta jiwa atau 88,1 persen dari jumlah penduduk 248 juta jiwa. Sedangkan di seluruh dunia, jumlah umat Islam lebih dari 1,8 miliar jiwa atau sekitar 28 persen dari total penduduk dunia yaitu 6,4 miliar yang tersebar di 148 negara.
Data Pew Research Center menyebutkan setiap tahun diperkirakan pertumbuhan jumlah penduduk Muslim mencapai 1,6 miliar atau 23,4% dari penduduk dunia sebesar 6,9 miliar pada 2010 menjadi sekitar 2,2 miliar atau sekitar 26,4% dari total penduduk dunia sebanyak 8,3 miliar pada 2013. Dengan kata lain terjadi rata-rta pertumbuhan sebesar 1,5% unruk penduduk muslim setiap tahunnya.
Wapres Boediono saat membuka The 1st OIC International Forum on Islamic Tourism 2014 di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (2/6/) mengatakan Indonesia punya potensi besar untuk mengembangkan pariwisata syariah mengingat populasi muslim Indonesia terbesar di dunia. Untuk itu. Indonesia harus siap membuka kerjasama dengan negara-negara OKI dalam bidang pengembangan wisata syariah.
Kata Boediono lagi Indonesia juga harus memiliki pedoman pengembangan wisata syariah yang terpadu bila ingin mendapatkan keuntungan di sektor pariwisata syariah ini.
Laporan Ekonomi Islam Global 2013 yang dikeluarkan Dinar Standard dan Thomson Reuters menyebut pengeluaran Muslim untuk berwisata pada 2012 mencapai 137 miliar dolar AS. Angka tersebut mewakili 12,5 persen dari total pengeluaran global untuk bepergian yang mencapai 1.095 milar dolar AS. Diperkirakan pengeluaran Muslim untuk jalan-jalan ini akan meningkat hingga 181 dolar AS pada 2018.
Pemakaian produk halal di dunia pun semakin populer, termasuk jasa dan produk yang berkaitan dengan wisata syariah. Pemakai produk halal pun ternyata tidak hanya dikonsumsi oleh Muslim melainkan juga nonmuslim.
Bukti meningkatnya pemakian produk halal seperti makanan, minuman, perawatan tubuh, kosmetik, farmasi dan obat-obatan, sudah mencapai sekitar 2,3 triliun per tahun 2010. Dengan perkiraan nilai total pasar bisnis syariah berkisar 3-4 triliun dolar AS. Untuk pasar makanan halal mencapai 700 triliun dolar AS dan diperkirakan pertumbuhannya terus meninggi.
Dengan semua faktor itu, jelas wisata halal ini menjadi ladang bisnis yang menggiurkan untuk dikembangkan dengan serius.
Sayangnya, dukungan pemerintah Indonesia dalam pengembangan wisata syariah sampai saat ini masih terbilang minim. Jauh kalah langkah dan kalah dukungan dibanding Malaysia yang pemerintahnya mendukung penuh sektor ini. Tak heran kalau di kawasan Asia Tenggara, Malaysia berada di urutan pertama pengelolaan wisata syariah. Negeri jiran ini bahkan memiliki dirjen khusus pariwisata Islam.
Menurut penulis Buku Wisata Syariah, Hery Sucipto bukti kongkrit pengembangan wisata syariah Malaysia jauh lebih maju dari Indonesia, bisa dilihat dari jumlah hotel syariahnya. Katanya, Malaysia kini memiliki sekitar 300 hotel syariah. Sedangkan Indonesia baru memiliki 57 hotel syariah yang tersesebar di sejumlah kota, terutama di Jakarta dan Solo.
Menparekraf Mari Elka Pangestu dalam acara jumpa pers terkait penyelenggaraan The 1st OIC International Forum on Islamic Tourism 2014 sekaligus peluncuran buku wisata syariah di tempat dan hari yang sama, mengatakan pihaknya (Kemenparekraf) saat ini tengah mempersiapkan standar pelayanan dan standar usaha bidang wisata syariah, termasuk penetapan destinasi wisata syariah yang untuk tahap awal ini ada sebanyak 9 destinasi syariah.
Menurut Mari, tingginya pengeluaran wisatawan dunia untuk produk wisata syariah merupakan peluang bagi Indonesia. Untuk itu diperlukan keseriusan semua stakeholder baik industri wisata maupaun pemerintah dalam menggarap wisata syariah.
Naskah &foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Captions:
1. Jumpa pers The 1st OIC International Forum on Islamic Tourism 2014 sekaligus peluncuran Buku Wisata Syariah di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (2/6/).
0 komentar:
Posting Komentar