Enam Provinsi Jadi Penampil Terbaik Festival Musik Tradisi Anak 2014
Enam tim musik tradisi anak dari Jawa Timur, Lampung, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Tengah, dan NTB menjadi penampil terbaik dalam gelaran Festival Musik Tradisi Anak-Anak (FMTA) 2014 yang berlangsung di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta baru-baru ini.
Tim Jawa Timur membawakan komposisi berjudul Kembang Angenan dengan instrumen gamelan yang terdiri atas: kethok, kluncing, slentem, saron, peking, gong, angklung, kendang, terbang, dan patrol.
Sementara Wakil Lampung membawakan musik tradisi Lampung bertajuk Upih Ngisut yang terinspirasi dari suatu permainan anak-anak sedang menunggu orang tua mereka yang pergi melaut.
Tim Sumut yang baru pertama kali mengikuti event ini diwakili oleh satu tim musik tradisi anak-anak dari Kabupaten Samosir, tepatnya dari Sanggar Jolo New Traditional Creation Dance.
Pendiri Sanggar Jolo New Traditional Creation Dance sekaligus ketua rombongan tim Sumut, Perri Sagala (36) menjelaskan tim Sumut membawakan musik dan lagu Parmahanan yakni permainan anak-anak di Parmahanan yang bercerita tentang anak-anak pengembala kerbau yang bekerja sambil bermain musik di ladang maupun tanah lapang berilalang dengan durasi 8 menit.
Tim Sumut terdiri dari 8 anak laki-laki berusia 8-12 tahun. “Mereka memainkan alat musik perkusi taganing 1 set, 2 set garantung, satu kusapi atau kecapi, satu sulim atau seruling, dan 2 ogung atau gong untuk mengiringi tiga lagu yang dibawakan secara medley berjudul martumba, hatasopisik, dan Siburuk,” papar sarjana seni tari dari Unimed lulusan tahun 2.000 ini.
Kata Perri, musik dan lagu dalam Parmahanan dipilih untuk ditampilkan mengingat permainan itu sudah jarang sekali terlihat atau boleh dibilang hampir punah. “Soalnya kerbau dan padang ilalang juga sudah jarang di Samosir, jadinya saya congkel biar kembali terangkat,”
Di luar enam grup yang dinilai tampil terbaik oleh tim pengamat, masih ada 28 grup yang juga juga tak kalah keren dan bersemangat menampilkan kelokalan masing-masing. Total pesertanyai 34 kontingen yang mewakili 34 provinsi se- Indonesia.
Dewan juri yang terdiri dari Embie C Noer (musisi), Prof. Djohan Salim (ISI Yogyakarta), Suhendi Afrianto (STSI Bandung), Jabatin Bangun (IKJ) dan Jodhy Yudono (musisi dan wakil media) memuji tim Sumut dan lima tim penampil terbaik kali ini. Mereka menilai semua tim dari empat aspek, yaitu originalitas atau keunikan karya, ide dan kreativitas otensitas, dan kuantitas.
Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Kemdikbud, Endang Caturwati mengatakan FMTA 2014 yang bertema “Berawal dari Tradisi Menjadi Pribadi yang Kuat dan Berkarakter” ini, memberi kesempatan bagi anak-anak untuk berkiprah dalam dunia seni musik. “Mereka juga distimulus untuk berkreasi sesuai alam pikiran dan dunianya agar jiwa kreativitasnya dapat tumbuh berkembang secara natural dan terhindar dari kekerdilan jiwa tradisi bagi masyarakat khususnya anak-anak,” jelasnya.
Festival ini dihelat untuk menjawab kondisi industri musik Indonesia yang berkembang pesat denagn bermunculan penyanyi solo, grup band, dan tentunya lagu-lagu baru. Namun nilai-nilai didaktik kurang muncul, baik dari segi lirik, penampilan, dan penyajian lainnya. Nilai-nilai luhur yang bersumber pada kearifan lokal dan pesan edukatif sangat kurang, terutama pada musik populer.
Ironisnya, musik yang kurang mengandung nilai-nilai budaya luhur dan edukasi itu, justru banyak dikonsumsi oleh anak-anak Indonesia yang merupakan kader masa depan bangsa. Sehingga anak-anak sekarang kian terasing dari budayanya sendiri, dan terus saja dijejali budaya-budaya popular. Sementara budaya lokal yang penuh dengan kearifan, terjauhkan dari anak-anak.
FNMTA 2014 dimeriahkan pula dengan sarasehan dengan tema antara lain “Proses Kreatif Pengemasan Musik Tradisi, Konsep Pembinaan Penonton Musik Tradisi Anak-anak, dan Peran Edukatif atau Sosiologis Musik Tradisi Anak-anak”.
Dalam sarasehan yang menjadi wahana untuk mengkaji tema-tema yang berkaitan dengan musik tradisi ini, para peserta saling bertukar informasi tentang tradisi musik di daerahnya masing-masing.
Melihat anak-anak Indonesia yang kreatif dan tampil menarik di FMTA 2014, ada rasa bangga sekaligus harapan besar bahwa masih ada anak-anak Indonesia yang berprestasi, ditengah gempuran berita-berita memilukan hati terkait kasus pencabulan dan kekerasan seksual yang menimpa sejumlah anak Indonesia lainnya belakangan ini.
Naskah: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: adji & dok. perri
Captions:
1. Aksi tim musik tradisi anak dari Sumut di Samosir.
2. Bersama panitia Laseda 2014 di Samosir.
3. Tim Sumut usai menerima penghargaan sebagai salah satu penampil terbaik FMTA 2014 di Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar