. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 09 Mei 2014

Wisatawan Muslim Tak Perlu Cemas Soal Makanan Halal di Samosir

Buat Anda yang ingin berwisata ke Pulau Samosir, Sumatera Utara tak perlu cemas soal makanan dan minuman halal. Pasalnya saat ini sudah ada lima rumah makan muslim yang direkomendasikan di kabupaten yang berada di tengah Danau Toba ini.

Pemkab Samosir sejak tahun ini terus mendorong rumah makan dan restoran yang selama ini menyediakan makanan dan minuman halal untuk memasang plang sebagai rumah makan muslim.

“Sekarang ini sudah ada tiga rumah makan muslim di Tuktuk dan dua lagi di Pangururan. Lima rumah makan tersebut benar-benar kami rekomendasikan karena dipastikan menyediakan makanan halal sesuai kaidah Islam dan pemiliknya memang muslim,” kata Kepala Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya (Kadisparsenbud) Kabupaten Samosir, Ombang Siboro disela-sela acara Lawatan Sejarah Daerah (Laseda) 2014 yang digelar Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Banda Aceh di Samosir baru-baru ini.

Kelima rumah makan muslim tersebut antara lain Rumah Makan Murni, Selina, dan lainnya. “Menu yang mereka sediakan antara lain pora-pora atau ikan asli danau Toba, ayam, dan sayur sebagaimana Rumah Makan Padang tapi ini bukan Rumah Makan Padang,” jelasnya.

Harga menu halal yang dijual, lanjut Ombang berkisar mulai dari Rp15.000, Rp 30.000 per porsi dan seterusnya. Menurut Ombang sebenarnya ada banyak rumah makan yang menyediakan makanan halal di Samosir namun belum semua berani memasang label sebagai rumah makan muslim.

“Sekalipun rumah makan itu menyediakan ikan dan ayam yang halal, tapi kalau tidak ada label rumah makan muslim dan pemiliknya bukan muslim, ada keraguan wisatawan tentang kehalalan tersebut,” terangnya.

Berdasarkan pengamatannya, belakangan banyak wisatawan muslim moderat yang berwisata ke Samosir, maksudnya wisatawan muslim yang amat memperhatikan soal kehalalan makanan dan minuman secara detil. “Hal lain mungkin mereka bisa tolerir tapi soal makan mereka straight atau tegas. Jadi mau tak mau memang harus disediakan agar mereka mau dan betah berwisata di sini,” akunya.

Wisatawan muslim, lanjutnya masih banyak yang meragukan rumah makan yang menyediakan makanan halal namun belum berlabel sebagai rumah makan muslim. “Mereka kerap menanyakan apakah cara memotong ayam, kerbau, dan sapi-nya itu sudah dipastikan sesuai cara Islam dan lainnya,” terangnya.

Ombang mengakui persoalan kuliner menjadi tantangan tersendiri bagi pariwisata Samosir selama ini. Apalagi di kabupaten ini penduduknya banyak yang berternak babi. “Jadi persoalan ini harus segara diberantas agar tidak ada kecemasan wisatawan lagi. Termasuk soal higienis dan kebersihan,” akunya. 

Tak mudah meyakinkan rumah makan yang pemiliknya muslim untuk memasang plang sebagai rumah makan muslim, mengingat di sini memang mayoritas penduduknya non muslim. 

“Mereka selama ini sungkan dan mikir berkali-kali. Karena khawatir penduduk di sini marah. Tapi sudah kami jelaskan bahwa pariwisata itu untuk melayani permintaan pengunjung atau wisatawan. Kalau ada yang komplain bilang ke saya, ini tanggungjawab saya,” ungkapnya. 

Munculnya kelima rumah makan muslim di Samosir kini, selain karena dorongan Pemkab Samosir juga karena ada permintaan pasar dalam hal ini wisatawan muslim yang selama ini cemas soal ketersediaan makanan halal di Samosir. “Makanan dan minuman halal berdasarkan aqidah Islam itu penting diperhatikan masyarakat Samosir jika ingin mendapatkan wisatawan muslim yang banyak,” jelasnya. 

“Bahkan saya anjurkan pemilik rumah makan tersebut, menambahkan musolah agar tamu bisa mudah melaksanakan shalat. Maklum mencari masjid di sini agak sulit di banding daerah tujuan wisata lain. Kami hanya mendorong, tidak ada subsidi,” akunya. 

Ombang mengamini upaya terus menghimbau rumah makan muslim di Samosir memang untuk menjaring wisatawan muslim dari daerah lain di dalam negeri dan luar negeri. “Ini merupakan upaya memberikan hospitality yang baik sebagai tuan rumah,” terangnya. 

Menurut Ombang, jangan hanya gara-gara masyarakat di sini mayoritas Kristen kemudian wisatawan muslim jadi enggan datang, lantaran sulit mendapatkan makanan dan minuman halal. Sebagai daerah tujuan wisata, Samosir harus wellcome dan menerima masukan-masukan dari wisatawan. “Akar budaya tetap dipegang teguh namun harus juga memenuhi permintaan pasar juga, terutama soal makanan halal bagi wisatawan muslim,” ungkapnya. 

Ombang berharap dengan semakin banyaknya rumah makan muslim nantinya akan menaikkan kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara ke Samosir. “Untuk wisatawan mancanegara, kita targetkan terutama wisatawan dari Malaysia mengingat mayoritas penduduknya muslim,” akunya. 

Menurut Ombang, wisatawan Malaysia termasuk yang paling rewel soal makanan halal. “Mudah-mudahan dengan adanya rumah makan muslim, wisatawan negeri jiran itu terus meningkat jumlahnya ke Samosir,” harapnya. 

Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com) 

Captions: 
1. Kadisparsenbud Samosir Ombang Siboro dan Kepala BPNB Banda Aceh Irini Dewi Wanti beserta peserta Laseda 2014 tengah menikmati aneka masakan halal di salah satu resort di Samosir.

2. Aneka ikan khas Danau Toba.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP