Bis Wisata Keliling Ibukota Diminati Turis Mancanegara
Di Halte Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat yang menjadi salah satu pemberhentian Bis Wisata Keliling Ibukota yang disebut City Tour Jakarta Bus (CTJB), puluhan orang terlihat sedang menunggu. Maklum, hari Minggu, warga Jakarta dan wisatawan yang ingin merasakan berkeliling Ibukota dengan bis ini lebih banyak dari hari biasa.
Dari puluhan calon penumpang yang sudah lama menunggu itu, ada sepasang turis asing dari Thailand. Keduanya juga sabar antri.
Baru di bis ketiga, kedua turis itu mendapat tempat duduk di koridor bawah. Sedangkan di koridor atas sudah penuh. Peraturan di dalam bis berkapasitas 60 orang ini, penumpang tidak boleh ada yang berdiri.
Setelah semua penumpang duduk dengan tenang, bis pun melaju perlahan. Bis buatan China yang tumpangi kedua turis dan penumpang lain ini dikemudikan Deudeu Savitri, perempuan muda berjilbab orange asal Garut.
Menurut Deudeu yang sebelumnya pernah menjadi sopir bis Damri dan TransJakarta, semua sopir Bis Wisata Jakarta yang saat ini berjumlah 12 orang adalah perempuan. “Kalau yang bawa perempuan, lebih hati-hati dan memberi kesan nyaman bagi penumpang terutama orangtua dan anak-anak,” akunya.
Tak lama kemudian Jodi, pemandu Bis Wisata Keliling Ibukota menyampaikan peringatan kepada seluruh penumpang untuk senantiasa berhati-hati terutama para orangtua yang membawa serta anak-anak. Hal itu dilakukan untuk menjaga kenyamanan dan ketenangan seluruh penumpang selama berkeliling Ibukota.
“Bapak-bapak dan ibu-ibu yang membawa anak, dimohon memperhatikan anak-anaknya. Jangan sampai anak-anaknya mondar-mandir apalagi berlarian di koridor atas bis. Nanti kalau bis ini mendadak ngerem, bisa terjatuh,” begitu wanti-wanti Jodi lewat pengeras suara.
Di koridor bawah dekat sopir, Jodi menjelaskan rute dan obyek-obyek bangunan yang dilewati bis ini. “Bapak-bapak dan ibu-ibu serta penumpang lainnya, sekarang ini kita berada di Jalan MH Thamrin. Nama jalan ini diambil dari Pahlawan Nasional yakni Muhammad Husni Thamrin yang lahir di Jakarta. tepatnya di Sawah Besar, 16 Februari 1894,” jelasnya.
“Beliaulah yang mencetuskan nama Betawi yang berasal dari Batavia. Beliau juga yang menemukan ide pembuatan Perusahaan Daerah Air Minum atau PDAM yang saat ini masih digunakan di Indonesia.” lanjutnya.
“Di sisi kiri bis kita ini terdapat gedung bernama Bawaslu atau Badan Pengawas Pemilu. Gedung tersebut menjadi kantor para petugas pengawas pemilu,” katanya lagi.
Seluruh penumpang di koridor bawah terlihat tenang mendengarkan penjelasannya. Suara Jodi pun terdengar jelas di koridor atas karena disambungkan dengan speaker. “Masih di Jalan MH Thamrin, di sisi kiri bis ini terdapat gedung Bank Indonesia. Pada awalnya Bank Indonesia terletak di kota tua namun kemudian dipindahkan di sini dengan gedung baru yang megah dan besar. Arsitektur bangunannya dirancang arsitektur asal Sumatera Utara, bernama Frederich Silaban. Dia juga yang menjadi arsitek dari Masjid Istiqlal dan pernah menjadi ketua Perhimpunan Arsitek Indonesia,” ujar Jodi lagi.
“Nah, saat ini kita berada di bunderan yang disebut Bunderan Indosat karena posisinya berada di depat gedung Indosat. Sering disebut juga Bunderan Patung Kereta Kuda karena terdapat patung kereta berkuda yang berada di sisi kanan bis ini,” jelasnya.
Kata Jodi lagi, Patung Kereta Kuda itu memiliki cerita sejarah tersendiri. Dibangun tahun 1985 pada era Presiden Soeharto. Namun ide pembangunannya dari Presiden Soekarno. Arsiteknya Nyoman Nuarta dari Bali. “Beliau juga yang merancang arsitektur Garuda Wisnu Kencana atau GWK yang berada di Bali,” terang Jodi.
Ketika bis mendekati halte Museum Nasional, Jodi menyampaikan pesan lagi. “Penumpang yang tadi naik dari Museum Nasional ini, dimohon kesediaannya untuk turun, bergantian dengan penumpang lain,” ucapnya.
Saat itulah ada rombongan wisatawan Nusantara (wisnus) dari Jawa dan sepasang turis asing lagi yang menaiki bis ini. Kedua turis asing asal Eropa yang baru naik itu pun mendapat perlakuan sedikit istimewa dari pemandu. Kehadiran mereka, membuktikan bahwa Bis Wisata Keliling Ibukota juga diminati wisatawan mancanegara (wisman) yang tengah berwisata di Jakarta.
Sembilan Halte City Tour
Dari puluhan calon penumpang yang sudah lama menunggu itu, ada sepasang turis asing dari Thailand. Keduanya juga sabar antri.
Baru di bis ketiga, kedua turis itu mendapat tempat duduk di koridor bawah. Sedangkan di koridor atas sudah penuh. Peraturan di dalam bis berkapasitas 60 orang ini, penumpang tidak boleh ada yang berdiri.
Setelah semua penumpang duduk dengan tenang, bis pun melaju perlahan. Bis buatan China yang tumpangi kedua turis dan penumpang lain ini dikemudikan Deudeu Savitri, perempuan muda berjilbab orange asal Garut.
Menurut Deudeu yang sebelumnya pernah menjadi sopir bis Damri dan TransJakarta, semua sopir Bis Wisata Jakarta yang saat ini berjumlah 12 orang adalah perempuan. “Kalau yang bawa perempuan, lebih hati-hati dan memberi kesan nyaman bagi penumpang terutama orangtua dan anak-anak,” akunya.
Tak lama kemudian Jodi, pemandu Bis Wisata Keliling Ibukota menyampaikan peringatan kepada seluruh penumpang untuk senantiasa berhati-hati terutama para orangtua yang membawa serta anak-anak. Hal itu dilakukan untuk menjaga kenyamanan dan ketenangan seluruh penumpang selama berkeliling Ibukota.
“Bapak-bapak dan ibu-ibu yang membawa anak, dimohon memperhatikan anak-anaknya. Jangan sampai anak-anaknya mondar-mandir apalagi berlarian di koridor atas bis. Nanti kalau bis ini mendadak ngerem, bisa terjatuh,” begitu wanti-wanti Jodi lewat pengeras suara.
Di koridor bawah dekat sopir, Jodi menjelaskan rute dan obyek-obyek bangunan yang dilewati bis ini. “Bapak-bapak dan ibu-ibu serta penumpang lainnya, sekarang ini kita berada di Jalan MH Thamrin. Nama jalan ini diambil dari Pahlawan Nasional yakni Muhammad Husni Thamrin yang lahir di Jakarta. tepatnya di Sawah Besar, 16 Februari 1894,” jelasnya.
“Beliaulah yang mencetuskan nama Betawi yang berasal dari Batavia. Beliau juga yang menemukan ide pembuatan Perusahaan Daerah Air Minum atau PDAM yang saat ini masih digunakan di Indonesia.” lanjutnya.
“Di sisi kiri bis kita ini terdapat gedung bernama Bawaslu atau Badan Pengawas Pemilu. Gedung tersebut menjadi kantor para petugas pengawas pemilu,” katanya lagi.
Seluruh penumpang di koridor bawah terlihat tenang mendengarkan penjelasannya. Suara Jodi pun terdengar jelas di koridor atas karena disambungkan dengan speaker. “Masih di Jalan MH Thamrin, di sisi kiri bis ini terdapat gedung Bank Indonesia. Pada awalnya Bank Indonesia terletak di kota tua namun kemudian dipindahkan di sini dengan gedung baru yang megah dan besar. Arsitektur bangunannya dirancang arsitektur asal Sumatera Utara, bernama Frederich Silaban. Dia juga yang menjadi arsitek dari Masjid Istiqlal dan pernah menjadi ketua Perhimpunan Arsitek Indonesia,” ujar Jodi lagi.
“Nah, saat ini kita berada di bunderan yang disebut Bunderan Indosat karena posisinya berada di depat gedung Indosat. Sering disebut juga Bunderan Patung Kereta Kuda karena terdapat patung kereta berkuda yang berada di sisi kanan bis ini,” jelasnya.
Kata Jodi lagi, Patung Kereta Kuda itu memiliki cerita sejarah tersendiri. Dibangun tahun 1985 pada era Presiden Soeharto. Namun ide pembangunannya dari Presiden Soekarno. Arsiteknya Nyoman Nuarta dari Bali. “Beliau juga yang merancang arsitektur Garuda Wisnu Kencana atau GWK yang berada di Bali,” terang Jodi.
Ketika bis mendekati halte Museum Nasional, Jodi menyampaikan pesan lagi. “Penumpang yang tadi naik dari Museum Nasional ini, dimohon kesediaannya untuk turun, bergantian dengan penumpang lain,” ucapnya.
Saat itulah ada rombongan wisatawan Nusantara (wisnus) dari Jawa dan sepasang turis asing lagi yang menaiki bis ini. Kedua turis asing asal Eropa yang baru naik itu pun mendapat perlakuan sedikit istimewa dari pemandu. Kehadiran mereka, membuktikan bahwa Bis Wisata Keliling Ibukota juga diminati wisatawan mancanegara (wisman) yang tengah berwisata di Jakarta.
Sembilan Halte City Tour
Wisata keliling Jakarta beroperasi setiap hari dari Senin sampai dengan Minggu. Waktu beroperasinya mulai pukul 9 pagi hingga pukul 7 malam. Kecuali hari Minggu, dari pukul 12 siang.
Ada 9 halte city tour yang melayani penjemputan dan penurunan penumpang. Di mulai dari Halte Sarinah Thamrin, lalu Bunderan HI, Museum Nasional atau Museum Gajah, Pecenongan, Gedung Kesenian Jakarta, Masjid Istiqlal, Monas Satu di Jalan Medan Merdeka Utara, Monas Dua di Jalan Medan Merdeka Barat, Balikota, dan terakhir kembali ke Halte Sarinah.
Setiap penumpang yang menaiki bis ini harus mentaati aturannya, antara lain tidak makan dan minum selama berada di dalam bis, tidak menutup atau menyumbat saluran AC, dan tidak membuang sampah sembarangan. Di dalam bis ini sudah disediakan 2 keranjang sampah plastik di koridor bawah dan di atas. Dan terakhir, harus menjaga kenyamanan penumpang lain.
Sampai tiga bulan ke depan, bis ini masih gratis dengan kata lain penumpang tidak dikenakan tarif atau ongkos.
Bagi warga Jakarta dan wisnus serta wisman yang ingin mencoba naik bis ini, disarankan memilih hari biasa, Senin-Jumat karena penumpangnya lebih sedikit dibanding pada akhir pekan.
Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Captions:
1. Dua turis asing dalam Bis Wisata Jakarta, duduk di depan melihat ke arah kamera.
2. Penumpang warga Jakarta dan sejumlah wisnus.
0 komentar:
Posting Komentar