Berwisata Kapal Karam dari Pulau Weh Hingga Raja Ampat, Menikmati Istana Biota Laut yang Menakjubkan
Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, sekarang KKP pada tahun 2005 menginventarisasi adanya 463 runtuhan kapal (wreck ships) asal Tiongkok, Belanda, Spayol, Portugis, dan Inggris dengan muatan berharganya yang tenggelam di antara tahun 1508 dan 1878. Dari jumlah itu, baru 186 kapal yang diketahui tempat tenggelamnya. Sedangkan arsip VOC menginventarisasi lebih dari 100 kapal negaranya yang tenggelam di perairan Nusantara.
Bahkan Direktur Peninggalan Bawah Air, Ditjen Sejarah dan Kepurbakalaan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Surya Helmi, pernah mengatakan ada sekitar 500.000 atau setengah juta kapal karam yang tenggelam di dasar perairan laut Indonesia. Sementara di seluruh dunia, ada sekitar 5 juta kapal karam.
Dari data di atas bisa dilihat begitu banyak obyek wisata kapal karam yang berpeluang mendatangkan pundi-pundi dolar dan rupiah. Namun dari ratusan ribu kapal karam di Indonesia yang terdata tersebut, baru segelincir yang diminati para penyelam sebagai obyek wisata selam kapal karam.
Travelplusindonesia mencatat sekurangnya ada tujuh obyek wisata selam kapal karam yang diminati para penyelam, baik wisatawan Nusantara maupun mancanegara yang tersebar dari Aceh sampai Papua barat. Beberapa obyek kapal karam tersbut diperuntukan khusus untuk penyelam profesional dan berpengalaman dan beberpa lainnya aman diselami oleh penyelam pemula dengan bantuan penyelam pendamping.
Obyek wisata selam kapal karam pertama yang dapat Anda selami ada di perairan Pulau Weh, Aceh. Di perairan pulau ini terdapat sejumlah titik penyelaman atau spot diving yang sudah tersohor di dunia, salah satunnya Sophie Rickmers Wreck. Namun untuk menyelam disini dianjurkan buat mereka yang sudah mengantongi sertifikat menyelam lanjutan dan pengalaman segudang. Maklum, spot yang satu ini rawan dekompresi.
Sophie Rickmers adalah kapal Jerman yang karam pada zaman Perang Dunia II. Kapal ini karam saat mennghindari kejaran kapal Belanda. Kapal ini mendarat di permukaan terumbu karang yang sehat dan spektakuler. Di sekitar bangkai kapal ini kerap terlihat kerapu raksasa dan marble rays serta gerombolan bat fish.
Masih di kawasan Sumatera, teruskan ke obyek wisata kapal karam di perairan Pulau Pongok, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Ada dua lokasi situs kapal karam di perairan ini, pertama di Situs Batumandi, berdekatan dengan karang yang bernama Batu Mandi. Kapal besi dengan kondisi sebagian besar telah rusak ini, bagian dinding lambung kirinya yang berdiri tegak, panjangnya 45 meter dan tingginya 8 meter. Sedangkan dinding lambung kanan di bagian depan dan tengah kapal sepanjang 17 meter.
Berdasarkan hasil survei diperkirakan bahwa kapal yang terdapat di Batumandi adalah jenis kapal uap (steamship). Kapal steamship menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
Kedua di Situs Karanglucan. Kapal kedua ini berjarak 200 meter sebelah Barat kapal I dan lokasinya bernama Karang Lucan. Panjangnya diperkirakan 53,30 meter. Panjang tiangnya 17,40 meter. Pemandangan di kedua kapal karam ini cukup menarik karena kondisi kapal yang masih cukup utuh dengan tumbuhnya karang laut dan ikan yang hidup di sekitarnya.
Obyek wisata kapal karam selanjutnya di perairan Tulamben, Bali Utara. Di sini terdapat sejumlah dive spots yang mudah dijangkau dengan pemandangan bawah laut yang sangat indah. Salah satu lokasi penyelaman yang paling terkenal adalah lokasi karam Kapal USAT (United States Army Transport) Liberty.
USAT Liberty adalah kapal perang untuk angkutan barang atau kargo yang tenggelam saat berlayar melayani kebutuhan militer Amerika Serikat pada Perang Dunia II. Kapal ini karam karena diserang kapal selam Jepang pada tahun 1942. Sewaktu pertama kali karam, kapal ini berada di kedalaman 8 meter. Namun, akibat guncangan letusan Gunung Agung pada tahun 1963, bangkai kapal pun terguling pada kedalaman 35 meter.
Bangkai kapal USAT Liberty ini baru ditemukan oleh warga Tulamben dalam keadaan sudah menjadi terumbu karang Pada tahun 1970-an. Kini, bangkai kapal ini ditumbuhi karang sekaligus menjadi “istana bawah laut” bagi aneka ikan.
Tulamben terletak di Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Hanya berjarak sekitar 100 Km dari Denpasar.
Obyek wisata karam berikutnya di perairan Pulau Samalona, Sulawesi Selatan. Di dasar periran sekitar pulau ini terdapat sekitar 7 buah kapal yang karam, di antaranya Kapal Maru, kapal perang milik Jepang yang karam pada kedalaman sekitar 30 meter, kapal Lancaster Bomber yang karam pada kedalaman 30 meter, dan kapal selam pemburu bernama Gunboat milik tentara Jepang, kapal Kargo Hakko Maru buatan Belanda.
Bangkai-bangkai kapal tersebut kini sudah berubah wujud menjadi karang dan berakhir menjadi rumah ataupun tempat tinggal bagi ratusan biota laut beragam warna dan bentuk yang mengagumkan.
Samalona adalah pulau kecil berluas sekitar 2,34 ha yang terletak di pesisir Kota Makassar. Jaraknya sekitar 6,8 Km dari wilayah Kota Makassar. Waktu tempuhnya sekitar 30 menit dengan menggunakan speed boat berkapasitas maksimal 12 orang dari Makassar. Untuk menaiki speedboat tersebut wisatawan akan dikenai biaya sebesar Rp 250.000 sampai Rp 350.000 pergi/pulang.
Jika ingin bermalam di pulau ini tersedia penginapan yang dapat menampung sekitar 20 orang dengan biaya sebesar Rp 150.000 hingga Rp 200.000 per rumah per malam. Menu santapannya tersedia aneka ragam seafood segar, dengan harga berkisar antara Rp 15.000 sampai Rp 20.000 di sejumlah warung sederhana di sana.
Kalau belum puas lanjutkan ke obyek wisata selam kapal karam di perairan Karimun Jawa, Jawa Tengah. Di salah satu perairan Pulau Genting selain menjadi surganya ikan badut atau clown fish atau yang tersohor dengan nama ikan nemo, juga ada bangkai kapal dari Cina. Penduduk lokal sering mengaitkan kapal tenggelam ini dengan makam cina kuno yang ada di Karimunjawa. Pada lambung bangkai kapal ini banyak ditemukan pecahan keramik kuno.
Selain kapal dari Cina, juga ada bangkai kapal Panama Indono yang tenggelam pada tahun1955 di Pulau Kemujan. Bangkai kapal ini terbelah menjadi dua dengan panjang kapal hampir menyamai kapal-kapal fery yang ada di Indonesia. Bangkai kapal ini kini menjadi tempat bernaung berbagai spesies ikan, selain menjadi salah satu lokasi favorit wreck diving.
Masih ada bangkai kapal lain yakni kapal pengangkut batu bara milik tentara Belanda yang karam di perairan Pulau Kemujan. Struktur dasar pantai di Karimunjawa yang relatif rendah membuat banyak kapal kandas dan akhirnya karam.
Perjalanan awal ke Karimunjawa biasanya dari Jepara atau Semarang. Dilanjutkan dengan kapal ferry ke pelabuan Karimjawa. Dan untuk menuju ke pulau-pulau yang perairannta tredapat kapal karam dengan menyewa kapal nelayan setempat.
Obyek wisata selam kapal karam yang tak menawan ada di perairan Morotai, Maluku Utara. Di sini terdapat sejumlah spot diving yang menawarkan pesona keindahan bawah laut yang menakjubkan. Salah satu spot diving yang menjadi andalan di Morotai adalah melihat kapal karam yang merupakan bangkai kapal Perang Dunia II yang karam di dasar laut.
Morotai dapat dicapai dari Ternate dengan menggunakan kapal ferry atau speedboat menuju kota pesisir bernama Sofifi di Pulau Halmahera. Selanjutnya, perjalanan menuju Tobelo di Halmahera Utara menggunakan mobil angkutan umum. Perjalanan itu dilanjutkan menuju Pulau Morotai dengan menggunakan kapal ferry atau speedboat. Pilihan lain lewat udara dengan pesawat express Air. Maskapai itu melayani rute Ternate - Morotai sebanyak tiga kali dalam seminggu, yakni Senin, Rabu, dan Jumat.
Dari Morotai, lanjutkan saja ke Raja Ampat, Papua Barat. Kabupaten ini beberapa tahun belakangan namanya melambung berkat pesona bawah laut dan landscape perairannya dengan sejumlah spot diving antara lain di The Passage, Pulau Fam, dan Pulau Misool. Selain itu juga ada ada situs-situs sejarah bawah laut, di antaranya kapal perang serta pesawat tempur yang karam di perairannya.
Raja Ampat dapat dijangkau dengan transportasi udara menuju Bandara Domine Eduard Osok, Sorong, Papua Barat. Penerbangan dari Jakarta menuju Sorong biasanya transit terlebih dahulu di Makassar atau Manado. Dari Bandara Domine Eduard Osok dilanjutkan dengan kapal cepat bermuatan10 orang dengan biaya sekitar Rp 3,2 juta sekali jalan selama 4 jam.
Penginapan berupa resort seperti yang ada di Pulau Kri, Waigeo, Mansuar, dan Misool. Pilihan inap lainnya menginap di atas kapal dengan menyewa kapal phinisi yang telah dimodifikasi khusus untuk kegiatan penyelaman beberapa hari. Kapal ini berkapasitas maksimal 14 orang dengan biaya sekitar Rp 90 juta hingga Rp110 juta untuk pelayaran selama seminggu.
Naskah: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: adji k dan dok. Ant.
0 komentar:
Posting Komentar