. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 04 April 2014

Kenangan Berkesan di TMII, Naik Kereta Gantung Bareng Jero Wacik

Berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII), bagi saya sudah tak terhitung lagi, baik untuk rekreasi maupun menjalani tugas bermacam liputan. Dari sekian kunjungan ke lokasi hiburan edukatif di Jakarta Timur ini, ada yang paling berkesan buat saya, yakni ketika naik kereta gantung atau skylift bersama Jero Wacik yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar). 

Naik kereta gantung di TMII memang bukan hal baru buat saya, namun karena naik bersama dengan seorang menteri rasanya ada kebanggaan tersendiri. Saya masih ingat sekali kunjungan berkesan itu terjadi pada Senin sore, 22 Agustus 2011 silam, dalam suasana menunaikan puasa Ramadhan.

Ketika itu Jero Wacik berserta rombongan datang ke TMII dengan tujuan untuk mengecek persiapan TMII dalam menyambut liburan Lebaran. Setibanya di TMII, Jero Wacik langsung mengecek sarana skylift di stasiun A ditemani beberapa pimpinan TMII dan sejumlah eselon satu dan dua, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar_namanya ketika itu sekarang bernama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau Kemenparekraf)) dan awak media serta para ajudannya.

Di lantai atas stasiun A, tempat pemberhentian kereta gantung, Jero Wacik ternyata bukan hanya mengecek namun juga ingin mencoba menaiknya. Jelas keinginannya itu membuat beberapa pengelola dan staffnya terkejut.

Sepintas ada keraguan tersirat di wajah Jero Wacik, antara mau naik atau tidak. Ketika pengelola menyodorkan kabin kereta gantung berwarna kuning, dia belum menaikinya. Dia masih mendengarkan penjelasan penanggung jawab skylif TMII. Entah kenapa ketika kabin kereta kedua yang berwarna biru terang datang, dia langsung menaikinya ditemani direktur utama (dirut) TMII Sugiono (ketika itu) dan kamerawan TVRI serta saya.

Mungkikah karena warna kabin kereta gantungnya sesuai dengan warna bendera parpolnya (Demokrat), Jero Wacik jadi memberanikan diri naik kereta gantung? Entahlah.

Yang jelas keberaniannya jelang sore itu, kontan membuat beberapa ajudan dan eselon satu Kemenbudpar suprise. Maklum menurut kabar dia rada takut ketinggian. Lantaran Jero Wacik berani naik skylift, semua eselon satu yang ikut ketika itu antara lain Sekjen Wardiyatmo, Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Firmansyah Rahim, Dirjen Nilai Budaya, Seni, dan Film (NBSF) Ukus Kuswara, Staff Ahli Menteri Hari Untoro dan Titien Sukarya pun ikut naik kereta gantung.

Ketika kabin kereta gantung yang dinaiki Jero Wacik bergerak perlahan meninggalkan stasiun A, dia masih sempat melambaikan tangan kepada sejumlah media dan eselon satu. 

Kendati senyumnya selalu mengembang, namun raut cemasnya tak bisa ditutupinya. Kabin kereta gantung biru itu pun melaju dari stasiun A menuju stasiun B di lintasan kawat baja setinggi 15-20 meter dari permukaan tanah.

Dari balik kaca kabin kereta jelas terlihat danau TMII yang berisi replika pulau-pulau besar yang ada di negeri ini dan Istana Anak-anak Indonesia yang megah. Jero Wacik sempat beberapakali menengok ke bawah melihat panorama TMII. 

Saya menggunakan kesempatan langka ketika itu dengan mengabadikan saat-saat Jero Wacik menikmati pemandangan TMII dari atas ketinggian dari dalam cable car  berpenumpang 4 orang ini.

Selama perjalanan dengan skylift dari stasiun A ke B, Jero Wacik lebih sering bicara. Dia menjelaskan seputar himbauannya kepada semua pengelola obyek wisata untuk mengecek semua wahana dan peralatannya jelang liburan lebaran ketika itu. 

Kata dia, tujuan himbauan dan pengecekan ini agar pengelola obyek wisata serius menomorsatukan keamanan dan keselamatan serta kenyamanan pengunjungnya selama liburan lebaran di TMII dan dimanapun. “Biar pengunjung yang tidak mudik merasa aman dan happy berlibur disini,” jelasnya ketika itu. 

Dalam kesempatan itu, Jero Wacik juga menghimbau sejumlah restoran, kantin, dan kedai di dalam ataupun di sekitar obyek wisata agar melayani pengunjung dengan baik. “Hospitality-nya harus dijaga. Jangan sampai makanan yang sudah basi masih saja dijual, mentang-mentang pengunjungnya lagi membludak,” imbaunya. 

Kalau ada obyek wisata yang tidak mengindahkan himbauan ini hingga mengakibatkan kecelakaan pengunjung, biar nanti masyarakat yang memberi sanksi berupa citra buruk obyek tersebut. “Biar pula pihak kepolisian yang mengusut kasus tersebut. Ya mudah-mudahan hal itu tidak terjadi. Oleh karenanya sekarang dihimbau dan dicek langsung,” jelasnya. 

Masih di dalam kabin yang tengah melaju, saya juga masih ingat apa yang disampaikan Sugiono ketika itu seputar kesiapan TMII dalam menyambut liburan lebaran 2011 silam. Menurutnya TMII tetap obyek wisata yang bermisi pokok sebagai pelestari budaya. 

“TMII sudah siap dari segi keamanan dan keselamtan pengunjung. Seperti skylift yang kita naiki ini baru seminggu lalu selesai, setelah sebulan diperbaiki lalu dicek lagi,” akunya ketika itu.

Zero Accident 
Sampai saat ini Skylift TMII zero accident, maksudnya belum pernah terjadi kecelakaan apalagi sampai menyebabkan kematian pengunjung sejak dioperasikan pertama kali. 

Skylift TMII mulai dioperasikan sejak 20 April 1975. Kini memiliki tiga stasiun: A, B, dan C dengan lintasan Stasiun A-Stasiun B dan Stasiun B-Stasiun C atau sebaliknya.

Stasiun A berada di sebelah Timur lapangan parkir Selatan di kawasan Desa Seni dan Kerajinan. Stasiun B terletak di seberang Anjungan Papua dan dekat dengan Taman Burung. Sedangkan stasiun C di sebelah Utara lapangan parkir Utara atau dekat TMII waterpark. 

Di setiap stasiunnya tersedia fasilitas penunjang antara lain toko cenderamata, restoran cepat saji, dan arena permainan anak berupa mobil listrik (bumper car). Khusus di depan Stasiun A tersedia mainan The Dome yang cukup menantang untuk anak usia 3 tahun ke atas, yakni permainan melompat ke udara di dalam kerangka besi berbentuk kubah. 

Ketika saya ke TMII baru-baru ini, dan melihat skylift melintas tepat di atas saya, kenangan berkesan naik kereta gantung bersama Jero Wacik kembali terbayang. Sampai TMII berusia 39 tahun saat ini, skylift masih menjadi magnet tersendiri bagi pengunjung TMII, tiketnya Rp. 30.000 per orang. 

Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com) 

Captions: 
1. Ketika Jero Wacik mau menaiki kereta gantung di TMII.
2. Jero Wacik dan Sugiono saat berada dalam kereta gantung di TMII. 
3. Kereta gantung, salah satu wahana andalan TMII. 

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP