Pengembangan Wisata Selam Indonesia Tersandung Kendala
Pengembangan wisata selam di Indonesia masih menghadapi beragam kendala. Belum tersedia data berapa sebenarnya jumlah dive center yang telah beroperasi secara resmi dan mengikuti standar internasional, salah satunya.
Direktur Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan Event Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Achyaruddin usai membuka Diskusi Wisata Selam bertema "Strategi Pengembangan Sustainable Diving Tourism dan Target RI sebagai Surganya Penyelam Dunia pada 2020" yang digelar Forum Dialog Pariwisata (FDP) dan portal berita wisata bisniswisata.co bekerjasama dengan Kemenparekraf di Jakarta, Rabu (26/3) mengatakan pemerintah dalam hal ini Kemenparekraf terus berupaya mengatasi semua kendala, salah satunya lewat lomba foto bawah laut Indonesia World Underwater Photo Contest (IWUPC) 2013 lalu.
Di lomba IWUPC yang berhadiah total miliaran itu, Kemenparekraf bukan hanya mendata tapi juga meratifikasi dive center yang sudah ada, apakah telah memenuhi persyaratan sesuai standar operasional yang berlaku di dunia internasional atau belum.
Dive center yang berhasil didata melalui IWUPC sebanyak 178 dive center yang tersebar di berbagai daerah.
Praktisi selam Indonesia, Cipto Aji Gunawan mengamini adanya dive center illegal yang beroperasi di Indonesia. Menurutnya, selain belum memiliki sumber daya manusia (SDM) yang memadai, sejumlah dive center tersebut belum mengantongi izin dari pemerintah daerah di wilayah selam yang mereka promosikan untuk menjaring wisman.
Problema ini mencuat lantaran pemerintah daerah belum menyiapkan perangkat hukum sehingga ketika investor datang, banyak yang tidak siap dan akhirnya muncul usaha illegal.
Pemerintah juga belum memiliki data berapa devisa yang diperoleh dari menyelam. Namun lama tinggal wisman di dive center saja minimal satu minggu dengan pengeluaran rata-rata per hari US$ 130 belum termasuk transportasi, akomodasi, rekreasi ke obyek lain, belanja keperluan pribadi, cindera mata dan berwisata kuliner.
Upaya mengembangkan sustainable and responsible diving tourism di Indonesia juga masih terhambat oleh prilaku buruk nelayan yang masih mencari ikan dengan cara mengebom hingga merusak terumbu karang, selain kelebihan memancing (over fishing). Prilaku tak bersahabat itu mengakibatkan sejumlah titik selam di bagian Indonesia Timur dan Indonesia Barat, terumbu karangnya rusak parah.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Ivan & adji
Captions:
1. Wisata selam Indonesia diminati penyelam dalam dan luar negeri.
2. Diskusi "Strategi Pengembangan Sustainable Diving Tourism dan Target RI sebagai Surganya Penyelam Dunia pada 2020" yang digelar Forum Dialog Pariwisata (FDP) dan portal berita wisata bisniswisata.co bekerjasama dengan Kemenparekraf di Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar