Empat Alasan Danau Singkarak Tambah Marak Saat Lebaran
Setiap lebaran Idul Fitri, perantau asal Minang kembali ke kampungnya, termasuk ke kampung-kampung di sekitar Danau Singkarak. Di pastikan danau terluas ke-2 setelah Danau Toba ini bakal dipenuhi pengunjung lebaran ini sebagaimana lebaran tahun-tahun sebelumnya. Pengunjungnya juga datang dari berbagai kota di Sumatera Barat (Sumbar) seperti Padang, Bukittinggi, dan Sawahlunto, bahkan dari luar Sumbar.
Banyak penyebab mengapa danau yang merupakan hulu dari Sungai Ombilin dan Sungai Anai dengan aliran air sepanjang 1.076 kilometer dan curah hujannya 82 hingga 252 melimeter per bulan ini diminati pengunjung.
Pertama, jelas karena keindahan alamnya yang menawan ditambah dengan kesejukan udaranya, dan air yang masih jernih.
Di sepanjang tepiannya dihijaukan oleh deretan pepohonan yang menjadi pembatas antara daratan dan air. Di beberapa bagiannya ada areal persawahan dan juga pantai berpasir halus yang membentang di bibir danau yang menghadirkan panorama berbeda. Di belakangnya ada rangkaian Bukit Barisan yang kebiruan. Tak ketinggalan Gunung Singgalang dan Marapi yang setia menjaga menjaga kemolekan danau ini.
Kedua, banyak aktivitas menarik yang dapat dilihat dan dilakukan oleh pengunjung. Di danau yang ber ada di ketinggian 363,5 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini pengunjung bisa bersantai di tepiannya, menggelar tikar sambil duduk dan makan bersama. Selain itu bisa berenang, mandi, dan menyewa perahu yang biasa disebut becak danau untuk berkeliling danau dengan harga terjangkau.
Bagi yang hobi mancing, pengunjung dapat memancing sepuasnya. Danau yang luas permukaan airnya mencapai 11.200 hektar dengan panjang maksimum 20 kilometer dan lebar 6,5 kilometer dan kedalaman 268 meter ini menjadi rumah bagi sejumlah ikan air tawar.
Berdasarkan penelitian para ahli, terungkap ada 19 spesies ikan air tawar yang hidup di danau ini. Namun sayang, ketersediaan bahan makanannya terbatas.
Dari 19 spesies itu, tiga spesies di antaranya memiliki populasi kepadatan tinggi adalah ikan Bilih atau Biko (Mystacoleusus padangensis Blkr), Asang atau Nilem (Osteochilus brachmoides), dan ikan Rinuak.
Konon dulu pernah ada pemancing yang berhasil menangkap salah satu sepesie ikan itu seberat hingga 8 Kg.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan pengunjung adalah olah raga dayung. Lomba Dayung kerap diselenggarakan pemerintah daerah setempat untuk mempromosikan tempat wisata danau Singkarak.
Danau Singkarak juga digunakan sebagai tempat wisata olahraga (sport tourism). Di daratannya untuk jogging dan senam. Di perairannya untuk olahraga berenang, fishing, dayung dan olahraga udara seperti terjun bebas, parasailing, dan paralayang.
Ketiga, menikmati kuliner dan membeli ikan bilih buat oleh-oleh. Di beberapa lokasi di tepian danaunya banyak kios yang menjual ikan bilih yang masih mentah. Sementara di beberapa rumah makannya menjual ikan bilih yang sudah dimasak. Ada yang digoreng dengan sambal balado dan lainnya.
Sejak 6 tahun lalu ini, ikan bilih berhasil dibudidayakan di Danau Toba, Sumatera Utara. Masyarakat di sana menamakannya ikan Pora-pora yang sebenarnya berasal dari Singkarak.
Ke empat, menginap di tepian danau. Di danau yang tenaga airnya digunakan sebagai penggerak generator PLTA Singkarak yang berada di dekat Lubuk Alung ini terdapat sejumlah penginapan berupa hotel dan wisma yang ada di beberapa titik, salah satunya tempat peristirahatan Biteh Kacang.
Bupati Solok Syamsu Rahim mengatakan jumlah kamar di sekitar Danau Singkarak masih kurang. Di daerah ini hanya baru ada dua hotel kelas melati.
Pada Tour de Singkarak (TdS) 2012 lalu Danau Singkarak menjadi titik finish untuk etape ke-5. Di etape ke-5 ini, rutenya adalah Padang Panjang ke Singkarak, melalui Ombilin, Singkarak, Solok, Danau Bawah, Danau Atas, Kayu Aro, Lubuk Selas kembali ke Solok, dan berakhir di Danau Singkarak. Padahal biasanya menjadi titik finis dari etape terakhir. Salah satu penyebabnya masih terbatasnya penginapan dan infrastruktur lainnya.
Syamsu Rahim berharap tahun depan, danau ini bisa menjadi start TdS dengan mempersiapkan infrastruktur bekerjasama dengan Kota Solok. Selain menambah dua dermaga baru untuk perahu pesiar keliling Danau Singkarak, rencananya akan ada pelebaran jalan sekeliling danau bekerjasama Batusangkar mengingat juga masuk wilayah administratif Batusangkar.
Pengunjung Danau Singkarak tambah marak saat liburan lebaran. Terkadang sampai susah mencari tempat menggelar tikar di titik-titik pilihan. Bahkan mencari penginapan pun rada sulit.
Mudah menjangkau danau ini lewat jalur darat. Perjalanan bisa ditempuh menggunakan kendaraan umum ataupun pribadi dalam waktu 2,5 jam dari Bandara Minangkabau, Padang. Kalau dengan angkutan umum dari Kota Padang ongkosnya sekitar Rp 25.000 sampai Rp 30.000.
Bila ingin menggunakan jasa mobil sewaan Rp 500.000 per hari. Pilihan lain naik kereta dari Padangpanjang yang melewati danau ini. Kalau dari Bukittinggi hanya sekitar 36 Km.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar