Sawahlunto Bertransformasi dari Kota Tambang menjadi Kota Wisata
Saat deposit batu bara di Sawahlunto melimpah, dia menjadi primadona. Kini masa jayanya habis, pariwisatalah yang mengantikannya. Untungnya pemerintah dan warga setempat cepat sadar bahwa tambang tak bisa selamanya jadi tumpuan. Pariwisatalah yang menjadi harapan kini dan nanti. Obyek wisata apa saja yang menjadi andalan Sawahlunto hingga dipercaya menjadi venue pembukaan Tour de Singkarak (TdS) 2012 sekaligus lokasi start-nya?
Dulu Sawahlunto merupakan kota tambang satu-satunya di Sumatera Barat dengan hadirnya pertambangan batu bara yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1892. Setelah ditemukan batu bara di Sawahlunto pada pertengahan abad ke-19 oleh Ir. de Greve, dia kemudian mengajukan kepada pemerintah Belanda untuk menambang batu bara di daerah ini untuk pasokan industri dan transportasi saat itu. Sejak itu para arkeolog berdatang ke daerah ini dan Belanda akhirnya mengusai daerah ini pada 1876.
Setelah Indonesia merdeka, pertambangan dikelola negara dengan nama PT. Tambang Batubara Ombilin (TBO). TBO kemudian dilikuidasi menjadi anak dari PTBA (Bukit Asam) yang terdapat di Sumatra Selatan.
Dan sejak reformasi bergulir, tambang rakyat pun marak di daerah ini. Rakyat merasa berhak pula untuk melakukan pertambangan.
Kini setelah cadangan batubara kian menyusut, masyarakat dan pemerintah mencari alternatif untuk mendapatkan pendapatan di luar tambang. Akhirnya walikota Sawahlunto Ir. Amran Nur mengambil langkah jitu dengan membangun sektor pariwisata sebagai solusi yang tepat.
Bekas lubang dan galian tambang pun disulap menjadi obyek wisata. Begitupun dengan bangunan tua dan bersejarah peninggalan Belanda. Ditambah dengan pembangunan obyek wisata buatan baru. Kini Kota Sawahlunto benar-benar menjadikan pariwisata sebagai andalannya.
Sekurangnya ada 10 obyek wisata yang ada di kota ini yakni: Water Boom, Danau Kandi, Taman Safari Mini, Pacuan Kuda, Lubang Suro dan Gedung Info Box, Kereta Api Wisata Mak Itam dengan Lubang Kalam 800 meter, Gudang Ransum, Bangunan Tua dan Bersejarah serta Meseum Kereta Api.
Lubang Suro merupakan lubang tambang baru bara pertama di Sawahlunto pada 1898. Lubang ini dibuka para buruh paksa (orang rantai) yang dikomandoi Mbah Soero, seorang mandor pekerja tambang yang disegani oleh Pemerintah Belanda dan namanya diabadikan untuk lubang tambang bersejarah ini.
Panjang lubang ini mencapai ratusan dengan dua pintu angin. Pada tahun 1932 lubang ini ditutup dengan alasan tingginya rembasan air. Pada 2007 lubang ini dibuka kembali oleh Pemkot Sawahlunto dengan tujuan sebagai obyek wisata dengan nama Lubang Suro. Buat yang suka petualangan dan ingin mempelajari cara menambang di sinilah tempatnya.
Info Box merupakan gedung pusat informasi sejarah tambang batu bara Sawahlunto yang masih satu wilayah dengan wisata Lubang Tambang Mbah Soero. Dulunya gedung ini adalah tempat stock field (penumpukan batu bara) yang digali dari Lubang Tambang Mbah Soero. Sekarang gedung ini berisi foto-foto sejarah pertambangan batu bara yang sangat lengkap dan alat-alat pertambangan antik.
Bangunan Tua dan Bersejarah di kota Sawahlunto cukup banyak di antaranya Hotel Heritage Ombilan. Pada tahun 1945-1949 gedung ini beralih fungsi menjadi asrama tentara Belanda dan tahun 1970an sempat menjadi kantor polisi militer Kota Sawahlunto. Sekarang gedung ini kembali menjadi hotel untuk wisatawan yang berkunjung ke Sawahlunto. Arsitekturnya tetap seperti dulu kala bergaya Belanda.
Gedung Kantor PT Ombilin yang dibangun tahun 1916 dengan nama "Ombilin Meinen". Sampai saat ini berfungsi sebagai kantor pertambangan. Letaknya di Jl. M. Yamin, Kelurahan Pasar.
Selain itu Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto yang berisi Sejarah dari Kebudayaan yang ada di kota Sawah Lunto. Bangunan yang berdiri tahun 1910 ini dulu bernama "gluck auf" sebagai gedung pertemuan (societeit) atau tempat pejabat kolonial berkumpul, minum, berdansa, dan menyanyi. Bangunan ini juga pernah menjadi Rumah Bola yang dipergunakan sebagai tempat bermain Bowling. Berlokasi di Jl. A. Yani No. 49.
Bangunan Tua di Kawasan Saringan yang didirikan tahun 1900 juga menarik dikunjungi. Di kawasan ini batubara diproses sebelum dibawa ke Teluk Bayur dengan menggunakan gerbong kereta api.
Gedung Pegadaian yang dibangun tahun 1917 erupakan salah satu bangunan tua yang berada di lingkungan pusat perdagangan.
Rumah Fak Sin Kek memiliki unsur ornamen yang dipengaruhi motif-motif Cina. Gedung ini milik pribadi kebangsaan Cina yang bernama Fak Sin Kek yang dibangun tahun 1906. Lokasinya di Jalan M. Yamin, Kelurahan Pasar, Kota Sawahlunto.
Sekolah Santa Lusia, bangunan gedung SD Kristen ini didirikan pada tahun 1920. Dulunya sekolah untuk anak-anak Belanda. Sempat diserhakan kepada misi Gereja Katolik dan selanjutnya diserahkan kepada Yayasan Prayoga Padang sampai sekarang dan sekarang menjadi SD Kristen. Letaknya di ]l. YOS Sudarso, Sawahlunto.
Masjid Agung Nurul Islam, dulunya merupakan sentral listrik PLTU yang dibangun tahun 1894. Di bawah bangunan ini terdapat bungker yang dipergunakan para pejuang kemerdekaan sebagai gudang senjata. Pada tahun 1930 bangunan ini dijadikan masjid.
Di kota ini juga ada Makam Prof.MR.H Muhammad Yamin merupakan salah seorang putra terbaik bangsa Indonesia yang dilahirkan dan dimakamkan di Talawi, Kota Sawahlunto.
Museum Ransoem atau disebut juga Gudang Ransoem dulunya berfungsi sebagai dapur umum tempat memasak makanan bagi pekerja tambang yang jumlahnya ribuan. Di sinilah dulunya tempat ibu-ibu memasak kayak dapur umum.
Kini gedung ini menjadi museum yang mengoleksi alat-alat memasak antik seperti wajan dam tempat menanak nasi berukuran raksasa, tungku raksasa yang dibuat tahun 1894, dan lainnya. Selain itu ada perlengkapan kerja orang rantai atau buruh paksa di tambang batu bara masa penjajahan Belanda di kota ini.
Museum Kereta Api Sawahlunto merupakan museum kereta api kedua setelah Museum Kereta Api Ambarawa. Museum ini mengoleksi bermacam bentuk kereta api dari zaman Belanda baik foto, maket maupun kereta aslinya. Selian itu ada peralatan lokomotif tua, lampu-lampu antik yang digunakan para pekerja pembangunan terowongan kereta api, dan foto-foto bersejarah. Kereta-kereta api yang dikoleksi itu dulunya menjadi alat transportasi pengangkut batu bara di Sawahlunto.
Mak Itam julukan buat kereta api lokomotif antik peninggalan Belanda berbahan bakar batu bara yang kini berfungsi sebagai kereta api wisata di Sawahlunto. Mak Itam beroperasi setiap hari Minggu, dengan rute Sawahlunto-Muarakalaban-Sawahlunto dengan waktu tempuh sekitar 1 jam pulang pergi. Tarifya Rp 50.000 per orang.
Kereta ini akan memasuki Lubang Kalam yakni terowongan sejauh 800 meter yang membelah bukit. Terowongan ini dikerjakan oleh orang-orang hukuman yang dipekerjakan secara paksa pada masa pemerintahan Belanda pada Oktober 1892 hingga Januari 1894.
Kereta api ini berangkat dari Padang Panjang pukul 8.30, melewati pinggiran Danau Singkarak yang berpanorama indah dan beraihir di kota Sawahlunto. Lalu kembali berangkat menuju Padang Panjang dari Sawahlunto pada pukul 14.30. Mak Itam sempat ‘merantau’ ke museum kereta api Ambarawa dan sekitar tahun 2003 kembali mudik ke Sawahlunto.
Wisata Buatan
Pemkot Sawahlunto juga membangun sejumlah obyek wisata buatan untuk menjaring wisatawan ke kotanya. Misalnya Water Boom Sawahlunto yang merupakan satu-satunya water boom yang ada di Sumbar. Letaknya di Muara Kalaban, sekitar 6 Km dan pusat Kota Sawahlunto. Di sini pengunjung dapat ber-flying fox, berenang, dan berseluncur.
Danau Kandih yang dulunya bekas galian tambang batubara disulap menajdi obyek wisara air yang dilengkapi berbagai pemaianan air seperti banana boat, canoe, perahu karet, dan bebek kayuh. Masih ada dua danau lagi yang juga bekas galian batu bara yakni Danau Tanah Hitam dan Danau Tandikek.
Taman Safari Mini merupakan kebun binatang seluas 40 hektare yang ada di Sawahlunto. Di sini pengunjung juga bisa menunggang gajah keliling lokasi.
Sawahlunto juga memiliki Lapangan Pacuan Kuda Bukit Kandih yang setiap tahunnya menjadi venue lomba pacuan kuda. Lapangan pacuan kuda seluas 39.69 hektare inimemiliki track pacuan kuda sepanjang 1.400 meter dengan lebar 20 meter dan dapat menampung sekitar 30.000 penonton.
Kota ini juga memiliki arena road race seluas 10 hektare dengan track lintasan beraspal hotmix sepanjang 1,2 km dan telah berstandar nasional.
Kota Sawahlunto hanya berjarak 95 Km dari Kota Padang. Waktu tempuhnya tak lebih dari 2 jam dengan kendaraan roda empat. Dengan sejumlah obyek wisata tambang dan bangunan bersejarahnya serta wisata buatannya, kota ini pantas Anda jelajahi usai menyaksikan pembukaan TdS 2012.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar