. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 29 Mei 2012

Benarkah Pertambangan Musuh Pariwisata?



Sejumlah LSM lingkungan menggelar aksi Hari Anti Tambang sedunia yang jatuh hari ini 29 Mei di Jakarta dan berbagai daerah. Terkait itu, sebelumnya pakar manajemen dan pemasaran Profesor Rhenald Kasali pernah mengatakan tambang itu musuh pariwisata. Sementara Bupati Sumbawa, NTB Drs. Jamaluddin Malik tidak suka pertambangan ada di wilayahnya karena multiplier efeknya kecil. Dan Bupati Manggarai Barat, NTT Agustinus Ch Dula menolak tegas 10 izin pertambangan untuk menyelamatkan Pulau Komodo.

Sejumlah jaringan Koalisi Advokasi Tambang (KATAM) Aceh, hari ini menuntut moratorium tambang harus dilakukan di Aceh guna menjamin keselamatan dan kemakmuran serta keamanan rakyat. Aksi dilakukan dalam menyambut Hari Anti Tambang (HATAM) Sedunia tanggal 29 Mei 2012 di Simpang Lima, Banda Aceh pagi tadi.

Di Jakarta, Jambi, Bangka, Belitung, Palembang, Bengkulu, Mandailing Natal, Bandar Lampung, Sidoarjo, Samarinda, Kalimantan Tengah, Pulau Obi, dan Gorontalo turun ke jalan menggelar aksi dan teatrikal. Di Kalimantan Selatan terjadi aksi menaiki tongkang untuk membentangkan spanduk HANTAM. Di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan menggelar mimbar bebas selain aksi. Di Sumba, warga menduduki lokasi pengeboran perusahaan. Di Sorong ada dialog terbuka, dan di Yogyakarta aksinya dengan mengajak publik menyampaikan solidaritasnya dengan papan tulis.

HATAM adalah mandat dari hasil pertemuan Nasional JATAM (Jaringan Advokasi Tambang) 2010. HATAM diperingati setiap tanggal 29 Mei. Bulan Mei merupakan bulan perlawanan terhadap industri tambang. Tanggal 29 Mei 2006 terjadi tragedi besar yakni lumpur LAPINDO menyembur pertama kali dan tak akan terlupakan.

Sebelumnya Rhenald Kasali menyampaikan tambang itu musuh pariwisata di Bali setahun lalu. Menurutnya Bali selama ini dikenal di seluruh dunia akan sarana alam dan buatan pariwisatanya yang berlimpah. “Inilah yang harus terus dikelola. Sebaiknya industri lain terutama pertambangan, dikesampingkan,” ungkapnya.

Bali, lanjutnya harus fokus saja pada pariwisata. “Tambang tak boleh masuk ke Bali. Karena dia akan merusak sistem ekonomi” tegasnya seraya menhimbau pemerintahan lokal Bali untuk bersikap tegas dalam menata sektor pariwisatanya dan pandai dalam menata infrastruktur Bali sehingga tidak merusak tatanan budaya lokal.

Sementara Jamaluddin Malik merasa keberadaan pertambangan di Sumbawa tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi lokal.

"Saya tidak suka industri tambang karena multiplier efek amat kecil,” aku JM sapaan akrabnya dalam panel diskusi promosi wisata dan investasi di Jakarta (22/03/2012)

Kendati industri tambang sudah beroperasi lebih dari sepuluh tahun di Sumbawa Barat namun kontibusi yang didapatkan oleh Sumbawa Barat sangat minim.

"Saat ini PT Newmont Nusatenggara (PTNNT) sedang melakukan eksplorasi di Sumbawa, dan minta kepada PTNNT untuk mulai berpartisipasi membantu ekonomi masyarakat dengan program CSR-nya,” uungkapnya.

Keberadaan PTNNT tidak bisa ditolak begitu saja karena kontrak karyanya dilakukan dengan pemerintah pusat. "Kita juga harus taat dengan kebijakan pusat," tegasnya seraya menegaskan bahwa penolakan tersebut merupakan pandangan pribadinya.

JM berharap Sumbawa harus mengenjot pendapatannya dari pengembangan industri pariwisata dan investasi pertanian agar kelak tidak lagi berharap dari pertambangan.

Demi Komodo, Agustinus Ch Dula menolak tegas 10 izin pertambangan yang diterima bupati pendahulunya. Dia menyuarakan hak veto rakyat itu untuk menyelamatkan Pulau Komodo dan potensi alam lainnya yang terancam jika eksploitasi tambang emas di Batu Gosok dilakukan. Padahal semua tempat itu diperuntukan pengembangan pariwisata.

Agustinus mengatakan dia dan warganya bukan menolak UU Pertambangan. Tetapi ketika lingkungan terancam, maka perlu ditolak tegasnya.

Cemarkan Kawasan Wisata
Di satu sisi pertambangan mendatangan pendapatan, tapi disisi lain merugikan lingkungan. Tercatat sudah beberapa kasus perusakan lingkungan akibat pertambangan. Dulu perairan Teluk Buyat, Minahasa tercemar.

JATAM dalam Deklarasi Cisaruai 6 mei 2011 mencatat PT Freeport/Rio Tinto dibiarkan melanggar standar-standar nasional dan internasional untuk mengeruk emas dengan mewariskan limbah tailing terbanyak di dunia.

Laut Sumba senasib serupa, rusak akibat pembuangan tailing ke laut (submarine tailing disposal) oleh PT Newmont. Bumi Bangka dan Belitung kini meninggalkan 1000 lubang-lubang Timah. Kalau dilihat dari atas, nampak sekali lubang-luabng itu.

Kawasan Pulau Sulawesi dan Maluku Utara terancam tambang nikel oleh PT Vale inco dan Antam. Pulau Flores, Timor dan pulau-pulau lainnya tercemar akibat pertambangan Mangan. Kawasan pesisir Jawa, Sumatera, dan Flores juga rusak akibat pertambangan besi.

Berdasrkan pantauan penulis. Di Sumedang, tepatnya di kaki Gunung Tampomas, alamnya kian rusak oleh pertambangan penggalian pasir. Begitu juga di kaki Gunung Batur di Kintamani, Bali, dan Gunung Guntur di Garut, Jawa Barat. Tiap hari puluhan truk besar hilir-mudik mengangkut pasir dari ketiga kaki gunung tersebut. Selain menggangu pemandangan dan terjadi pencemaran udara serta air, sejumlah pendaki dan wisatawan pun mengeluh karena aktivitas mereka terganggu.

Jika sudah begitu jelas sudah pertambangan itu musuh pariwisata seperti ditegaskan Rhenald Kasali. Bagaimana menurut Anda?

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Dedy Rancoek

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP