. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 27 Mei 2012

Memandangi Singapura dan Malaysia dari Puncak Gunung Bintan



Bintan yang tersohor dengan sejumlah resort mewah menghadap laut dan lapangan golf berkelas dunia, ternyata memiliki gunung yang cukup diminati turis asing. Kendati hanya berketinggian tak lebih dari 400 meter di atas permukaan laut (mdpl), gunung ini diselimuti hutan lebat di antaranya bermacam pohon buah warisan Kerajaan Bintan ratusan tahun lalu. Kelebihan lainnya, dari puncaknya bukan hanya dapat melihat pulau-pulau kecil yang bersemayam di perairan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), pun daratan negara tetangga Singapura dan Malaysia.

Usai mengabdikan jalannya pelaksanaan Bintan Triathlon 2012 yang digelar Pemkab Bintan bekerjasama dengan MetaSport dan didukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di Nirwana Gardens, Lagoi, Bintan, saya meluangkan waktu mendaki Gunung Bintan. Kenapa? Karena inilah gunung tertinggi yang ada di pulau terbesar di Kepri ini.

Sebelum berangkat, seperti biasa saya mengumpulkan data mengenai gunung ini. Ternyata belum banyak penulis yang mengupas gunung ini. Sewatku di Tanjung Pinang, Ibukota Kepri saya sempat bertanya perihal gunung ini dengan sejumlah orang termasuk sopir rental yang pernah mengantar wisatawan ke gunung tersebut.

Data yang cukup mengejutkan, ternyata gunung inipun diminati sejumlah wisman. Jelas ini informasi menarik, sebab biasanya wisman mengunjungi sebuah obyek pasti ada sesuatu yang menarik atau khas dibanding obyek lain, sekalipun obyek tersebut sulit dijangkau. Informasi menarik lainya, setiap bulan Juli ada Pesta Durian yang digelar di gunung ini, bertepatan dengan musim panen durian.

Minggu pagi, setelah mengantar beberapa staff subdit wilayah Sumatera, Ditjen Promosi Pariwisata Dalam Negeri, Kemenparekraf yang bertugas mengawasi kegiatan Bintan Triathlon 2012 ke pelabuahan ferry di Lagoi, saya segera meluncur ke Gunung Bintan dengan menyewa mobil rental.

Untunglah Erwin Silaban, sopir mobil rental tersebut mengetahui lokasi gunung tersebut. Tak sampai 1 jam, saya sampai di gerbang merangkap loket pendakian ke Gunung Bintan yang berada di Kampung Bintan Berkapur, Desa Bintan Buyu, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan.

Mendung yang sedari pagi menutupi langit Lagoi, ternyata tak berbeda dengan langit di daerah kaki gunung ini. Bahkan setibanya di sana hujan menyambut kami. Sehari sebelumnya saya sudah berencana mendaki gunung ini tapi karena hujan terus, saya undur keesokannya dengan harapan cuaca bersahabat. Ternyata tidak.

Di gerbang masuk yang bercat kuning, ada Nina, perempuan muda berjilbab yang baru lulus SMP menjaga loket. Di samping kiri gerbang, ada musholah dengan dinding bercat kuning, sehingga begitu mencolok.

Kata Nina, harga tiket masuk baik ke Air Terjun Gunung Bintan maupun treking ke puncak Gunung Bintan Rp 5.000 per orang. Tapi kalau untuk turis Rp 10.000. “Kalau pemandu lokal ke puncak gunung Rp 70.000 untuk wisnus tapi kalau wisman S$20 atau sekitar Rp 120.000,” jelasnya.

Tak lama kemudian datang Abdul Rahim (62), ketua pengurus wisata Gunung Bintan. Ayah 6 anak ini menjelaskan kalau pemdandu lokal Gunung Bintan semula ada 4 orang tapi sekarang tinggal 3 orang karena satu orang baru saja meninggal dunia.

Sambil menunggu hujan reda, saya mengumpulkan banyak data darinya. Dia mengatakan di gunung ini ada makam Datuk Bintan, seorang tokoh masyarakat Bintan. Beberapa pengunjung kadang datang ke gunung ini untuk berziarah ke makam tersebut.

Di gunung ini katanya juga ada Goa Batu yang dapat ditelusuri sejauh 8 meter. “Sebenarnya goanya panjang tapi sampai di kedalaman 8 meter menyempit dan susah dimasuki lagi. Karena itu dilarang untuk menyusuri lebih jauh karena dikhawatirkan atap goanya runtuh,” jelasnya.

Rahim juga menjelaskan asal usul acara Bintan Mountain Tracking and Durian Party atau Pesta Durian di gunung ini. Menurutnya ide Pesta Durian itu berasal dari Bupati Bintan yang kemudian direalisasikan Disbudparkab Bintan setelah berkunjung ke daerah ini yang banyak tumbuhi pohon durian dari perkebunan penduduk, kaki gunung hingga pertengahan lereng gunung. “Pohon-pohon durian itu sudah ada sejak jaman Kerajaan Bintan dulu, ada yang berumur ratusan tahun,” terang Rahim.

Hujan sedikit reda. Saya pun memutuskan untuk bergerak mendaki Gunung Bintan. Berdasarkan infomasi yang saya dapat, tak butuh 3 jam untuk mencapai puncaknya, saya pun memutuskan membawa barang seperlunya dan tidak bermalam. Yang pasti kamera, raincoat, payung, air mineral, dan makanan kecil.

Jalur pendakian berawal dari gerbang tadi. Setapaknya berupa susunan bata berundak sepanjang sekitar 250 meter sampai di kaki Air Terjun Gunung Bintan. Di pinggir setapak juga ada pembatas besi sebagai tempat pegangan pengunjung saat berjalan naik maupun turun.

Di lokasi dekat air terjun setinggi sekitar 7 meter itu, ada beberapa rumah panggung berbentuk saung sebagai tempat istirahat pengunjung. Di bawah air terjun ada kolam kecil untuk mandi.

Pengunjung dilarang mandi di bawah air terjun langsung. Kolam alami air terjun di pagari besi. Pengunjung hanya diperbolehkan mandi di kolam buatan di bawahnya.

Dari air terjun, saya teruskan menapaki setapak alami. Ini baru jalur alami yang sebenarnya. Hujan setia menemani pendakian saya. Tak lama kemudian saya tiba di mulut Goa Batu. Tak ada satupun orang yang saya jumpai. Saya langsung melanjutkan perjalanan.

Ada beberapa stop atau pos peristirahatan yang saya temukan. Jalur terberat yang saya temui, saat menapaki jalur menuju puncak. Untunglah sudah disediakan tali untuk membantu meniti dan juga menuruni jalur yang cukup terjal itu, terlebih hujan jadi semakin licin.

Mendaki sambil membawa payung untuk melindungi tas kamera meskipun sudah memakai raincoat cukup merepotkan. Tapi saya pantang menyerah.

Di beberapa tempat, saya jumpai beberapa monyet yang berkeliaran di pepohonan. Untungnya mereka tidak usil. Saya juga menjumpai tupai, pelanduk, ular, `Bintan Mountain Tracking and Durian Partydan berbagai jenis burung.

Akhirnya 2 jam kemudian saya tiba di puncak Gunung Bintan. Di puncaknya ada tugu triangulasi kecil yang menandai bahwa lokasi tersbut meruapakan puncak.

Suasana sekeliling puncaknya tertutup pepohonan lebat. Untuk melihat pemandangan di bawahnya, saya memantai dari celah di antara rerimbunan yang menghadap ke teluk bintan. Dari situ, saya melihat samar-samar kantor walikota Tanjung Pinang yang megah. Sedangkan dari arah lawannnya, terlihat daratan Singapura dan Malaysia.

Hujan masih terus mengguyur. Rasanya percuma saya membawa kamera DSLR, dengan kamera poketpun sulit mengabadikan suasana di puncak.

Tiga Jawaban
Akhirnya saya temukan jawaban kenapa turis asing cukup banyak yang tertarik mendaki gunung ini. Bahkan saban liburan, rombongan pelajar dari Singapura kerap mendaki gunung ini. Maklum letak Singapura ke Bintan cukup dekat. Dan mereka pun tak perlu bermalam mendaki gunung ini.

Jawaban pertama, karena hutannya terpelihara dengan baik. Hutan di gunung ini berperan penting sebagai daya tarik kunjungan wisata dan area resapan air (catchment area). Selain durian, masih banyak aneka pohon buah lain seperti manggis, duku, langsat, rambutan, nangka, dan pete serta beraneka jenis pohon hutan liar. Kedua, di puncaknya bisa melihat pemandangan ke laut lepas termasuk melihat Singapura dan Malaysia dengan catatan cuacanya cerah. Dan ketiga, waktu tempuhnya tidak terlalu lama, bisa naik turun seharian.

Tapi banyak juga pendaki lokal yang bermalam di gunung ini. Di Stop 6 ada lahan yang diperuntukkan untuk kemping. Di sini ada sungai kecil yang tak pernah kering sepanjang tahun. Aliran sungai inilah yang kemudian jadi air terjun di kaki gunung yang tadi saya lewati.

Paket mendaki Gunung Bintan juga dijual sejumkah resort mewah yang ada di Lagoi. Di Nirwana Gardens misalnya, paket ini dijual S$45 minimal 2 orang untuk orang dewasa atau sekitar Rp 600ribu dengan durasi selam 4 jam. Sedangkan untuk pelajar/anak-anak S$35. “Kalau hujan, tidak diijinkan mendaki karena jlurnya amat licin. Namun tetap dikenakan harga tersebut,” kata Rosa, bagian informasi dan penjualan paket di Nirwana Gardens.

Bagi pendaki berkantung pas-pas-an, pilihan terbaik. Sebaiknya melakukan pendakian mandiri. Dengan menyewa rental mobil dari Tanjung Pinang ke desa terakhir di kaki Gunung Bintan. Jaraknya sekitar 55 km dari Kota Tanjung Pinang, Ibukota Provinsi Kepri. Kalau Anda ada dana bisa menggunakan pemandu lokal.

Sebenarnya tidak masalah mendaki gunung ini tanpa pemandu karena jalurnya cukup jelas dan tidak banyak jalan bercabang. Tapi sebaiknya mematuhi aturan setempat yang mengharuskan pendakian ditemani pemandu lokal. Kecuali Anda datang dengan teman yang sudah mengetahui jalur pendakiannya hingga puncak, itu masih bisa ditolerir.

Waktu terbaik mendaki, tentu saja akhir bulan Juli, selain sudah memasuki musim panas, pun bertempatan dengan panen durian di daerah tersebut dengan menggelar Pesta Durian. Apalagi dalam acara ini ada lomba trekking sampai puncak, kemudian diakhiri dengan makan durian bersama di lapangan sepak bola, tak jauh dari kampung di kaki gunung ini.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP