Gara-Gara Sukhoi Jatuh, Gunung Salak Tambah Sexy
Gunung Salak bukan termasuk gunung berpuncak indah, karenanya kurang diminati para pendaki. Di Jawa Barat, namanya kalah tenar dibanding Gunung Gede, Papandayan, dan Gunung Cereme. Namun sepekan ini, sejak diketahui menjadi lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100, namanya kontan mendunia, mengalahkan kepopuleran gunung-gunung pujaan para pendaki di Indonesia lainnya. Gunung Salak tiba-tiba begitu sexy.
Tanpa peristiwa naas jatuhnya pesawat buatan Rusia yang merenggut nyawa 45 orang ini, sebenarnya Gunung Salak sudah sexy.
Ke-sexy-annya bukan karena jadi pembicaraan dunia terkait musibah itu melainkan pesona dan karakter alamnya yang beda dengan gunung lain. Gunung berkontur pegunungan ini memiliki hutan rimba lebat dan asri.
Gunung berapi yang memiliki 3 puncak ini, yakni puncak Salak I setinggi 2.211 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan Puncak Salak II 2.180 mdpl, dan Puncak Sumbul dengan ketinggian 1.926 mdpl ini dilengkapi dengan kawah besar yang justru menjadi daya tarik utamanya. Namanya Kawah Ratu.
Kawah Ratu Gunung Salak ini berada di ketinggian 1.338 mdpl. Kawah seluas sekitar 30 hektar ini sepanjang hari kepundannya selalu mendidih dan mengeluarkan gas asam sulfida (H2S) dengan bau menyengat. Kadang dari lubang kawah utamanya mengeluarkan suara gemuruh akibat semburan uap air panas yang membentuk kabut.
Di kawah ini ada dua air sungai berair panas yang sudah bercampur belerang dan sungai berair dingin yang kemudian menyatu. Pengunjung kerap memanfaatkan air sungai itu untuk bilasan setelah luluran belerang. Air hangat dan belerang diyakini oleh pengunjung dan penduduk di kaki gunung, berkhasiat mengobati rematik dan penyakit kulit.
Di beberapa tempat bermunculan air panas dan lubang kawah kecil yang juga kerap dimanfaatkan pengunjung untuk merebus telur.
Intinya, fasilitas alam yang dimiliki Kawah Ratu dimanfaatkan sebagai sauna alam. Karenanya para pecinta alam dan pendaki gunung serta pengunjung lebih memilih ke Kawah ratu dibanding ke puncak-puncaknya.
Ada 3 jalur yang biasa dilalui pengunjung untuk sampai ke Kawah Ratu. Dua jalur dari Kabupaten Bogor yang terletak di sebelah Utara Gunung Salak, yakni Pasir Reungit dan Bumi Perkemahan Gunung Bunder. Jalur lainnya dari Bumi Perkemahan Cangkuang, Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Selatan Gunung Salak.
Waktu tempuh juga menjadi perhitungan lain. Untuk menuju ke Kawah Ratu, pengunjung hanya butuh 3-4 jam perjalanan, sedangkan untuk menuju ke puncak Gunung Salak I diperlukan waktu lebih kurang 8 jam. Di puncak Salak I ini terdapat makam Embah Gunung Salak yang kadang dikunjungi para pejiarah.
Karena termasuk gunung yang jarang didaki orang sampai puncaknya, tak heran jalur ke puncaknya rada tertutup. Dan jalurnya jadi relatif bersih dari sampah. Dan ini pun menjadi ke-sexy-an lain dari Gunung Salak dibanding gunung populer yang ramai pendakinya.
Sekurangnya ada 3 jalur pendakian menuju puncaknya. Pertama, jalur dari Wana Wisata Cangkuang Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Dari Cangkuang ini ada dua jalur yakni jalur lama yang menuju puncak Gunung Salak I dan jalur baru yang menuju Kawah Ratu.
Kedua, lewat Jalur Girijaya dan Jalur Kutajaya (Cimelati). Dan ketiga, jalur lewat Curug Nangka menuju Puncak Salak II. Maisng-masing jalur punya tingkat kesulitan tersendiri.
Selain kawah, Gunung Salak juga memiliki puluhan air terjun yang bersemayam di kakinya. Di Pasir Reungit misalnya ada Air Terjun Ngumpet, Pangeran, Cigamea, dan yang paling besar Curug Sewu atau Air Terjun Seribu. Di lokasi lain ada Curug Nangka yang menjadi obyek wisata perkemahan yang ramai tiap akhir pekan.
Kendati medan pendakiannya terbilang sulit, terlebih pada musim hujan di beberapa jalurnya amat becek dan berlumpur, namun ada keistimewaan lain. Pendaki tidak perlu bersusah payah membawa air minum untuk minum dan masak. Sumber air bersih di jalur pendakiannya melimpah-ruah, terlebih lewat jalur dari Pasir Reungit dan Cidahu.
Waktu pendakian terbaik memang disarankan saat musim kemarau. Namun cuaca Gunung Salak termasuk yang unik dan bercurah hujan tinggi sekalipun saat musim penghujan. Jadi kalau Anda mendakinya saat musim panas pun, siap-siap diguyur hujan deras dan merasakan sensasi seperti sedang perang Vietnam.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar