. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 28 April 2012

Didong Takengon Tak Lekang Zaman



Berkunjung ke Takengon jangan hanya mencumbui pesona Danau Laut Tawar-nya, nikmati juga kesenian khasnya berupa alunan syair berisi pesan sarat makna yang disebut Didong. Sampai kini, salah satu kesenian suku Gayo yang menetap di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Bener Meriah, dan juga Kabupaten Gayo Lues ini masih terus berdenyut. Mengapa?

Di atas panggung Festival Internasional Panen Raya Kopi di Redelong, Kabupaten Bener Meriah, Sabtu (28/4/2012), tubuh Teuku Aga (19) meliuk-liuk dalam beragam gaya.

Kadang dia seperti burung yang sedang terbang dengan mengenakan selembar kain kerawang berwarna dasar putih dengan aneka motif. Sesekali di merunduk dengan ekpresi sedih, merintih.

Pelajar yang baru lulus SMAN I Takengon ini tampil cukup ekspresif meskipun belum total penjiwaannya.

Yang memikat gaya menarinya beda sekali dengan tari Saman yakni tarian suku Gayo yang bermukim di Kabupaten Gayo Lues. Ataupun Tari Seudati yang menjadi tarian khas masyarakat etnis Aceh.

Tarian yang dibawakan Aga, begitu sapaannya punya daya pikat cukup kuat. “Ini namanya didong yang menyuarakan isi hati terdalam,” jelas Aga yang pernah tampil membawakan guru dindong di Graha Kesenian Jakarta (GKJ) pada 2011.

Setelah menari, Aga kemudian melantunkan pesan-pesan itu tentu dalam Bahasa Gayo. “Ini halusinasa sekaligus suara isi hati,” jelasnya seraya menjelaskan tarian itu disebut Guru Dindong.

Kata Aga, ada dua dindong di Gayo ini. Pertama dindong biasa yang biasa dibawakan dua orang penari. Satu lagi Guru Didong yang hanya boleh dibawakan oleh seorang lelaki.

Melihat gaya tariannya yang agak aneh namun memikat itu, Aga pun diminta kembalai bergaya di luar panggung untuk diabadikan oleh sejumlah fotografer peserta lomba rally foto bertema Culture Gayo Heritage yang diselengarakan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Banda Aceh.

Yang membuat didong di Takengon tetap berkibar meskipun diterja kesenian modern, karena hampir 75 persen desa yang ada di ibukota Kabupaten Aceh Tengah ini memiliki grup didong.

Grup-grup dindong ternama masih kerap ditanggap untuk berbagai kebutuhan, seperti pesta perkawinan, perlombaan, peresmian kantor, pentas seni budaya, dan lainnya.

Faktor lainnya, senimannya lebih kreatif sehingga muncul ide-ide baru salah satunya guru didong sebagaimana yang dibawakan Aga. Penambahan hal-hal baru itu membuat dindong di Takengon juga di Redelong terus berkembang, tidak monoton dan disukai anak muda.

Didong dimainkan oleh sejumlah pemain dengan menggunakan beberapa ceh didong atau pelantun lagu dengan mengandalkan kemerduan suara, kelihaian merangkai kata-syair dan teka teki yang harus dijawab lawan atau sebaliknya.

Posisi permainnya ada yang sejajar dan ada juga yang agak melingkar dengan memegang bantal sebagai alat untuk ditepuk dalam mengiringi irama syair.

Naskah dan foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP