Belajar dari Kemajuan Perfilman Iran
Produksi film panjang Indonesia belum mencapai 100 judul, sementara Iran sedikitnya 200 judul film setiap tahunnya. Bahkan kalau digabung dengan film pendek, Iran sanggup memperoduksi 7.000 film per tahunnya. Fantastis. Rasanya Indonesia harus banyak belajar dari Iran tetang bagaimana memajukan dan meningkatkan kualitas perfilmannya.
Berkembangnya perfilman Iran hingga produksinya meningkat diakui kualitasnya oleh dunia tak lepas dari campur tangan pemerintahnya. Sutradara asal Iran Hasan Najafi menjelaskan pemerintah Iran memberi perhatian serius kepada dunia perfilmanyang ada di Iran.
Perhatian yang diberikan pemerintah itu, selain untuk membentengi kebudayaan Iran sekaligus untuk menandingi film-film barat yang tak bermoral. “Banyak film-film asing yang dinilai merusak akhlak, karenanya Iran membuat film-film yang berakhlak,” jelasnya pada pembukaan Festival Film Republik Islam Iran di Jakarta, Jumat (9/3/2012).
Pemerintah Iran, sambungnya melihat terjadi persaingan di dunia perfilman yang cenderung merusak budaya bangsa lain. “Karenanya Iran akan terus memprodusksi film-film yang bagus dan beretika," ujarnya.
Faktor kemajuan perfilman Iran juga tak lepas dari kaderisasi yang dilakukan oleh para sineas Iran terdahulu dan berlangung terus-menerus. Kaderisasi ini diperlukan untuk tetap menjaga kualitas film-film Iran yang mendunia. "Berkat kaderisasi, perfilman Iran tidak akan pernah lenyap di muka bumi ini," ungkapnya.
Salah satu keberhasilan dari kaderisasi itu, lanjut Najafi adalah Asghar Farhadi, sutradara film "A Separation" yang baru saja mendapatkan penghargaan Oscar di ajang Academy Award 2012 untuk film asing non Bahasa Inggris.
Film "A Separation" berkisah pasangan Iran yang sedang menjalani proses perceraian. “Temanya buiasa namuan menjadi spesial karena sentuhan tradisi, keadilan, dan konflik anatara hubungan pria dengan perempuan Iran yang lebih modern,” paparnya.
Najafi berharap lewat festival Film Iran ini terbuka kerjasama antara insan perfilman Indonesia dan di bidang perfilman.
Melihat kemajuan perfilman Iran, Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Gatot Brajamusti menghimbau insan perfilman Indonesia dapat belajar dari Iran.
"Iran kalau buat satu film bisa memakan waktu 10 tahun. Saya yakin, kalau film Indonesia dibuat dalam jangka waktu yang panjang bisa bersaing seperti film Iran," kata Gatot Brajamusti.
Kegiatan Festival Film Iran yang digelar di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta selatan, sejak 9-12 Maret 2012 ini merupakan rangkaian kegiatan Pekan Budaya Iran yang digelar 7-13 Maret yang berlangsung di Museum Nasional.
Pembukaan Festival Film Iran di PPHUI dihadiri Menteri Budaya dan Urusan Islam Iran, Duta Besar Iran Untuk Indonesia, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar, Direktur Perfilman Kemenparekraf Syamsul Lussa, sejumlah sutradara dan pemain film dari kedua bangsa.
Pembukaan Festival Film Iran 2012 ini dibuka dengan pembacaan Surat Suci Alqur’an oleh Qori internasional asal Iran. Dilanjutkan dengan beberapa sambutan dan persembahan musik khas Iran dan disambung dengan pemutaran film Nabi Yusuf yang berdurasi 2 jam. Acara ditutup dengan diskusi dan tanya jawab yang menghadirkan Nourouzi, salah satu pemain film Iran yang berperan sebagai raja yang bermimpi, Hasan Najafi, dan Gatot Brajamusti.
Pada hari kedua, Sabtu sore ini di PPHUI akan diputar film Iran lainnya yang berjudul Kerajaan Nabi Sulaiman. Selain itu masih ada beberpa judul film panjang Iran lainnya seperti Osemon-e Hasytom (Langit kedelapan), Charkh (Gerobak), dan Hayat (Kehidupan).
Semua film yang disuguhkan berlaku untuk semua umur dan sudah disulih-suara ke dalam Bahasa Indonesia. Dan festival ini terbuka untuk umum tanpa dipungut tiket alias gratis.
Selain di Jakarta, Festival Film Iran juga diputar diberbagai kota di Sumatera. Di Banda Aceh, Festival Film Iran berlangsung di Episentrum Ulee Kareng, Banda Aceh yang diselenggarakan oleh Sekolah Menulis Dokarim Aceh yang didukung penuh Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Jakarta.
Panitia festival, Akmal M Roem dalam siaran pers mengatakan Festival Film Iran ini dinilai sangat penting untuk menjalin silaturahmi kebudayaan serta memperkuat kemesraan sosial antarsesama komunitas Islam dunia.
"Lewat festival ini, Aceh dapat belajar tentang bagaimana model-model penerapan syariat Islam di iran sebagai negara berkarakter kuat di kawasan Timur-Tengah di tengah gempuran modernitas," jelas Akmal.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar