Inilah 6 Peluang Bisnis Pariwisata di Raja Ampat
Sebagai destinasi baru yang tengah booming dan terus menggeliat, Raja Ampat masih membutuhkan banyak sarana dan pendukung pariwisata. Karenanya peluang bisnis dan investasi di Raja Ampat terutama di sektor pariwisata sangat terbuka lebar dan menjanjikan. Sekurangnya ada 6 peluang bisnis dan investasi yang dapat dilakukan para investor di salah satu kabupaten di Papua Barat yang tersohor sebagai surga diving kelas dunia ini. Apa saja?
Kadisbudpar Raja Ampat, Yusdi Lamatenggo mengatakan setidaknya ada 6 peluang bisnis dan investasi sector pariwisata yang berpeluang besar di raja Ampat. Keenam peluang bisnis itu adalah transportasi laut, akomodasi, restoran kelas menengah, dive center, karokean, dan money changer.
Kata Yusdi, Raja Ampat yang berbentuk kepulauan masih kesulitan alat transportasi, terutama transportasi laut antar pulau. Uuntuk mencapai Waisai, ibukota Kabupaten Raja Ampat, wisatawan biasanya menggunakan pesawat udara menuju Kota Sorong dilanjutkan ke Waisai dengan transportasi laut.
"Sekarang ini ada enam maskapai penerbangan, kecuali Garuda Indonesia yang terbang dari Jakarta ke Sorong. Frekuensi penerbangannya masing-masing satu kali sehari, kecuali Express dua kali sehari," jelasnya.
Alat transportasi lautnya dari Sorong ke Raja Ampat baru ada dua kapal fery biasa setiap hari dengan waktu tempuh sekitar 3 jam dan 2 kapal ferry cepat sekira 2 jam. Berangkat tiap hari pukul 14.00 WIT.
“Biayanya Rp120 ribu per orang untuk ferry cepat dan Rp100 ribu untuk feri biasa ekonomi. Kalau mau lebih cepat, bisa carter speedboat sekitar Rp5 juta pulang pergi,” jelasnya.
Raja Ampat termasuk kawasan yang mendapat program Destination Management Organization (DMO) yang diprakarsai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Koordinator DMO Raja Ampat, Hengky Manurung mengatakan masih banyak peluang bisnis dan investasi yang dapat dilakukan investor di Raja Ampat, terutama transportasi laut.
Menurutnya Hengky investasi di bidang transportasi laut di Raja Ampat sangat menjanjikan. “Raja Ampat membutuhkan banyak taksi air atau speedboat untuk mengantar wisatawan ke pulau-pulau," tuturnya di Jakarta beberpa waktu lalu.
Peluang kedua yang juga menjajinkan adalah akomodasi. Di Waisai, memang sudah ada hotel-hotel murah sekitar Rp 300.000-Rp 400.000 per orang. Tapi kalau berduit bisa menginap di resort semalam ada berkisar Rp 2-3 juta per kepala dengan kamar menghadap pemandangan pantai termasuk paket penjemputan ke Sorong. Di Waisai ada penginapan milik Pemkab yang memiliki paket inap sekaligus paket diving yakni Waisai Beach Hotel dan Arcopora Resort.
“Akomodasi terutama hotel berbintang dan resort masih dibutuhkan untuk menampung wisatawan,” ungkap Yusdi.
Selanjutnya restoran kelas atas dan menengah. "Sampai sekrang belum ada resto kelas menengah dan atas di Raja Ampat yang dapat menampung wisatawan dalam jumlah besar. jadi peluangnya juga sangat besar," aku Yusdi.
Begitu juga denga peluang bisnis di bidang dive center, mengingat banyak wisatawan yang dating ke Raja Ampat terutama untuk menyelam, Sementara jjmlah dive center masih terbatas.
Tak ketingalan tempat hiburan terutama karokean. “Biasanya wisatawan usai menyelam atau keliling Raja Ampat, malamnya ingin menikmati hiburan malam seperti karoke,” katanya.
Peluang bisnis berikutnya tempat penukaran uang atau money changer. “Sampai saat ini belum ada money changer yang beroperasi di Raja Ampat. Sebenarnya ada dua bank yang berencana membuka penukaran uang. Tapi sampai sekarang belum juga beroperasi,” jelasnya.
Kendati peluang bisnis dan invesati bidang pariwisata masih sangat terbuka lebar di Raja Ampat, namun sejumlah kendala masih membayangi, terutama soal kepemilikan tanah.
“Kebanyakan tanah di Papua, termasuk di Raja Ampat itu milik adat. UU pertanahan tidak berlaku bila status tanah tersebut belum clear,” jelasnya.
Jalan keluarnya kalau ingin membeli tanah, sebaiknya mengenal karakteristik pemiliknya. Tanah yang pemiliknya tunggal lebih mudah mengurusnya dibanding milik kolektif atau marga.
“Kalau tanah yang ingin dibeli investor itu milik marga misalnya 5 keluarga, harus kumpulkan 5 keluarga tersebut. Kalau sudah setuju di atas kertas dengan disaksikan saksi-saksi baru diurus ke pihak pertanahanan. Jangan sampai salah satu keluarga tidak tahu atau tidak setuju, nanti jadi persoalan di kemudian hari,” imbuh Yusdi.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: dok. weeko
0 komentar:
Posting Komentar