. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 05 Januari 2012

Pembangunan Bioskop di Indonesia Diminati Investor Asing dan Dalam Negeri



Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan kelas menengah yang terus meningkat, dan kurangnya layar bioskop di Indonesia merupakan peluang besar untuk membangun sejumlah bioskop. Rupanya peluang ini jeli dilihat sejumlah investor asing dan dalam negeri. Sayangnya untuk investor asing, keinginan itu masih terhalang aturan.

Berdasarkan survei tentang bisnis bidang film yang baru pertama kali dilakukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyebutkan Indonesia baru memiliki 172 bioskop dengan 676 layar. Dengan jumlah penonton tahun 2011 mencapai 50 juta orang.

Direktur Perfilman, Kemenparekraf Syamsul Lussa saat bincang-bincang seputar peluang bisnis di bidang film dan bioskop dengan sejumlah media online, cetak, dan elektronik di Jakarta, Kamis,(5/1/2012) menjelaskan dari 525 kota dan kabupaten di Indonesia, baru 55 daerah yang memiliki bioskop. Di Jawa yang berpenduduk besar masih banyak kotanya yang belum memiliki bioskop, padahal orang butuh hiburan. “Contohnya Kota Pekalongan tidak memiliki bioskop,” jelasnya.

Berdasarkan pantauan Travelplusindonesia, sejumlah kota besar di Sumatera juga belum mempunyai bioskop, antara lain Kota Banda Aceh.

Oleh karenanya masih terbuka peluang sangat besar untuk membangun bioskop-bioskop baru. “Sampai saat ini sudah banyak investor dalam negeri yang berminat membangun bioskop-bioskop di kabupaten termasuk investor asing antara lain Group Lotte," terang Syamsul.

Group Lotte, lanjutnya merupakan perusahaan asal Korea Selatan yang berencana akan membuka 100 bioskop baru berlabel Lotte Cinema di Indonesia.

Lotte telah melakukan pertemuan dengan Pemerintah sejak tahun lalu. Sayangnya rencana itu sepertinya terganjal Perpres Nomor 36 Tahun 2010 tentang Bidang Usaha yang tertutup dan Bidang Usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal. Dalam Perpres tersebut disebutkan dengan jelas usaha penayangan bioskop dinyatakan bahwa penyertaan modal dalam negeri masih 100 persen. "Ini berarti masih tertutup bagi investor asing,"ungkapnya.

Padahal penambahan bioskop baru, lanjut Syamsul dapat menjaring lebih banyak lagi penonton ke bioskop.

Kesimpulan hasil survei tentang karateristik penonton film Indonesia yang digelar Kemenparekraf menyimpulkan bahwa karateristik demografi pasar potensial penonton film adalah penduduk remaja, pelajar, mahasiswa, dan belum kawin. Sedangkan di lihat dari karatersitik wilayahnya adalah daerah perkotaan dengan banyaknya pertokoan yang berkelompok.

Sebelumnya Menparekraf Mari Elka Pengestu mengaku prihatin dengan merosotnya jumlah penonton bioskop di Indoensia. “Angka penonton yang dulu mencapai ratusan ribu, kini hanya tiga ribu,” akunya sewaktu bertandang ke Pusat Perfilman H. Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta beberapa waktu lalu.

Dia juga prihatin kebijakan fiskal dan Hak Kekayaan Intelektual belum mendukung industri film. Untuk membenahi hal itu, Mari akan secepatnya merealisaikan pembentukan Badan Perfilman Indonesia.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP