. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 13 Desember 2011

Seminar Ketokohan Tun Sri Lanang di Bireuen Telurkan 3 Rekomendasi



Seminar bertajuk “Ketokohan Tun Sri Lanang dalam Sejarah Dua Bangsa: Indonesia-Malaysia” yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala (Ditjen Sepur), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerjasama dengan Pemprov Aceh, Pemkab Bireuen, dan Yayasan Tun Sri Lanang di Kabupaten Bireuen, Aceh, Kamis (8/12/2011) menelurkan 3 (tiga) butir rekomendasi. Apa saja?

Tiga rekomendasi forum diskusi ilmiah tentang ketokohan Tun Sri Lanang ini dirangkum dari sejumlah sambutan dan makalah antara lain sambutan Dirjen Sepur, Kemenparekraf I Gde Pitana, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf yang diwakili Sekda Aceh, Bupati Bireuen Nurdin Abdul Rahman, ketua Yayasan Tun Sri Lanang Pocut Haslinda, keynote speaker ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Muklies PaEni serta 13 makalah para narasumber dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura dalam 3 sidang pleno, juga dari hasil diskusi yang berlangsung selama 1 hari.

Tiga rekomendasi yang dibacakan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bireuen Asnawi di Pendopo Bupati Bireuen, isinya sebagai berikut: pertama, ketokohan Tun Sri Lanang (TSL) perlu diinternaslisasikan melalui upaya-upaya kongkrit yang didukung pemda dan pusat serta bangsa-bangsa serumpun di Asia Tenggara; kedua, pengembangan Kawasan Situs TSL sebagai Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara di Samalanga harus segera diwujudkan; dan ketiga, sejarah ketokohan TSL perlu dimasukkan dalam kurikulum muatan lokal di sekolah (Aceh).

Seminar ketokohan TSL ini dirangkai dengan peresmian Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara di Gampong (kampung) Meunasah, Desa Leung, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen pada Jum’at (9/12/2011), dan dilanjutkan dengan lawatan sejarah ke situs-situs TSL baik yang berada di Samalanga maupun di kota-kota lain terutama di Kota Banda Aceh pada Sabtu (10/12/2011).

Gubernur Aceh Irwandi Yusuf yang diwakili Sekda Aceh mengatakan seminar ini juga untuk menggali catatan dan tinggalan TSL yang masih tercecer. “Dengan kehadiran para narasumber diharapkan dapat memperkaya informasi mengenahi TSL dan peninggalannya,” jelasnya.

Dirjen Sepur I Gde Pitana mengatakan seminar ini digelar untuk merefkelsikan kembali sekaligus meneladani sikap dan prilaku yang dilakukan TSL semasa hidupnya untuk kemajuan Aceh ini.

“Lewat seminar ini diharapkan para peserta bukan hanya mendapatkan ilmu yang seluas-luasnya dari para pembicara melainkan juga memberikan hasil nyata bagi perkembangan kesejarahan di Aceh pada umumnya dan Bireuen pada khususnya,” ungkap Pitana yang juga menjadi pengarah seminar ini.

Direktur Nilai Sejarah, Ditjen Sepur Shabri Aliaman menambahkan bahwan seminar ini mengkaji sumber-sumber sejarah baik yang tertulis maupun tinggalan-tinggalan sejarah dari TSL sehingga dapat diperoleh titik terang tentang peran dan ketokohan TSL dalam sejarah dua bangsa yakni Indonesia dan Malaysia.

“Dari seminar ini diharapkan dapat membangkitkan kembali keluhuran budaya dan adat istiadat Melayu serta menumbuhkan minat dan kecintaan generasi muda kepada sejarah bangsanya. Dan tentu menjadikan sosok TSL sebagai pijakan dari pengkajian sejarah rumpun Melayu yang pada hakikatnya merupakan pengayaan dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia secara menyeluruh,” terang Shabri yang menjadi ketua panitia seminar ini.

Seminar yang berlangsung di halaman belakang Kantor Bupati Bireuen, Aceh ini diikuti sekitar 450 orang dari Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Bunei Darussalam. Para pesertanya datang dari berbagai profesi seperti akademisi, sejarawan, pemerhati sejarah, guru dan mahasiswa sejarah serta masyarakat umum.

Para pembicara dari Indonesia antara lain Ketua Yanasa sekaligus dosen UIN Syarif Hidayatullah Oman Faturrahman, dosen Univesitas Negeri Medan Phil Ichwan Azhari, ketua Majelis Adat Aceh Badruzzaman yang menyampaikan makalah bertajuk “Adat Budaya Aceh dalam Konstelasi Hubungan Raja-Raja Melayu (Tun Sri Lanang) di Aceh”, dosen UIN Syarif Hidayatulkah Dien Madjid (Menelusuri Tun Sri Lanang dalm Lintasan Sejarah Aceh), Sekda Bireuen Razuardi Ibrahim, dan MSI Aceh Misri A Muchsin dengan makalah “Pemahaman Keislaman di Aceh dalam Abad XVI-XVII M)”, serta Kadis Syariat Islam Aceh Rusjdi Ali Muhammad dengan makalah “Tun Sri Lanang dalam Sejarah Dua Bangsa”.

Pembicara dari Malaysia antara lain ketua Majelis Ugama Pahang Dato’ Sri Abdul Wahid Wan Hasan dengan makalah berjudul “Salasilah Kekerabatan Kesultanan Melayu Nusantara”, dosen Universitas Pendidikan Sulthan Idris Tanjung Malim, Perak-Malaysia Abdurrahman Nafiah, ketua Yayasan Warisan Johor Kamdi bin Haji Kamil dengan makalah “Tun Seri Lanang Permata Melayu Tersohor: Situs dan Peninggalannya”, dan dosen Universitas Sains di Penang-Malaysia Moh. Haji Saleh dengan makalah “Dunia Runtunan Cendikiawan: Tun Seri Lanang dan Pusar-Pusar Persoalannya”.

Sedangkan pembicara satu-satunya dari Singapura adalah sastrawan Singapura Djamal Tukimin, serta arkeolog dari Art Historian ISEAS E.Edwards McKinnon dengan makalah bertajuk “Aceh Sebelum Aceh”.

Djamal Tukimin dalam sinopsisnya mengatakan ketokohan TSL sudah bersemayam di hati sanubari masyarakat Melayu di Singapura. “Bukti konkritnya nama TSL digunakan sebagai nama anugerah bagi sasterawan negara di Singapura sejak lebih dari 20 tahun lalu yakni Anugerah Tun Seri Lanang,” jelasnya.

Pocut Haslinda selaku ahli waris ke-8 TSL mengatakan seminar ini merupakan salah satu upaya untuk mengungkap sejarah TSl agar masyarakat luas termasuk generasi muda mengetahuinya mengingat TSl bukan saja milik Aceh tapi milik Nusantara bahkan dunia Melayu. “Dalam kesempatan ini saya menyumbang 2.500 buku karya saya terkait keberadaan Sosok TSL antara lain buku Sulalatus Salatin Sejarah Melayu karya tulis TSL versi Populer,” jelasnya.

Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara
Usai seminar, para peserta menghadiri pembukaan Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara (KWS-MN) di Samalanga, Bireuen yang diisi dengan serangkaian acara mulai dari penandatanganan Prasasti Sulalatus Salatin, penyerahan surat sertifikat wakaf oleh ahli waris ke-8 TSL Pocut Haslida kepada Bupati Bireuen Nurdin Abdul Rahman seluas 1 hektar, dilanjutkan dengan ziarah ke makam TSL, peletakan batu pertama perpustakaan TSL, hingga kunjungan ke Masjid Raya Samalanga, dan kenduri raya di Masjid Raya Samalanga.

Selanjutnya rombongan melakukan lawatan sejarah ke situs-situs di Banda Aceh antara lain ke Kompleks Makam Sultan Iskandar Muda, Makan Raja-Raja Bugis, Museum Aceh, Gunongan Putroe Pahang dan Makam Sultan Iskandar Tsani, Makam Syiah Kuala, Benteng Indrapatra, Makam Kemalahayati, dan Rumah Cut Nyak Dien serta ke obyek-obyek pascatsunami antara lain ke Museum Tsumani, Perahu di atas Rumah, dan Kapal PLTD Apung.

Irwandi Yusuf dalam sambutannya yang dibacakan Sekda Aceh mengatakan bahwa belum banyak masyarakat Aceh yang mengenal sejarah TSL. “Saat makam TSL ditemukan pata 2004, kondisinya sangat memprihatinkan. Berkat kerjasama Pemerintah Aceh dengan Malaysia diadakan pembenahan secara bertahap,” jelasnya.

Setelah situs TSL di Samalanga perlahan dipugar, lanjut Irwandi kunjungan wisatawan ke Samalanga terus meningkat hingga diresmikan menjadi KWS-MN. “Diharapkan dengan adanya kunjungan wisman ke KWS-MN di Samalanga dapat menumbuhkan ekonomi kreatif masyarakat setempat dan sekitarnya,” tambahnya.

Bupati Bireuen Nurdin Abdul Rahman berharap dengan resmikannya KWS-MN di Samalanga akan makin banyak wisatawan yang datang ke Bireuen baik wisatawan lokal, Nusantara maupun mancanegara terutama dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. “Namun untuk meraih itu diperlukan promosi yang gencar dan dibenahi fasilitas pendukungnya terutama penyediaan akomodasi di Bireuen,” jelasnya.

Kadisbupdar Aceh Jasman J. Ma’ruf optimis tiga tahun kedepan KWS-MN di Samalanga ini dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisman terutama asal Malaysia ke Aceh. “Jumlah wisman keseluruhan yang berkunjung ke Aceh selama 2011 ini mencapai 20.000an orang, terbanyak masih dari Malaysia. Tahun depan diharapkan jumlah itu naik 10 persen atau sekitar 24.000 orang, ” terangnya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP