. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 13 Desember 2011

Nilai Plus Sang Penari Sebagai Film Terbaik 2011


Film Sang Penari karya sutradara muda Ifa Isfansyah yang terpilih menjadi Film Terbaik FFI 2011 dinilai punya kelebihan tersendiri dibanding film yang masuk unggulan. Film ini juga memenangkan tiga Piala Citra lain yakni Sutradara Terbaik, Pemeran Utama Wanita, dan Pemeran Pendukung Wanita terbaik. Apa kelebihan Sang Penari?

Kekuatan film Sang Penari bukan sekadar mengangkat tema cinta biasa, pun menempatkan tokohnya pada dilema antara loyalitas kepada negara dan cinta kepada seorang penari ronggeng di sebuah desa miskin Indonesia pada pertengahan 1960-an.

Rasus (Nyoman Oka Antara), seorang tentara muda menyusuri kampung halamannya, mencari cintanya yang hilang, Srintil (Prisia Nasution). Film yang terinspirasi dari trilogi "Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari ini melibatkan masyarakat. Desa di Banyumas, Jawa Tengah, tempat lokasi pembuatan film ini.

Kelebihan lain film ini, dalam penggarapannya sampai membangunan jalan. Film ini pun menghidupkan kembali batik sebagai kostum pemaian, musik tradisional lokal dan juga memperjualkan buku tentang film tersebut. “Jadi ada dampak ekonomi yang positif di dalam pembuatan film ini,” kata Menparekraf Mari Elka Pangestu yang hadir dan memberikan piala citra kepada pemenang film terbaik FF 2011 ini di Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (10/12/20110.

Untuk mengembangkan industri perfilman nasional, lanjut Mari salah caranya dengan jalan menambah jumlah bioskop di daerah. Tujuannya untuk merangsang pertambahan penonton secara nasional. Dengan adanya penambahan bisokop otomatis pendistribusian film nasional juga akan semakian merata.

Cara lain untuk meningkatkan jumlah penonton film nasional, tidak cukup dengan menambah kuantitas film melainkan juga memperhatikan kualitasnya. “Film berkualitas, pastinya akan ditonton banyak orang, tentu dibarengi dengan promosi yang gencar,” imbuhnya.

Penyelenggaran FFI, lanjut Mari setidaknya dapat memotivasi Sumber Daya Manusia (SDM) perfilman mulai dari produser, pembuat skenario, pemain, dan kru untuk membuat film yang bermutu.

Ketua Bidang Penjurian FFI 2011 Totot Indrarto mengatakan tahun ini banyak film Indonesia yang berkualitas baik yang keunggulannya boleh dibilang hampir merata. “Ironisnya justru terjadi penurunan jumlah penonton film Indonesia di bioskop beberapa bulan terakhir,” akunya.

Film The Mirror Never Lies dan Masih Bukan Cinta Biasa mendapat dua Piala Citra. Sementara 5 yakni fim -- ? (Tanda Tanya), Tendangan Dari Langit, Catatan Harian Si Boy, Rumah Tanpa Jendela, dan Pengejar Angin, masing-masing kebagian satu Piala Citra.

Dewan Juri Film Bioskop yang diketuai Himat Darmawan juga memberikan Penghargaan Khusus kepada Kamila Andini dan Gita Nivalista sebagai Sutradara Pendatang Baru Terbaik dan Pemain Berbakat.

Selain Piala Citra dan Penghargaan Khusus Dewan Juri, FFI 2011 juga memberikan dua penghargaan istimewa kepada dua orang/kelompok yang dianggap berjasa dan berkontribusi besar dalam memajukan perfilman Indonesia.

Tahun ini Lifetime Achievement Award diberikan kepada J.B. Kristanto, pengamat film yang dengan tekun dan teliti mendokumentasikan data-data film Indonesia sejak tahun 1926 hingga hari ini melalui buku-buku Katalog Film Indonesia dan dilanjutkan dalam situs www.filmindonesia.or.id.

“Hanya segelintir orang memahami bahwa pendokumentasian merupakan hal yang sangat penting, terutama sebagai pencatat sejarah yang bisa setiap saat ditengok oleh semua orang dari pelbagai generasi. Lebih sedikit lagi orang memilih jalan sunyi itu. J.B. Kristanto adalah salah satunya,” kata Ketua Panpel FFI 2011, Abduh Aziz.

Anugerah Khusus FFI 2011 diberikan kepada semua orang yang teribat dan berkontribusi dalam film KULDESAK (1998). Film yang disutradarai Mira Lesmana, Nan T. Achnas, Riri Riza, dan Rizal Mantovani tersebut dinilai telah memberikan inspirasi pada generasi mereka sendiri maupun generasi sesudahnya untuk tetap berkarya dan mencintai film Indonesia.

Ketika itu (1998), produksi film Indonesia berada pada titik nadir. Sekelompok anak muda, yang kemudian dikenali sebagai generasi baru perfilman Indonesia, memulai upaya untuk memproduksi film dengan caranya sendiri.

“Semangat mereka itu menjadi semacam pernyataan paling keras bahwa film Indonesia masih ada dan masih memiliki masa depan. Sebuah kolabarasi sekumpulan anak muda dengan visi besar menjaga kontinuitas sejarah perfilman Indonesia, yang secara gemilang telah dilakukan oleh generasi pembuat film sebelumnya,” jelas Abduh Aziz.

Berikut nama pemenang piala citra film bioskop FFI 2011 yang dipilih dewan Juri FFI 2011 yakni Hikmat Darmawan (Ketua merangkap Anggota), Agung Sentausa (Anggota), Djenar Maesa Ayu (Anggota), Hilmar Farid (Anggota), Mouly Surya (Anggota) dan Nirwan A. Arsuka (Anggota) dan Zeke Khaseli (Anggota): Film Terbaik (Sang Penari), Pemeran Utama Pria Terbaik Emir Mahira dalam film Rumah Tanpa Jendela, Pemeran Utama Wanita Terbaik Prisia Nasution dalam film Sang Penari, Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Mathias Muchus dalam film Pengejar Angin), Pemeran Pendukung wanita Terbaik (Dewi Irawan dalam film Sang Penari).

Sedangan Penulis Skenario Terbaik (Benni Setiawan dalam film Masih Bukan Cinta Biasa), Penulis Cerita Asli Terbaik (Kamila Andini dalam film The Mirror Neverlies), Pengarah Sinematografi Terbaik (Yadi Sugandi dalam film ? (Tanda Tanya), Pengarah Artisitik Terbaik (Fauzi dalam film Tendangan Dari Langit).

Naskah: Adji Kurniawan
Foto: Tri Akbar Handoko, PKP Kemparekraf

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP