. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 13 Desember 2011

Raja Ampat Targetkan 50.000 Wisatawan Pada 2014 dengan DMO



Kabupaten Raja Ampat menargetkan 50.000 wisatawan pada tahun 2014 dengan serangkaian pembenahan program Destination Management Organization (DMO) yang dibuat Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengembangan Destinasi Pariwisata (PDP), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Pembenahan apa saja yang dilakukan untuk mencapai target tersebut?

Program DMO di Raja Ampat dimulai tahun ini dengan melakukan sosialisasi dan pengumpulan data-data yang menjadi dasar pelasanakan DMO pada tahun-tahun berikutnya. Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain workshop DMO, focus group discussion, dan penyusunan draft rnecana aksi.

Hari ini dilakukan penandatangan kesepakatan DMO Raja Ampat yang bertujuan menindaklanjuti hasil-hasil yang sudah diperoleh selama ini dan menjadi dasar bagi Kemenparekraf dan Pemkab Raja Ampat melaksanakan rencana kerja tahun-tahun selanjutnya.

“Tahun 2012 harus ada aksi nyata, bukan lagi diskusi-diskusi sehingga sudah ada bukti kongkrit DMO ini. Paling tidak sudah ada wisatawan yang datang dengan adanya program DMO ini”, kata Dirjen PDP, Kemenparekraf Firmansyah Rahim saat penandatanganan MoU program DMO Raja Ampat di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin (12/12/2011).

Kadisbupar Raja Ampat Yusdi Lamatenggo menjelaskan Kabupaten Raja Ampat adalah kabupaten yang baru terbentuk 6 tahun lalu. Kabupten ini memiliki 610 pulau dengan Waisai sebagai ibukota kabupaten. Baru 35 pulau yang berpenghuni, sisanya tak berpenghuni dan sebagian besar belum bernama. Empat pulau besarnya yakni Pulau Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo.

Untuk mencapai Waisai, wisatawan biasanya menggunakan pesawat udara menuju Kota Sorong dilanjutkan ke Waisai dengan transportasi laut. “Sekarang ini ada 6 maskapai penerbangan, kecuali Garuda Indonesia yang terbang dari Jakarta ke Sorong. Frekuensi penerbangannya masing-masing 1 kali sehari kecuali Express 2 kali sehari,” jelasnya.

Kendalanya Bandara Sorong itu milik beberapa pemkab. Selain Raja Ampat, ada 7 kabupaten lain yang menggunakan bandara ini. “Harapannya semoga Garuda tahun 2012 juga bisa masuk ke Sorong,” jelasnya.

Sedangkan alat transportasi lautnya dari Sorong ke Raja Ampat baru ada 2 kapal fery biasa setiap hari dengan waktu tempuh sekitar 3 jam dan 2 kapal ferry cepat sekitar 2 jam. “Biayanya 120 ribu per orang untuk ferry biasa, 180 ribu untuk ferry cepat dan Rp 100 ribu untuk kelas ekonomi. Kalau mau cepat, bisa carter speedboat sekitar Rp 5 juta pulang pergi,” jelasnya.

Untuk akomodasi baru ada resort yang dapat menampung 250 orang, kapal wisata, dan 280 kamar hotel melati di Waisai. “Jumlah ini masih sangat kurang sekali dengan kondisi sekarang. Kita harapkan nantinya ada 20 resort. Untuk kapal wisata sekarang baru ada 25 diharapkan nanti ada 40 kapal wisata,” ungkapnya.

Firmansyah Rahim tak menampik masih kurangnya sarana transportasi dan akomodasi di Raja Ampat yang menyebabkan wisatawan masih kesulitan untuk berkunjung ke Raja Ampat. "Kedua masalah ini dapat diatasi dengan saling bersinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, investor dan masyarakat Raja Ampat,” jelasnya.

Raja Ampat sudah punya modal kuat, buktinya dengan mendapatkan 2 penghargaan Indonesia Tourism Award (ITA) 2011 sebagai The Most Favourite Destination dan The Most Favourite Destionation Dive Site. “Sayang sekali kalu kita tidak manfaatkan dengan pengelolaan yang tetap menomorsatukan lingkungan sebagai special interest destination bukan mass tourism,” jelasnya.

Dengan program DMO ini diharapkan Raja Ampat dapat menjaring 50 ribu wisatawan, baik wisnus maupun wisman pada tahun 2014. “Tahun 2011 wisatawan yang mengunjungi Raja Ampat baru mencapi 21 ribu wisatawan. Rata -rata wisatawan yang ke berkunjung ke Raja Ampat termasuk high class dengan pengeluaran US $ 300-400 per hari,” jelasnya.

Selain Raja Ampat, ada 14 destinasi lain yang dikembangkan melalui program DMO oleh Ditjen PDP, Kemenparekraf yakni Kota Tua, Pangandaran, Borobudur, Bromo-Tengger-Semeru, Danau Toba, Sabang, Bali, Rinjani, Komodo-Kelimutu-Flores, Tanjung Puting, Derawan, Toraja, Bunaken, dan Wakatobi.

“Biaya program DMO untuk masing-masing destinasi berbeda mulai dari Rp 1 samapi 4 miliar, diluar pembangunan fisik,” jelas Firrmansyah.

Hadir dalam penandatangan MoU program DMO Raja Ampat selain Firmansyah dan Yusdi, juga ada pengusaha wisata di Raja Ampat I Nyoman Kirtya, tokoh masyarakat Raja Ampat Harun Sapua, dan Sekditjen PDP Kemenparekraf Achyarrudin.

Naskah: Adji Kurniawan
(adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Weeko & Akbar

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP