. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 05 Desember 2011

Sektor Pariwisata Indonesia Tak Rentan Krisis Global



Kendati krisis ekonomi global terutama utang yang menghantam Eropa diprediksi akan berlangsung lama, tidak membuat sektor Pariwisata Indonesia terpuruk. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu optimistis sektor pariwisata Indonesia tetap menjanjikan dan tidak rentan terhadap krisis ekonomi.

Masih banyak peluang yang dapat dicari termasuk menggunakan potensi di pasar luar negeri maupun Asia yang tak terkena badai krisis. “Pariwisata merupakan sektor yang menjanjikan. Sekalipun orang sedih terkena krisis, mereka tetap butuh hiburan dengan berlibur ke tempat-tempat wisata,” ujar Mari usai jumpa pers acara Konferensi Pariwisata Nasional di Hotel Sahid Jakarta, Senin (5/12/2011).

Data pariwisata 2009 saat krisis global juga terjadi, sektor pariwisata Indonesia justru naik 0,36 persen, sedangkan ekspor terkoreksi hingga 14 persen. “Jumlah wisnus naik 10 persen dan belanja sebesar 30 persen pada 2009 karena wisatawan domestik lebih berbelanja cenderamata,” jelasnya.

Sedangkan wisman rata-rata menghabiskan anggaran liburannya sebesar 28 persen untuk makanan atau restoran. Terkait hal ini, ke depan pemerintah akan menambah jumlah restoran yang telah ada di daerah-daerah pariwisata. Dalam jasa dan hiburan, belanja wisanus 3,7 persen dan wisman 6,5 persen.

“Pada 2012 pemerintah menargetkan wisman mencapai delapan juta orang. Sedangkan, tahun ini diperkirakan mendapat 7,5–7,7 juta orang,” ujarnya.

Pemerintah, lanjut Mari akan melirik negara-negara dengan pertumbuhan double digit seperti Australia, China, Rusia, Filipina, dan Timur Tengah Mari untuk terus meningkatkan sektor pariwisata.

Sayangnya daya saing pariwisata Indonesia berdasarkan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) masih cukup rendah dengan peringkat 74 dari 133 negara.

Penyebabnya, lanjut Mari infrastruktur pariwisata Indonesia belum memadai dan kesinambungan sektor pariwisata belum terjaga. Dengan adanya Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) diharapkan infrastruktur pariwisata dapat teratasi.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar menambahkan wisman di negara-negara terimbas krisis masih berpeluang berwisata di Indonesia. “Mungkin yang semula dua minggu menjadi seminnggu. Yang tadinya ber-Spa 4 kali seminggu jadi 2 kali. Atau yang minumnya 15 botol jadi 10 botol. Tapi tetap ada dan tetap menguntungkan kita,” jelasnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa mengatakan pariwisata merupakan sektor yang banyak memberi lapangan pekerjaan. ”Tiap 1 wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia menciptakan 1,5 lapangan kerja di Indonesia,” jelasnya.

Dengan demikina dari kunjungan 7 juta wisman tahun ini, lanjut Hatta dapat memperkerjakan 11.8 juta pekerja.

Hatta menambahkan pertumbuhan pariwisata Indonesia juga terus meningkat. Pada tahun 2010 mencapai 10,8 persen padahal pariwisata global hanya 6,6 persen. “Tahun ini tingkat pertumbuhan pariwisata Indonesai 8,5 persen jauh melampuai tingkat pariwisata global yang hanya 6,5 % tingkat pertumbuhannya,” paparnya.

Karena itu, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan terus mendukung pariwista nasional karena terbukti menjadi penyumbang devisa terbesar keempat . “Kami akan mendorong Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mengembangkan pariwisata di sejumlah daerah yang perpotensi,” tegasnya.

Hatta menghimbau pemda untuk lebih antusias dan serius mengembangkan potensi wisata dengan menarik lebih banyak investor.

Sosialisasi Ripparnas
Konferensi Pariwisata Nasional yang berlangsung dua hari, 5-6 Desember di Jakarta, di hadiri 300 lebih peserta yang terdiri adta kadisbudpar kabupetan/kota, ketua DPRD kabupaten/kota, walikota/wakil, bupati/wakil, kadisbupar provinsi, ketua DPRD provinsi/wakil, dan gubernur/wakilnya.

Dalam kesempatan ini, Kemenparekraf mensosialisasikan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Ripparnas) yang mengacu pada UU Nomor 10/2009 tentang Kepariwisataan.

“Ripparnas ini menjadi acuan pengembangan kepariwisataan dari pusat hinnga daerah. Diharapkan Pemda juga membuat Ripparda,” imbaunya.

Sapta Nirwandar menambahkan banyak daerah yang belum berinisiatif menarik investor ke wilayahnya. “Dengan konferensi ini diharapkan ada diskusi-diskusi antar pemda dan pihak lainnya untuk mencari solusi agar permasalahan yang menghambat di daerahnya dapat diminimalisasi,” jelasnya.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Fahrul Rozzi, PKP Kemenparekraf

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP