Mencabut Duri-Duri Penghalang Pariwisata Raja Ampat
Raja Ampat belakangan menjadi destinasi yang diincar wisatawan terutama penggila diving, selain Bali. Namanya cepat sekali meroket. Kemenparekraf pun melirik destinasi ini untuk dikembangkan lebih jauh lewat program Destination Management Organization (DMO). Program ini bakal mencabut duri-duri yang menghambat pengembangan pariwisatanya. Apa saja duri-durinya dan bagaimana solusinya?
Tokoh masyarakat Pulau Misool, Raja Ampat Harun Sapua menjelaskan Pulau Misool luar biasa indah, bahkan lebih indah dari pulau-pulau lain di Raja Ampat. Untuk mendatangkan wisatawan ke Misool harus diimbangi dengan penyediaan alat transportasi menuju ke pulau tersebut termasuk alat transportasi penunjang dari kota ke kampung-kampung.
“Tanpa sarana transportasi itu, Misool tidak ada gunanya sekalipun sudah dibuatkan resort dan lainnya,” ujarnya di Jakarta saat ikut menandatangai kesepakatan (MoU) DMO Raja Ampat dengan Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kemenparekraf dan stakeholder lain, di Jakarta, Senin (12/12/2011).
Harun mengakui masih ada duri-duri dalam pembenahan pariwisata Raja Ampat antara lain sebagian masyarakatnya masih belum mengerti dan kadang menggangu turis asing. “Pernah ada speedboat yang baru datang lalu ditodong minta uang,” terangnya.
Karena itu penyuluhan sadar wisata harus terus disampaikan ke masyarakat Raja Ampat. “Jangan sampai ada masyarakat yang mengganggu turis lagi. Sebab kalau orang bule sekali diganggu, dia akan ngomong ke bule-bule lain. Ini jelas merugikan Raja Ampat nantinya,” jelasnya.
Duri lainnya, masih kerap terjadi kekurangan BBM di Raja Ampat. Untuk itu dia menghimbau pemerintah pusat dan daerah membuat gudang BBM di Raja Ampat bukan hanya di Sorong.
Tenaga Ahli DMO Raja Ampat Cipto Ali Gunawan menjelaskan sebelum Raja Ampat berdiri sebagai kabupaten sudah ada NGO atau LSM dan pengusaha internasional yangg bermain disana dan kemudian mempromosikan Raja Ampat sehingga mendapat perhatian dunia. Sejumlah NGO dan pengusaha memliki kepentingan tertentu yang belum tentu diakomodir oleh masyarakat, pengusaha maupun pemerintah setempat.
Keempat komponen di Raja Empat ini yakni masyarakat, pemerintah, pengusaha, dan NGO memiliki kepentingan-kepentingan sendiri. Harus ada penyatuan semua kepentingan itu untuk memecahkan bermacam masalah. Kalau tidak, masalah-masalah yang terungkap di atas akan terus menjadi masalah. ”Jadi kunci dari DMO Raja Ampat pada tahap awal di tahun 2012 adalah menyatukan komunikasi 4 komponen tersebut untuk bisa saling duduk dalam sebuah forum resmi maupun tidak,” jelasnya.
Pengusaha di daratan, lanjut Cipto menghadapi social investment langsung dengan masyarakat. Sedangkan pengusaha di lautan seperti kapal wisata tidak terlalu mengalamai kesulitan dari masyarakat. “Konflik antar pengusaha juga kerap terjadi baik antarpengusaha di daratan maupun pengusaha daratan dengan pengusaha kapal wisata,” akunya.
Antara Pemkab Raja Ampat dengan Pemkot Sorong, lanjutnya juga belum ada sinergi yang baik. Padahal ini salah satu kunci keberhasilan pariwisata Raja Ampat.. “Kalau Sorong berkembang, Raja Ampat ikut menikmatinya dan sebaliknya. Tapi seperti keduanya belum nyambung. Buktinya masih ada persoalan kekurangan BBM, belum adanya pesawat Garuda yang landing di Bandara di Sorong dan sebagainya,” paparnya.
Pemerintah pusat, tambahnya harus mempertemukan dan mensinergikan Pemkab Raja Ampat dan Pemkot Sorong.
DMO Raja Ampat juga harus mengembakan trip-trip wisata lain yang berlum tergarap di Raja Ampat. “Raja Ampat bukan hanya obyek wisata marine. Masih banyak yang dapat dikembangkan seperti birdwacthing trip, kupu-kupu, dan lainnya,“ jelasnya.
Raja Ampat juga belum memiliki data mengenai tingkat kepuasan wisatawan yang berwisata di Raja Ampat. “Apakah wisatawan puas, agak puas atau tidak puas atau mereka ingin sesuatu yang lebih, itu belum ada,” jelasnya. Kedepan harus ada profiling costumers Raja Ampat. “Data ini sangat penting sebagai acuan membuat produk wisata untuk ditawarkan kepada wisatawan,” jelasnya.
Monitoring persepsi wisatawan di Raja Ampat akan menjadi tahap pertama pelaksanaan DMO Raja Ampat pada tahun 2012. “Pengusaha di Raja Ampat diminta ikut berpartisipasi menyebar kuisioner tingkat kepuasan wisatawan kepada wisatawan di sana,“ akunya.
Di samping itu juga akan memonitoring persepsi masyarakat Raja Ampat sendiri. “Benarkah masyarakatnya pahamp ariwisata? Apakah dampak negatif pariwisata dipahami masyarakat? Apakah masyarakatnya paham kalau komersialisasi budaya akan menjadi bagian dari pariwisata? Dan sebagainya,” paparnya.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Tri Akbar Handoko, PKP Kemenparekraf.
0 komentar:
Posting Komentar