. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 11 Desember 2011

Ada SESUATU Antara Banda Aceh dan Bireuen



Kalau berkunjung ke Kabupaten Bireuen dari Banda Aceh, Anda bakal menemukan SESUATU yang beda di beberapa titik di sepanjang ruas jalannya. Anda dapat melihat sejumlah situs bersejarah berupa masjid tua, makam Tun Sri Lanang, obyek alam Gunung Seulawah dan sungai berbatu atau Kreung Batee Iliek, pantai dan tentu saja buah-buahan serta kulinernya.

Lepas Anda ber-city tour ke sejumlah obyek wisata pascatsunami dan situs peninggalan Tun Sri Lanang di Banda Aceh, sebaiknya jangan pulang dulu. Teruskan saja kunjungan Anda ke Kabupaten Bireuen untuk menikmati tinggalan Tun Sri Lanang lainnya yang kini dijadikan Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara (KWS-MN) di Samalanga dan sejumlah obyek lain yang tak kalah menawan.

Dari Banda Aceh ke Bireuen hanya butuh waktu sekitar 5 jam dengan kendaraan roda empat. Anda bisa naik bus umum, namun paling enak dengan menyewa mobil travel sejenis kijang berkapasitas 7 orang seharga Rp 450 ribu per hari belum termasuk bahan bakar.

Meski lumayan jauh dan melelahkan namun akses jalan dari Banda Aceh ke Bireuen cukup menyenangkan hati. Jalannya beraspal mulus dan lebar, lalu lintasnya pun terbilang lancar.

Dan yang paling menyenangkan lagi ada sejumlah obyek yang dapat dilihat seperti beberapa masjid tua di Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya dan beberapa masjid lain yang tidak termasuk masjid tua namun memiliki arsitektur yang menarik untuk diabadikan seperti masjid di Sigli dan Masjid Raya Sareh yang kerap disingahi pengendara untuk beristirahat sejenak sambil menunaikan shalat Ashar sebelum melanjutkan kembali perjalanan ke Bireuen.

Di seberang Masjid Raya Sareh ada kedai kopi milik Yahya yang sudah 25 tahun berjualan di tempat ini. Dia juga berjualan martabak Aceh. Harga segelas kopi tariknya cuma Rp 2.000 dan aneka panganan seperi kue pisang dan ketan yang berisi pisang seharga Rp 1.000 per potong. Selain itu ada deretan pedagang panganan khas Sareh berupa aneka keripik ubi, singkong seharga Rp 8.000 per bungkus dan kacang rebus berwarna kuning karena direbus dengan air kunyit seharga Rp 2.000 per ikat.

Kalau datang pas musim buah seperti bulan Oktober-Desember ini, Anda bakal menemukan banyak pedagang aneka buah di sepanjang jalan seperti buah langsat, rambutan, manggis, durian, pisang, dan belimbing sayur dengan harga yang masih bisa ditawar, serta air aren yang dimuat dalam botol plastik seharga Rp 5.000 per botol.

Pemandangan menawan pegunungan dan lembah juga yang dapat Anda lihat sewaktu melintasi lereng Gunung Seulawah. Di tempat berudara sejuk berhutan pinus ini Anda dapat meluruskan kaki sejenak sambil menikmati kopi atau teh hangat di salah satu warungnya. Sayangnya, di tempat indah ini belum ada penginapan, baik itu vila ataupun homestay.

Turun dari Seulawah tepatnya di Kreung (Sungai) Batee Iliek, Anda bisa istirahat sejenak sambil menikmati gemuruh air sungai yang berbatu. Di tepi sungai ini ada deretan kedai dan rumah makan yang menyajikan panganan dan tentu saja kupi (kopi) Aceh.

Lepas dari Kreung Batee Iliek Anda akan bertemu dengan persimpangan Samalanga. Belokkan mobil Anda ke kiri lalu menuju Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara yang baru diresmikan Pemkab Bireuen pada Jumat, 9 Desember 2011. Di kawasan ini Anda bisa melihat makam Tun Sri Lanang, tokoh Melayu dari Malaysia yang kemudian menjadi raja pertama di Samalanga, rumah bekas kediamannya, dan masjid Raya Samalanga.

Dari tempat itu, Anda lanjutkan perjalanan ke Kota Bireuen. Di kota ini Anda dapat menikmati makanan khasnya seperti Sate Matang, dan aneka buah durian dengan ketan serta menyeruput kopi di kedai 88 atau santap malam di Warung Habiby yang menyajikan aneka masakan khas Aceh dan ayam bakar penyet serta aneka jus.

Hotel di Kota Bireuen memang belum sebanyak di Banda Aceh, apalagi hotel berbintang. Salah satu hotel yang dapat Anda pilih Hotel Graha Buana untuk bermalam selama di Bireuen. Tarifnya mulai dari Rp 250.000 sampai Rp 350 ribu per kamar. Lokasi hotelnya di Jalan Laksamana Malahayati, tak jauh dari pusat kota, dekat pertigaan Pendopo Bupati Bireuen.

Esok harinya lanjutkan perjalanan Anda menjelajahi kota dan Kabupaten Bireuen antara lain ke Pantai Ujung Blang (sawah) yang belum terkelola dengan baik padahal pantainya landai berpasir lembut dan panjangnya mencapai lebih dari 2 Km. Sewaktu menikmati pantai ini, jangan lupa mencicipi lincah (rujak) Aceh di warung tepat di muka pantai.

Jangan lupa singgah di Pusat Informasi Pembanganan Kabupaten Bireuen di Pendopo Bupati Bireuen. Di tempat ini Anda dapat melihat sejumlah foto kejadian tsunami di Banda Aceh dan sekitarnya, foto-foto perlawanan masyarakat Aceh terhadap Belanda, foto rumah khas Bireuen yang disebut Rumoh Santeuet (rumah sama rata tingginya), foto obyek wisata sejarah di Bireuen, kliping surat kabar tetang Bireuen, dan sejumlah buku antara lain buku Aceh Pungo (Aceh Gila) serta beberapa lukisan, termasuk lukisan wajah Bupati Bireuen Nurdin Abdul Rahman.

Profil Bireuen
Kabupaten Bireuen yang terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 48 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Simeulue (Lembar Negara Tahun2000 Nomor 75, tambahan Lembar Negara Nomor 3963) ini memiliki luas wilayah 1.901,21 Km2.

Luas wilayahnya di bagi menjadi beberapa kawasan peruntukan, antara lain kawasan irigasi pertanian dan perkebunan Waduk Paku sekitar 3 hektar di Simpang Mamplam, kawasan perkebunan kakao di sekitar 500 hektar di Peulimbang, kawasan agrowisata dan Taman Reptil sekitar 20 hektar di Kecamatan Jeumpa, kawasan peternakan terpadu Waduk Urong Sapi sekitar 60 hektar di Kecamatan Gandapura, kawasan perkebunan dan wisata air Kreung Simpo sekitar 150 hektar di Kecamatan Juli, dan kawasan wisata gua benteng Jepang Batee Glungku di Kecamatan Pandrah.

Pada Tahun 2006, secara administratif Kabupaten Bireuen ini terdiri dari 17 kecamatan, 70 mukim serta 559 desa, dan 2 Kelurahan. Jumlah penduduknya pada tahun 2006 sebanyak 354.763 jiwa.

Letak Kabupaten Bireuen sangat strategis dan potensial untuk dikembangkan sebagai kota perdagangan dan pusat pemerintahan serta pariwisata karena diapit langsung oleh 4 (empat) Kabupaten. Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah yang menjadi pintu gerbang kawasan sentra produksi komoditas holtikultura.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie yang terkenal dengan hasil kerupuk melinjo (emping). Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara sebagai Sentra Industri besar yang diharapkan dapat mengalirkan limpahan (forward shiffing) bagi industri kecil, dan sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka.

Setelah penandatanganan MoU perdamaian antara pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 15 Agustus 2005 di Helsinki, kondisi keamanan di Kabupaten Bireuen saat ini sudah sangat kondusif, aman dan damai.

Jadi tak ada alasan cemas untuk berkunjung dan menikmati SESUATU di perjalanan antara Banda Aceh hingga Bireuen dan kemudian menjelajahi Bireuen lebih dalam lagi.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP