. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 01 Oktober 2011

Dua Film Bali Juarai Festival Film Kearifan Budaya Lokal 2011



Film dokumenter berjudul LAMPION-LAMPION karya Dwitra J. Ariana dari Bali meraih juara pertama Festival Film Kearifan Budaya Lokal (FKBL) 2011 yang diselenggarakan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI. Film berbiaya sekitar Rp 20 juta dengan lama syuting 2 bulan ini berhasil mengalahkan 9 nominasi lainnya.

Dewan Juri FKBL 2011 Akhlis Suryapati mengatakan peserta FKBL ketiga ini berjumlah 106 film, kemudian diseleksi menjadi 20 film. “Tahap kedua, dewan juri memilih 10 film nominasi dan kemudian menentukan 6 pemenangnya,” jelasnya.

Juara keduanya juga dirah Bali dengan film Baris Cina karya Gde Mantrayasa produksi Dinas Kebudayaan Kota Denpasar. Juara ketiganya film WAYANG KAMPUNG SEBELAH asal Surakarta.

Tiga film lainnya masing-masing juara harapan 1 BIDADARI TURUN BUMI karya Andy Prasetyo (Tegal), juara harapan 2 film MENJEJOK SMONG di Simeulue karya Onny Kresnawan (Medan), dan juara harapan 3 film LENGGER SANTI karya Bowo Leksono dari Purbalingga. Satu film lagi berjudul Pepadu dari Lombok produksi Kepala Bapedda Provinsi NTB meraih penghargaan khusus dewan juri.

Para pemenang masing-masing mendapatkan piala, sertifikat, dan uang pembinaan. Pemberian hadiah diberikan langsung Direktur Perfilman, Dirjen Nilai Seni Budaya dan Film (NBSF), Kemenbudpar Syamsul Lussa di Gedung Film, Jakarta Selatan, Jumat (30/9/2011).

Pemenang pertama mendapatkan dana pembinaan sebesar Rp 15 juta. “Uangnya buat saya belikan kamera video. Biar nggak minjam-minjam lagi,” kata Dwitra yang membuat komunitas film dikumenter Siap Sielem (ayam hitam) di desanya Jeruk Mancingan, Bangli, Bali.

Lain lagi dengan Onny Kresnawan pemenang harapan kedua mengaku hadiah uang pembinaan sebesar Rp 8 juta yang diterimanya akan digunakan untuk membuat film dokumenter baru. Rencananya dia akan membuat film dokumenter mengenai inang-inang atau-ibu-ibu tua Batak di Kota Medan yang gigih mencari nafkah untuk menghidupkan keluarganya dan menyekolahkan anak-anaknya.

Kata Onny, pembutan film MENJEJOK SMONG di Simeulue berlangsung selama seminggu di Pulau Simeulue. Namun sebelumnya tim melakukan pra produksi, berupa pengumpulan data dan observasi selama dua minggu. “Budgetnya sekitar Rp30-an juta, mahal dibiaya transportasinya” akunya.

Smong itu, lanjut Onny merupakan budaya lokal masyarakat Simeuleu yang sudah turun temurun sejak dulu. “Setiap ada gempa, masyarakat berteriak smong, Ada juga yang memakai kentongan dan alat lainnya untuk mengabarkan kepada mayarakat agar segera berlari ke puncak bukit untuk menyelematkan diri dari kemungkinan tsunami,” terangnya.

Film ini dibuat untuk menguatkan kembali kearifan lokal masyarakat Simeuleu yang belakangan semakin memudar.

Dalam film ini, selain kearifan lokal smong juga diperbaharui dengan informasi tanggap bencana. “Kita memasukkan informasi tentang program resiko pengurangan korban bencana, termasuk lumbung siaga bencana untuk mengantispasi kekurangan pangan selama bencana dan lainnya,” jelasnya.

Kurang Sosialisasi
Syamsul Lussa mengatakan festival film ini akan dgelar setiap tahun mengingat dampaknya sangat bagus untuk menanamkan jati diri dan karakter bangsa bangsa lewat film. “Film merupakan salah satu instrument untuk membangun jati diri dan karakter bangsa kita,” jelasnya.

FKBL tahun ini, lanjutnya masih kurang bergaung karena sosialisasinya ke media masa masih kurang. “Faktor lainnya, itu jumlah komunitas film tidak sejalan dengan jumlah etnis di Indonesia yang jumlahnya ribuan,” terangnya seraya meminta pihak terkait di perfilman mengembangkan kantung-kantung komunitas film lebih banyak lagi dan menyebar ke seluruh Tanah Air.

Dia berharap tahun depan peserta FKBL yang terlibat semakin banyak mengingat masih begitu banyak kearifan budaya lokal bangsa ini yang belum terangkat. Syamsul juga mengusulkan agar para pemenang FKBL diikutsertakan dalam ajang FFI untuk memacu para sineasnya untuk membuat karya yang lebih berbobot.

Sedangkan Onny Kresnawan berharap FBKL tahun depan, selain kompetisi film kearifan lokal juga ada pelatihan atau workshop mengenai pembuatan film secara ilmu sinematografi yang benar. “Kalau perlu pemenangnya juga mendapat beasiswa mengikuti sekolah sinematografi untuk meningkatkan skill sineas-sineas pemula di daerah,” imbaunya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP