Bila Krakatau Terus Menggeliat, Festival Krakatau Tanpa Tour Krakatau
Gunung Anak Krakatau menggeliat lagi beberapa hari terakhir ini. Jika kondisi ini masih berlajut sampai pelaksanaan Festival Krakatau ke-21 yang akan berlangsung pada 12-15 Oktober ini, maka Tour Krakatau yang menjadi ciri khas festival ini sebagai acara penutup, kemungkinan dialihkan.
Wakil Gubernur Provinsi Lampung Joko Umar Said di Jakarta mengatakan Festival Krakatau tahun ini terasa lebih spesial karena pembukaannnya bersamaan dengan acara Pasar Wisata, Tourism Indonesia Mart & Expo (TIME) 2011 pada 12 Oktober 2011. Sehari kemudian baru digelar Parade Budaya Nusantara (PBN) berupa pawai tarian, karnaval tapis, dan topeng. Pada tahun-tahun sebelumnya, PBN diadakan pada pembukaan.
Perbedaan festival tahun ini, pada penutupan tanggal 15 Oktober 2011 akan ada acara Krakatau Night dan Tapis Carnival. “Kain tapis itu menjadi kerajinan tangan khas mayarakat Lampung. Dalam carnival, nanti bermacam kain tapis, baik yang kuno maupun modern akan ditampilkan,” jelas Joko.
Festival Krakatau 2011, lanjut Joko masih menjadi ajang promosi pariwisata Provinsi Lampung. “Meski sudah ke-21, festival ini masih bertujuan mempromosikan obyek-obyek wisata yang ada di Lampung,” tegasnya.
Joko menjelaskan, seperti tahun-tahun sebelumnya, festival ini ditutup dengan Tour Krakatau. Para peserta termasuk delegasi TIME akan dibawa mendekat ke Pulau Krakatau dengan kapal feri, lalu mendaki ke puncaknya. “Tapi kita masih melihat kondisi Gunung Anak Krakatau. Kalau aktivitasnya masih tinggi, mungkin tidak sampai ke daratannya atau di alihkan ke obyek lain,” terangnya.
Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono menjelaskan tidak dapat memastikan kemungkinan erupsinya gunung api teraktif ini dalam waktu dekat. "Kita hanya bisa memantau, tidak dapat memastikan kapan meletusnya,” ujarnya.
PVMBG mencatat frekuensi gempa vulkanik pada anak Gunung Krakatau mengalami fluktuasi. Pada 30 September 2011 tercatat 6.528 kegempaan, pada 1 dan 2 Oktober turun masing-masing menjadi 6.291, 2 dan 5.773 kali. Kemudian naik lagi pada 3 Oktober sampai 6.806 gempa vulkanik.
Kendati tidak ada asap yang menyembur dari puncaknya dan status Anak Krakatau masih masih siaga, Surono menghimbau masyarakat di sekitar gunung untuk tetap waspada dengan menjaga jarak aman dari gunung sekitar 2 kilometer.
Obyek Alternatif
Jika aktivitas Gunung Anak Krakatau tidak mereda, dan Tour Krakatau terpaksa dialihkan, rasanya wajar-wajar saja. Namun karakter dan ciri khas festival ini terasa ada yang hilang. Tour Krakatau sudah menjadi nyawa sekaligus yang membedakan festival ini dengan festival lainnya.
Namun atas nama keselamatan, rasanya bukan soal bila Tour Krakatau dialihkan jika geliat Anak Krakatau dianggap membahayakan.
Tak perlu khawatir, masih banyak obyek lain yang dapat dinikmati di Lampung, yang masih berkaitan dengan wisata bahari. Tour Krakatau bisa diganti dengan Tour Teluk Kiluan untuk melihat sekelompok lumba-lumba beraksi di alam bebas. Atau Tour Teluk Setia, menyaksikan para selancar menari di atas riak laut yang tak pernah bisa diam.
Kedua obyek wisata tersebut tengah naik daun, diminati para petualang, backpackers, dan tentu saja para surfer andal dari mancanegara.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar