. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 22 September 2011

SIR 2011 Meningkatkan Pendapatan Warga


Sabang International Regatta (SIR) sukses digelar Kemenbudpar bekerjasama dengan Pemprov Aceh, Pemkot Sabang, Persatuan Olahraga Layar Seluruh Indonesia (Porlasi), dan Royal Langkawi Yacht Club Malaysia di Pulau Weh, September 2011. Kendati masih ada beberapa kekurangan, lomba kapal layar tingkat dunia pertama di Pulau Weh ini turut menaikkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat termasuk warga Banda Aceh.

Dirjen Pemasaran Pariwisata, Kemenbudpar Sapta Nirwandar mengatakan SIR 2011 merupakan event lomba kapal layar tingkat dunia pertama yang digelar Kemenbudpar di Pulau Weh dan Kota Sabang, Aceh. Ada sekitar 21 kapal dari bermacam negara yang ikut serta.

Alasan Kemenbudpar menggelar event ini di Pulau Weh, mengingat pemandangan di pulau ini begitu indah terutama laut dengan sejumlah diving spot-nya. Suasana alam masih asri dan ditambah dengan warganya yang sangat wellcome dengan pengunjung.

“Jarang sekali ada pantai yang memadukan perairan biru jernih dengan perbukitan hijau seperi di Pulau Weh ini. Ini merupakan nilai jual yang tinggi bagi Pulau Weh dan Sabang,” jelasnya.

Banyak kegiatan kebaharian yang dapat dilakukan di sini dan sudah terkenal sejak dulu, seperti snorkeling, diving, sunbeaching, and sailing. “Ke depan bisa dikembangkan lomba memancing internasional, mengingat lokasi Pulau Weh dekat dengan Malaysia, Thailand dan India,” tambahnya.

Mengenai kekurangan dalam pelaksanaan SIR 2011 ini seperti masih berbelit-belit prosedur perizinan peserta dan lainnya akan menjadi catatan penyelenggaraan untuk diperbaiki tahun depan, termasuk kebersihan di sekitar pantai-pantainnya. “Misalnya kalau di Phuket dan Langkawi perizinannya cukup selembar, maka di Sabang juga harus begitu. Bukan berlembar-lembar,” tambahnya.

Phuket dan Langkawi selangkah lebih dulu menjadikan daerahnya sebagai destinasi kapal layar. Langkawi misalnya sudah mulai sejak 16 tahun lalu, sementara Sabang baru 1-2 tahun belakangan ini.

“Jadi kita masih harus terus belajar dan berbenah diri sebab mereka sudah lebih dulu visinya. Kita terlambat, mungkin karena terlalu luas wilayahnya dan selama ini pembangun kebaharian lebih diprioritaskan untuk Indonesia bagian Timur. Dan sekarang giliran Indonesia bagian Barat khususnya di Pulau Weh dengan Kota Sabangnya,” jelas Sapta.

Walikota Sabang Munawar Liza Zainal mengatakan salah satu motivasi digelarnya SIR karena letak Sabang sangat strategis di Selat Malaka sebagai pintu gerbang bagian Barat untuk ke masuk wilayah lain di Nusantara. “Bila kapal-kapal internasional singgah di Pulau Weh dan Kota Sabang beberapa hari, tentunya dapat menambah pemasukan ekonomi bagi warga setempat,” jelasnya.

Manfaat kegiatan ini baru benar-benar terasa beberapa tahun kedepan. Dan yang terpenting lewat event ini, Pulau Weh dan Sabang semakin dikenal dunia sebagai destinasi wisata bahari internasional, baik sebagai lokasi pelayaran, diving dan lainnya.

Direktur Promosi Dalam Negeri, Kemenbudpar M. Faried Moetolo menambahkan event SIR selain untuk menjaring wisman juga untuk mendatangkan wisnus dari berbagai daerah di Indonesia ke Pulau We dan Kota Sabang. “Yang terpenting kemasannya harus dibuat semenarik mungkin dari tahun ke tahun. Kalau sudah menarik, pasti wisnus pun tertarik untuk datang langsung melihatnya,” jelasnya.

Arnold Duckworth peserta SIR 2011 asal Australia mengatakan kendati event ini baru pertama kali digelar, namun pelaksanaannya sudah terorganisir dengan baik termasuk pelayanannya. “Yang paling berkesan pemandangan alam dan lautnya sangat indah,” akunya.

Pujian serupa juga dilontarkan Phil, peserta SIR 2011 juga asal negeri kangguru, Australia. Menurutnya keistimewaan Pulau Weh dengan Kota Sabang-nya dibanding Phuket dan Langkawi justu terletak pada keindahan alam lautnya yang masih natural dan apa adanya.

Hamdani, pemilik penginapan Obama, tak jauh dari Teluk Gapang berharap penyelenggaran SIR tahun-tahun berikutnya lebih baik lagi. Pada penyelengaraan SIR perdana ini, menurutnya pihak penyelenggaranya dalam ini Pemkot Sabang dan Disbudpar-nya tidak melibatkan para pemilik penginapan.

“Seharusnya sebulan sebelum pelaksanaan SIR, penyelenggara mengajak para pemilik penginapan untuk membahasa apa saja yang dikeluh kesahkan selama ini, termasuk kesiapan yang harus dilakukan guna menyambut peserta, panitia, dan pengunjung,” imbaunya.

Munawar, pegawai Rumah Makan Sop Sumsum Langsa mengatakan penyelenggaran SIR 2011 juga berdampak pada peningkatan penjualan Sop Sum-Sum Langsa di rumah makan tempat dia bekerja.

Menurutnya banyak panitia SIR 2011 termasuk pengisi acaranya yang singgah untuk menikmati Sop Sumsum Langsa di Jalan Pangeran Nyak Makam No 53, Lampinuang, Banda Aceh. “Pada hari pertama dan kedua saja, ada pemasukan sekitar Rp 2juta. Seporsi Sop Sumsum Langsa Rp 35.000 termasuk sepering nasi putih,” akunya.

Hal senada diakui Buchori, salah seorang pemilik mobil travel sewaan di Banda Aceh. Menurutnya, setiap ada event di Pulau Weh dan Kota Sabang, pasti ada peningkatan permintaan mobil travel sewaan.

“Kami senang kalau di Pulau Weh banyak kegiatan apalagi ada kunjungan ke obyek-obyek tsunami di Banda Aceh, pasti kami juga kecipratan untung,” akunya seraya menerangkan sewa mobil travel jenis kijang di Banda Aceh sekitar Rp 300.000 per hari termasuk supir dan bahan bakar.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP