Mengawinkan Pesona Phuket, Langkawi, dan Sabang
Lomba kapal layar, Sabang International Regatta (SIR) yang berlangsung 13-25 September 2011 berhasil mengawinkan pesona bahari andalan tiga negara yakni Phuket (Thailand), Langkawi (Malaysia) dan Sabang, Pulau Weh, Aceh (Indonesia). Perkawinan perdana ini, menggaet 21 perahu layar dari Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman, Italia, Belanda, Thailand, dan Malaysia.
Phuket menjadi lokasi awal lomba pelayaran yang dimulai tanggal 13 September 2011. Dari Phuket, seluruh peserta bertolak ke Langkawi melayari lautan sepanjang 243 Km selama 1 hari.
Dari Langkawi peserta berlayar menuju Sabang, tepatnya di Teluk Gapang, Pulau Weh, Aceh pada tanggal 17 September 2011. Jarak Langkawi-Sabang 558 Km, ditempuh dengan kapal layar dalam waktu 2,5 hari.
Arnold Duckworth dari Australia dengan kapal Imajica menjadi peserta pertama yang tiba di perairan Teluk Gapang, Pulau Weh pada tanggal 19 September 2011, diikuti 9 kapal layar lainnya yang masuk pada hari pertama.
Di Teluk Gapang, sejumlah peserta yang telah tiba, disambut dalam acara makan malam yang dihadiri Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenbudpar Sapta Nirwandar, Walikota Sabang Munawar Liza Zainal, Direktur Promosi Dalam Negeri Kemenbudpar M. Faried Moetolo, dan Kadisbudpar Aceh Rasyidah M Dallah serta sejumlah undangan.
Dalam jamuan makan malan sekaligus pembukaan SIR 2011, peserta dihibur dengan sajian musik Dwiki Darmawan dan rekan-rekan dengan penyanyi Ita Purnamasari, Angel idola cilik yang kini beranjak remaja serta penyanyi berdarah Aceh Rafli.
Sejumlah peserta pelayar asing, mengagumi keindahan alami perairan dan perbukitan Pulau Weh. Mereka mengaku seperti sedang berbulan madu di pulau yang masih asri dan tenang ini.
Phil, pelayar asal Australia dengan kapal Jigsaw misalnya mengaku senang berada di Teluk Gapang, Pulau Weh. Menurutnya pemandangan alamnya begitu indah dan alami. “Secara alam, Pulau Weh dengan kota Sabangnya lebih indah dan alami, tidak seramai Phuket dan Langkawi,” jelasnya.
Hal senanda dilontarkan rekannya Richard Eyre dari Selandia Baru dengan kapal bernama Zhuka. Menurut Richard, Pulau Weh kuat dengan ekowisatanya.
Pada tanggal 23 September, seluruh peserta mengikuti coasteal race & sailling pass dengan rute Sabang-Phuket-Langkawi-Sabang.
Sebagai hiburan sekaligus diajak ke obyek wisata di Pulau Weh dan Banda Aceh, peserta dibawa panitia mengunjungi tugu KM Nol. Dan pada tanggal 24 September, peserta mengunjungi sejumlah obyek-obyek bekas tsunami dalam tur tsunami memorial ke Banda Aceh dilanjutkan dengan jamuan makan siang.
Pada acara penutupan tanggal 25 September 2011 diisi dengan festival makanan lokal, cocktail party, jamuan makan malam, pertunjukan musik dan kesenian, pesta kembang api, dan acara pembagian hadiah bagi para pemenang lomba SIR 2011.
Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Phuket menjadi lokasi awal lomba pelayaran yang dimulai tanggal 13 September 2011. Dari Phuket, seluruh peserta bertolak ke Langkawi melayari lautan sepanjang 243 Km selama 1 hari.
Dari Langkawi peserta berlayar menuju Sabang, tepatnya di Teluk Gapang, Pulau Weh, Aceh pada tanggal 17 September 2011. Jarak Langkawi-Sabang 558 Km, ditempuh dengan kapal layar dalam waktu 2,5 hari.
Arnold Duckworth dari Australia dengan kapal Imajica menjadi peserta pertama yang tiba di perairan Teluk Gapang, Pulau Weh pada tanggal 19 September 2011, diikuti 9 kapal layar lainnya yang masuk pada hari pertama.
Di Teluk Gapang, sejumlah peserta yang telah tiba, disambut dalam acara makan malam yang dihadiri Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenbudpar Sapta Nirwandar, Walikota Sabang Munawar Liza Zainal, Direktur Promosi Dalam Negeri Kemenbudpar M. Faried Moetolo, dan Kadisbudpar Aceh Rasyidah M Dallah serta sejumlah undangan.
Dalam jamuan makan malan sekaligus pembukaan SIR 2011, peserta dihibur dengan sajian musik Dwiki Darmawan dan rekan-rekan dengan penyanyi Ita Purnamasari, Angel idola cilik yang kini beranjak remaja serta penyanyi berdarah Aceh Rafli.
Sejumlah peserta pelayar asing, mengagumi keindahan alami perairan dan perbukitan Pulau Weh. Mereka mengaku seperti sedang berbulan madu di pulau yang masih asri dan tenang ini.
Phil, pelayar asal Australia dengan kapal Jigsaw misalnya mengaku senang berada di Teluk Gapang, Pulau Weh. Menurutnya pemandangan alamnya begitu indah dan alami. “Secara alam, Pulau Weh dengan kota Sabangnya lebih indah dan alami, tidak seramai Phuket dan Langkawi,” jelasnya.
Hal senanda dilontarkan rekannya Richard Eyre dari Selandia Baru dengan kapal bernama Zhuka. Menurut Richard, Pulau Weh kuat dengan ekowisatanya.
Pada tanggal 23 September, seluruh peserta mengikuti coasteal race & sailling pass dengan rute Sabang-Phuket-Langkawi-Sabang.
Sebagai hiburan sekaligus diajak ke obyek wisata di Pulau Weh dan Banda Aceh, peserta dibawa panitia mengunjungi tugu KM Nol. Dan pada tanggal 24 September, peserta mengunjungi sejumlah obyek-obyek bekas tsunami dalam tur tsunami memorial ke Banda Aceh dilanjutkan dengan jamuan makan siang.
Pada acara penutupan tanggal 25 September 2011 diisi dengan festival makanan lokal, cocktail party, jamuan makan malam, pertunjukan musik dan kesenian, pesta kembang api, dan acara pembagian hadiah bagi para pemenang lomba SIR 2011.
Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar