. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 18 September 2011

Promosi Budaya dan Wisata di Lomba Cipta Lagu Tingkat Nasional



Palembang identik dengan Pempek, Sungai Musi dan Jembatan Ampera-nya. Padahal masih ada lagi budaya asli Palembang lainnya, salah satunya Lomba Bidar. Itu lho lomba perahu di Sungai Musi yang diadakan setiap tahun atau pada-hari-hari besar.

Begitu Ridho Weedy Rachmanda, bocah 9 tahun yang akrab disapa Ridho menerangkan isi lagu ciptaannya yang berjudul “Lomba Bidar”.

Berkat lagu yang menceritakan lomba perahu khas di Sungai Musi, Pelembang, kota kelahirannya itu, dia berhasil menyabet juara ketiga Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional 2011 khusus Lomba Cipta Lagu jenjang sekolah dasar dengan nilai 245 yang diikuti perwakilan siswa-siswi dari 28 provinsi .

Pelajar kelas 4 SD Indriasana, Palembang, Sumatera Selatan ini mengaku ingin memperkenalkan Lomba Bidar lewat lagunya agar masyarakat luas tahu dan tertarik datang untuk melihat langsung di Palembang. “Bidar itu perahu Om. Lomba bidar itu ya lomba perahu yang ada di Sungai Musi," katanya seraya menambahkan gurunya yang mengajarkannya menciptakan lagu dan menyanyikannya.

Anak bungsu dari 7 bersaudara ini bukan hanya memperkenalkan event budaya di Palembang lewat lagunya. Dia pun memperkenalkan budaya khas Palembang lainnya berupa kerajinan tenun songket lewat penampilannya.

Ridho mengenakan ikat kepala dari tenunan Songket khas Palembang yang disebutnya Tanjak. Rambutnya dibiarkan terurai panjang sebahu dan berponi, sepintas mirip rambut artis Adi Bing Slamet waktu kecil.

Karena rambutnya agak panjang dan kulitnya putih, banyak orang yang menyangka dia pelajar perempuan. Ternyata setelah panitia menyebut namanya untuk tampil menyanyikan lagu ciptaannya itu dan dia berdiri, baru jelas Ridho itu laki-laki kecil yang gagah dan tampan.

Dia juga mengenakan sarung Songket Palembang berwarna merah senada dengan Tanjak yang dikenakannya. Songket tersebut dililitkan di bagian bawah perutnya. Di pergelangan tangan kirinya, ada beberapa macam gelang antik. Secara keseluruhan, pelajar SD yang mengaku suka makan Pempek ini tampil lebih ‘nyeni’ dibanding peserta lainnya.

Penampilan khasnya itu, kontan menarik perhatian banyak orang, termasuk Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono serta sejumlah menteri antara lain Menbudpar Jero Wacik, Menpora Andi Malarageng, Mendiknas M Nuh, dan Wagub Jawa Barat Dede Yusuf saat dia tampil menyanyikan lagu ciptaannya dengan memainkan keyboard.

“Lihatlah-lihat ada bidar di Sungai Musi. Berlomba-lomba, kayuh saling mengejar. Siapa cepat dia yang jadi juara.. Itulah jadi kebanggaan budaya asli Palembang,” begitu lirik lagu yang dinyanyikannya dengan penuh percaya diri.

Selepas tampil Ridho sempat berujar. “Aku belajar keyboard juga dari guruku,” jelas bocah yang bercita-cita jadi penyanyi andal.

Promosi Sulteng
Ada lagi pelajar SD lain yang mempromosikan kuliner dan obyek wisata di daerah asalnya saat berlangsunga Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional yang digelar di Istana Bogor, Jawa Barat, Sabtu (17/9/2011).

Namanya Bayu, pelajar kelas 6 SD Inpres di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng). Kendati dia tak behasil menyabet juara, Bayu mengaku bangga mewakili provinsinya ikut lomba cipta lagu tingkat nasional ini. “Aku senang karena bisa sekalian memperkenalkan makanan khas dari kotaku dan obyek wisatanya,” jelasnya..

Salah satu kuliner terkenal khas Kota Palu adalah Kaledo, semacam sop. Kaledo itu singkatan dari Kaki Lembu Donggala. “Kaki sapi disop, sum-sum-nya disedot dan disantapnya dengan singkong rebus,” terang pelajar yang sudah menciptakan 10 lagu sendiri.

Obyek wisata yang terkenal di Palu dan Sulteng, lanjut Bayu, ada Tanjung Karang dan Jembatan Wisata Kota Palu. “Tanjung Karang itu tempat diving, sekitar 1,5 jam dari Kota Palu. Banyak bule yang diving di sana seperti Pantai Kute, Bali,” terangnya detil.

Kata Bayu, dulu memang Sulteng terkenal dengan Taman Nasional Lore Lindu-nya. Tapi belakangan ini justru Tanjung Karang yang tersohor. “Sampai orang Sulteng bilang, kalau ke Sulteng belum ke Tanjung Karang itu berarti belum ke Sulteng,” terang pelajar yang juga bisa memainkan keyboard.

Calon Maestro Seni Budaya
Jero Wacik menjelaskan tujuan pemerintah menggelar Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkal Nasional ini untuk mencetak tunas-tunas baru di bidang seni dan budaya. “Ini lomba yang ke-enam kali. Semoga nantinya melahirkan maestro-maestro seni budaya Indonesia yang dapat membanggakan dan mengharumkan bangsa ini,” harapnya.

Purwacaraka, salah satu juri Lomba Cipta Lagu Pelajar Tingkat Nasional 2011 mengatakan kualitas peserta lomba cipta lagu tahun ini meningkat. “Dari lirik lagu dan notasinya semakin beragam dan menarik,” terangnya.

Juara satu lomba cipta lagu pelajar SD tingkat Nasional diraih Ega Indriani dari SDN 56 Rantepao IV, Sulsel. Judul lagunya “Gunakan Ilmu Padi” dengan nilai 265. Dan juara II Ulfiani Hayati pelajar SDN 7 Mataram, NTB dengan lagu berjudul “Terima Kasih” (255).

Selain lomba cipta lagu tingkat SD dan SMP, juga ada lomba puisi, lukis, dan lomba desain motif batik yang para pemenangnya ditetapkan masing-masing dewan jurinya dan pembagian hadiahnya langsung diberikan Presiden SBY di Istana Presiden Bogor, pada Sabtu (17/9/2011).

Masing-masing karegori diambil 6 orang pemenang dari juara I hingga harapan 3. Para pemenang mendapatkan hadiah tropi dan piala serta uang Rp 10 juta untuk juara I, Rp 7,5 juta juara II, dan Rp 5 juta untuk juara III.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP