Batik Basis Ekonomi Budaya Masa Depan
Batik Indonesia bukan sekadar kerajinan tangan Indonesia yang sudah diakui badan PBB, UNESCO. Ke depan pun batik berpotensi menjadi kekuatan ekonomi budaya Indonesia yang mengindustri. Untuk mewujudkan itu perlu terus mengkreasikan batik dalam berbagai bentuk, menjadi sesuatu yang lebih bernilai ekonomi tinggi.
Demikian disampaikan Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenbudpar Sapta Nirwandar usai menghadiri pembukaan World Batik Summit (WBS) 2011 di Jakarta Convention Center yang dibuka secara resmi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu (28/9/2011) dan dihadiri sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, termasuk Menbudpar Jero Wacik.
Sapta menjelaskan pernyataan mantan menbudpar Joop Ave yang mengatakan dari hasil kunjungan 7 juta wisman tahun lalu diperkirakan ada sekitar Rp 1 triliun yang dibelanjakan untuk batik, souvenir dari batik kain, dan lainnya. “Mungkin Joop Ave mendapat data perdagangan dan perindustrian. Kalau Kemenbudpar tidak punya data spending berapa besar dari souvenir batik dan lainnya. Cuma belanja secara umum 1.100 US dollar per visit per wisman,” jelasnya.
Dari data tersebut, lanjutnya membuktikan kalau batik masih menjadi idaman bagi wisman. “Karena nilai batik bukan sekadar halus bahannya. Tapi juga grafis, motif atau gambarnya, dan keunikannya,” ungkapnya.
Dengan terselanggaranya WBS, diharapkan batik semakin populer dan makin go international. “Imej batik melekat pada Indonesia. Jadi sebelum datang ke Indonesia, wisman sudah tahu ada batik. Dan pasti dia akan mencari batik disini yang original, batik tulis, sprei batik, dan kerajinan batik lainnya,” jelasnya.
Untuk mempertahankan dan mengembangkan batik, lanjut Sapta harus mengkreasikan batik menjadi sesuatu yang penting bernilai ekonomi tinggi. “Batik terbukti bukan hanya menggerakkan ekonomi nasional tapi juga UKM yang berbasis masyarakat kecil seperti perajin dan pedagang,” tambahnya.
Usai membuka WBS, Presiden SBY dan rombongan mengunjungi berbagai stand pameran bertema "Indonesia: Global Home of Batik" yang memamerkan batik, buku tentang batik, dan alat musik tradisional.
Pameran ini diikuti sekitar 1.000 delegasi nasional dan internasional dari berbagai kalangan, antara lain perajin, desainer, kolektor, dan pencinta batik. Peserta mancanegara ada 117 orang dari 11 negara. Pameran berlangsung dari 28 September sampai 8 Oktober 2011 dengan tiket masuk Rp 10.000 per orang.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenbudpar, I Gusti Ngurah Putra mengatakan delegasi asing yang ikut WBS 2011 rencananya akan mengunjungi Museum Batik Indonesia dan sentra kerajinan batik di Kota Pekalongan, Jawa Tengah.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar